Liputan6.com, Jakarta - Raksasa energi, Chevron mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) senilai USD 75 miliar atau sekitar Rp 1.122 triliun (kurs Rp 14.960 per USD).
Bersamaan dengan itu, perusahaan mengumumkan rencana kenaikan dividen. Menyusul kebar tersebut, saham Chevron naik lebih dari 2 persen. Melansir CNBC, Kamis (26/1/2023), buyback akan berlaku efektif pada 1 April dan tanpa tanggal kadaluarsa. Sementara mengenai kenaikan dividen teranyar menjadi USD 1,51 per saham dari sebelumnya USD 1,42 per saham.
Advertisement
Dividen akan didistribusikan pada 10 Maret. Kapitalisasi pasar Chevron berkisar USD 350 miliar pada penutupan pasar hari Rabu. Artinya, aksi buyback akan mewakili lebih dari 20 persen saham perusahaan dengan harga saat ini. Rencana pembelian kembali ini mengikuti rencana sebelumnya senilai USD 25 miliar yang diberlakukan pada 2019. Rencana lama itu akan dihentikan pada akhir Maret.
Dalam laporan terakhirnya, Chevron telah melakukan buyback senilai USD 3,75 miliar pada kuartal III 2022. Rencana buyback ini menyusul momentum sektor energi, seiring ekonomi AS yang dibuka kembali dan invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong harga minyak dan gas lebih tinggi pada 2022.
Chevron melaporkan arus kas lebih dari USD 12 miliar dan pendapatan bersih USD 11 miliar untuk kuartal III saja. Saham Chevron naik lebih dari 50 persen pada 2022, bahkan ketika pasar saham yang lebih luas menurun.
Gantikan Chevron, Eni Garap Proyek IDD di Selat Makassar Akhir Tahun Ini
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan sudah ada pengganti Chevron dalam penggarpaan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Perusahaan asal Italia, Eni S.p.A akan mengambilalih penggarapan proyek tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkap Eni S.p.A akan mulai melakukan kegiatan pada akhir tahun ini. Atau paling lambat akan mulai mengerjakan proyek pada awal tahun depan.
"Eni juga akan menjalankan (investasinya) mudah-mudahan akan (bergerak) akhir tahun ini atau awal tahun depan akan bisa menjalankan IDD di Selat Makassar," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (13/12/2022).
Untuk diketahui, sebelumnya penggarap proyek ini adalah PT Chevron Pasific Indonesia (CPI). Namun belakangan Chevron mundur dari proyek eksplorasi migas dalam lautan ini.
"untuk pembangunan (sudah) bisa jalan (dalam waktu dekat)," tambah Tutuka.
Kabar penggarap proyek IDD ini sebelumnya sudah pernah disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. Kendati, Dwi memang belum mengungkap siapa aktor yang akan masuk.
Untuk mengetahui lebih lanjut, IDD adalah sebuah proyek pengembangan pada lima lapangan gas di laut yakni dengan kedalaman 975 meter hingga 1.785 meter. Proyek tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gas pasar domestik dan juga Kilang LNG bontang.
Kemudian PT Chevron ini pada tahun 2016 berencana untuk mengembangkan proyek gas IDD. Namun pada tahun 2018 Chevron mundur dari proyek gas IDD.
Advertisement
Proyek Dimulai 2023
Dwi Soetjipto mengatakan proyek gas Indonesia Deepwater Development (IDD) akan mulai dijalankan kembali pada tahun 2023.
Dwi menyebut Pengembangan proyek gas IDD saat ini sudah ada penggantinya. Sebelumnya proyek gas IDD dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yakni sebagai pemegang operator proyek pengembangan gas.
"IDD pemegang ini adalah Chevron, dan Chevron sudah memutuskan untuk off dari proyek IDD ini, dan sekarang sudah ada penggantinya," ujar Dwi, dalam rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (16/11).
Dia menjelaskan, karena sudah memiliki calon pengganti, saat ini sedang dalam proses dan dijanjikan pada akhir tahun ini ada perubahaan operator shift dan proyek IDD bisa mulai jalan tahun depan.
"Dan dijanjikan akhir tahun ini ada perubahan operator shift" terang Dwi.
Lebih lanjut, Dwi menyampaikan bahwa pada proyek besar ini akan memproduksi gas yakni sebesar 884 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
"Jadi IDD ini ada 844 juta standar kubik per hari rencana produksinya cukup besar," tutur Dwi.