Mengenal Batobo, Tradisi Arisan Tani ala Masyarakat Sijunjung

Batobo merupakan kegiatan berkumpul, mencari solusi, mengeksekusi pekerjaan, serta menikmati hasil secara bersama-sama.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Jan 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi kerjasama, gotong royong (Photo by Randy Fath on Unsplash)

Liputan6.com, Padang - Batobo merupakan tradisi gotong royong masyarakat Sijunjung, Sumatra Barat. Tradisi ini merupakan implementasi nilai kegotong-royongan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, yakni bertani.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, batobo merupakan kegiatan berkumpul, mencari solusi, mengeksekusi pekerjaan, serta menikmati hasil secara bersama-sama. Sebagai daerah yang menjadikan pertanian sebagai sumber penghasilan, tradisi ini digunakan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti manaruko, bersawah, berladang, mendirikan rumah, dan simpan pinjam.

Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilakukan hingga sekarang. Bahkan, saat ini masih terdapat 18 kelompok tobo konsi yang beranggotakan 30 hingga 86 orang. Jumlah tersebut cukup signifikan untuk ukuran sebuah desa.

Tradisi ini sebenarnya merupakan wadah berkumpulnya masyarakat Sijunjung, khususnya nagari Koto Padang Ranah dan Tanah Bato. Mereka memanfaatkan tradisi ini untuk meringankan berbagai pekerjaan sekaligus membahas aspek-aspek sosial kemasyarakatan.

Dalam pelaksanaannya, batobo memiliki struktur kepengurusan, yakni penasehat, ninik mamak (pemimpin adat), ketua, tuo tobo, juru tulis, bendahara, anggota, dan pembuat jadwal atau giliran. Anggota dibagi berdasarkan usia dan keterampilan, termasuk anggota pemula dan penghubung.

Adapun untuk pengambilan keputusan penting, semua peserta mengadakan rapat yang dilaksanakan secara rutin. Materi rapat biasanya membahas segala hal yang berkaitan dengan tobo, mulai dari aturan, keanggotaan, hak dan kewajiban anggota, larangan, serta sanksi.

Selain itu, rapat tersebut juga menentukan jenis pekerjaan, pembagian pekerjaan, dan menentukan jadwal pekerjaan. Lebih kompleks lagi, rapat batobo juga membahas batas-batas wilayah dalam pertanian dan mengajarkan sopan santun kepada anggotanya, termasuk cara bergaul.

Tak hanya sebagai ikatan tolong menolong, masyarakat Sijunjung juga memandang batobo sebagai tradisi yang difungsikan sebagai tempat bersosialisasi. Sementara itu, jika seseorang tak bisa melalukan bagiannya dalam tradisi batobo, maka ia bisa menggantinya dengan uang.

 


Besaran Uang

Besaran uang yang dibayarkan pun disesuaikan dengan yang ditentukan pada kesepakatan tobo sebelumnya. Batobo juga memiliki konsep koperasi untuk membantu anggotanya ketika menghadapi kondisi-kondisi genting terkait dana, salah satunya untuk berobat.

Pasalnya, batobo memiliki kas yang dikelola layaknya koperasi. Oleh karena itu, anggota batobo juga berkewajiban menyerahkan iuran pokok dan iuran sukarela (iuran rapek). Besarnya iuran pokok dihitung berdasarkan harga daging karena iuran ini dimaksudkan sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan daging pada hari lebaran.

Batobo menjadi lebih penting karena fungsinya yang semakin luas. Tak hanya untuk pengobatan atau kebutuhan konsumsi, batobo juga dimaksudkan untuk keperluan pendidikan para anggotanya. Oleh karena itu, tradisi arisan tani ini masih sangat dilestarikan oleh masyarakat setempat.

(Resla Aknaita Chak)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya