Pengunjung berbincang saat petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Pertanian dengan Controlled Eenvironment Agriculture (CEA) yang diinisiasi petani muda Dominique Alexandra dengan bendera Semaii ini sudah berjalan satu tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pengunjung berbincang saat petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Ada 20 jenis tamanan pangan dan medicine beragam rasa seperti arugula (pedas), swiss chards (rasa bumi), chervils (unik), viola (edible flowers), red veined sorrels (asam) yang dipanen sebulan sebanyak enak kali. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Pertanian dengan Controlled Eenvironment Agriculture (CEA) yang diinisiasi petani muda Dominique Alexandra dengan bendera Semaii ini sudah berjalan satu tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Ada 20 jenis tamanan pangan dan medicine beragam rasa seperti arugula (pedas), swiss chards (rasa bumi), chervils (unik), viola (edible flowers), red veined sorrels (asam) yang dipanen sebulan sebanyak enak kali. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani mencoba daun saat melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Pertanian dengan Controlled Eenvironment Agriculture (CEA) yang diinisiasi petani muda Dominique Alexandra dengan bendera Semaii ini sudah berjalan satu tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Ada 20 jenis tamanan pangan dan medicine beragam rasa seperti arugula (pedas), swiss chards (rasa bumi), chervils (unik), viola (edible flowers), red veined sorrels (asam) yang dipanen sebulan sebanyak enak kali. (merdeka.com/Arie Basuki)
Tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Pertanian dengan Controlled Eenvironment Agriculture (CEA) yang diinisiasi petani muda Dominique Alexandra dengan bendera Semaii ini sudah berjalan satu tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani mendata tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Ada 20 jenis tamanan pangan dan medicine beragam rasa seperti arugula (pedas), swiss chards (rasa bumi), chervils (unik), viola (edible flowers), red veined sorrels (asam) yang dipanen sebulan sebanyak enak kali. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani melakukan perawatan tanaman dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Pertanian dengan Controlled Eenvironment Agriculture (CEA) yang diinisiasi petani muda Dominique Alexandra dengan bendera Semaii ini sudah berjalan satu tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)
Petani menunjukkan tanaman saat melakukan perawatan dalam ruang penyemaian pada sebuah kafe resto di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis ( 26/1/2023). Ada 20 jenis tamanan pangan dan medicine beragam rasa seperti arugula (pedas), swiss chards (rasa bumi), chervils (unik), viola (edible flowers), red veined sorrels (asam) yang dipanen sebulan sebanyak enak kali. (merdeka.com/Arie Basuki)