Liputan6.com, Jakarta - Visi jangka panjang Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk mengembangkan negaranya dan membuka bagi dunia secara perlahan tampaknya mulai terlaksana. Bahkan visi panjang Arab Saudi tersebut akan membuka aktivitas ekonomi untuk warga Israel.
Arab Saudi dikabarkan menjadikan Pulau Tiran dan Sanafir di Laut Merah menjadi tujuan wisata dengan hotel dan kasino yang terbuka untuk warga Israel.
Advertisement
Mengutip Globes.co.il, Kamis (26/1/2023), sumber yang mengetahui masalah tersebut menuturkan kepada Globes, Arab Saudi akan mengizinkan warga Israel untuk berlibur di Pulau Tiran dan Sanafir, Laut Merah yang dibeli dari Mesir pada 2016.
Di tempat tersebut, Arab Saudi akan membangun jembatan yang menghubungkan pulau-pulau itu ke Mesir. Arab Saudi juga berencana menjadikan Pulau Tiran dan Sanafir sebagai tujuan wisata dengan hotel dan kasino.
Sebelumnya kesepakatan yang mengatur perbatasan laut antara Mesir dan Arab Saudi ditandatangani pada 2016 meski ada tantangan dari beberapa pihak di Mesir. Israel mengembalikan Pulau Tiran dan Sanafir ke Mesir sebagai bagian dari perjanjian damai dan beberapa pihak yang menganggap pulau itu sebagai tanah suci Mesir. Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi bahkan menunda penyelesaian kesepakatan tersebut meski Mahkamah Konstitusi Agung Mesir telah menolak petisi yang menentangnya.
Sementara itu, Israel menuntut agar pengalihan kepemilikan pulau-pulau itu tidak melanggar perjanjian dama dengan Mesir yang menetapkan pasukan multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) akan beroperasi di sana. Israel juga khawatir kesepakatan itu akan mengarah pada kendali Saudi atas pintu keluar dari Teluk Eliat dan ingin memastikan lalu lintas laut Israel di jalur perdagangan tidak akan dirugikan.
Isu ini muncul dalam diskusi antara negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan tersebut, termasuk saat kunjungan Presiden AS Joe Biden ke kawasan tersebut musim panas lalu. Menyusul terpilihnya kembali Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri pada akhir tahun lalu, pembicaraan diperbarui antara kedua belah pihak tentang manfaat bagi wisatawan Israel.
Arab Saudi Mulai Dekati Israel?
Pada tahap ini, muncul solusi yang akan meninggalkan Mesir dengan sisa kedaulatan sehingga mencapai dua tujuan. Pertama, Mesir akan memiliki hak veto atas apa yang terjadi pulau tersebut. Kedua, mempertahankan perjanjian damai dan memberikan kesempatan kepada orang Israel untuk berlibur di pulau-pulau tersebut.
Pemegang paspor Israel yang memasuki Mesir dari Bandara Taba atau Sharm el-Sheikh akan dapat menghabiskan waktu di hotel dan kasino yang dioperasikan oleh perusahaan Saudi di pulau tersebut.
Namun, bagaimana dengan perdamaian akhirnya dengan Arab Saudi? Kepada Globes, sumber yang mengetahui masalah itu mengatakan, pembukaan Pulau Tiran dan Sanafir untuk turis Israel menunjukkan keinginan Arab Saudi untuk mempromosikan langkah-langlah untuk bergerak lebih dekat ke Israel. Namun, visi ini akan diwujudkan secara bertahap dan melalui cara-cara yang tidak memiliki signifikan politik yang jauh dari jangkauannya.
"Ini akan terjadi dengan lambat, dengan lebih banyak langkah tambahan yang akan membawa negara-negara lebih dekat, tetapi terobosannya nyata belum ada di sini. Hal-hal perlu sedikit tenang, kita akan lihat di mana posisi pemerintah Netanyahu, menuju tetapi pada akhirnya adalah kepentingan semua negara yang terlibat untuk mencapai kesepakatan penuh,” ujar sumber Globes.
Advertisement
Terkuak, Saudi Penerima Terbesar Investasi China di Dunia Arab
Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping dijadwalkan berkunjung ke Arab Saudi pada hari Rabu ini (7/12/2022). Kunjungan Xi Jinping akan berlangsung selama tiga hari.
Undangan berasal dari Raja Salman agar Xi Jinping dapat menghadiri tiga pertemuan tingkat tinggi: Saudi-Chinese Summit, the Riyadh Gulf-China Summit for Cooperation and Development, dan Riyadh Arab-China Summit for Cooperation and Development.
Dilaporkan Arab News, Rabu (7/12/2022), ekonomi menjadi salah satu isu utama dalam kunjungan Xi Jinping. Republik Rakyat China diketahui menanam investasi besar di Kerajaan Arab Saudi.
Antara 2005-2020, Arab Saudi menerima porsi terbesar investasi China di Dunia Arab. Arab Saudi mendapatkan porsi 20,3 persen atau senilai US$ 196,9 miliar dari investasi China di kawasan tersebut.
Pada kunjungan terkini, Saudi-China akan menandatangani 20 perjanjian senilai 110 miliar riyal. Ada juga agenda harmonisasi Vision 2030 dari Arab Saudi dan Belt and Road Initiative (BRI) dari China.
Kedua negara turut bersiap meluncurkan SABIC-Fujian Petrochemical Industrial Group, sebuah joint venture senilai 22,5 miliar riyal. SABIC yang dimiliki oleh Saudi Aramco memiliki 51 persen saham.
Acara-acara pertemuan antara China-Arab Saudi akan dihadiri 30 pemimpin dan pejabat dari kedua negara dan organisasi-organisasi internasional.
Arab News juga mencatat berkembangnya hubungan budaya antara Arab Saudi dan Republik Rakyat China. Prince Mohammed bin Salman Award for Cultural Cooperation akan diluncurkan dalam kunjungan Presiden Xi.
Terkait bahasa, ada 44 universitas di China yang mengajarkan Bahasa Arab. Sejumlah universitas Saudi juga menawarkan kelas Bahasa China.
Kunjungan Pertama ke Arab Saudi Sejak 2016
Dilaporkan VOA Indonesia, lawatan ini akan mencakup pertemuan puncak bilateral yang dipimpin Raja Salman dan dihadiri putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan itu, kata kantor berita resmi SPA.
Xi, pemimpin ekonomi terbesar kedua dunia, juga akan menghadiri KTT dengan para pemimpin dari Dewan Kerja Sama Teluk yang beranggotakan enam negara, dan melakukan pembicaraan yang mempertemukan para pemimpin dari kawasan lain di Timur Tengah, kata kantor berita pemerintah itu.
Kedatangan pemimpin China itu bersamaan dengan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan AS terkait berbagai isu mulai dari kebijakan energi hingga keamanan regional dan HAM.
Pukulan terbaru terhadap kemitraan yang telah terjalin puluhan tahun itu terjadi pada Oktober lalu sewaktu blok minyak OPEC+ setuju untuk mengurangi produksi hingga dua juta barel per hari, suatu langkah yang oleh Gedung Putih disebut “memihak Rusia” dalam perang di Ukraina.
Hari Minggu yang lalu, OPEC+ memilih untuk mempertahankan pemangkasan tersebut. China adalah pembeli minyak mentah terbesar Arab Saudi, dengan sekitar seperempat ekspor minyak Saudi.
Advertisement