Bos Adaro Energy Boy Thohir Optimistis Genjot Energi Hijau

Direktur Utama Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menuturkan, perseroan memiliki tiga pilar sebagai arah untuk menuju energi hijau.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 26 Jan 2023, 22:24 WIB
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir atau Boy Thohir (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) semakin gencar mengembangkan bisnis energi baru terbarukan alias EBT. Hal itu tercermin dari dukungan Adaro Energy Indonesia dalam mencapai net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060.

Direktur Utama Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menuturkan, untuk melakukan peralihan dari energi fosil menjadi energi hijau membutuhkan sejumlah tahapan. 

Ibaratnya, peralihan itu tidak bisa seperti membalikkan tangan. Artinya, peralihan energi fosil menuju energi hijau membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Memang peralihan itu tidak bisa sepeti membalikkan tangan, untuk itu tentunya kita harus ada roadmpap bagaimana nanti ke depannya kita memahami bahwa kita harus komitmen untuk meninggalkan bahan bakar fosil, tapi harus ada tahapan-tahapannya," kata Garibaldi Thohir dalam acara Saratoga Investment Summit 2023, di Hotel Fairmount, Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Menurut dia, Indonesia bisa melihat Jepang dalam melakukan mix energy alias membutuhkan dari beberapa sumber. "Saya pikir di Indonesia kita bersyukur kita dikaruniai oleh banyak sumber daya alam yang berlimpah. Untuk itulah kita tidak boleh dependent oleh negara lain, kita harus optimalkan sources yang ada," kata dia.

Pria yang akrab disapa Boy Thohir juga menyebutkan, pihaknya telah memiliki tiga pilar untuk menuju energi hijau.

"Adaro sendiri kita sudah punya path di mana kita ada tiga pilar, yang kita akan laksanakan ke depannya," kata Boy Thohir.

Pertama, Adaro Energy yang awalnya berbasis batu bara, dan saat ini bertransformasi menuju sektor mineral melalui PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR).

Kedua, Adaro Green Aluminiums, yang akan beroperasi melalui kolaborasi dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan masuk ke nikel, bauksit, tembaga, dan lainnya.

Ketiga, Adaro Green Energy yang masuk ke ranah hydro, wind, solar dan lainnya. "Tentunya pilar terakhir pilar 10 sampai 20 tahun yang akan datang kita akan menuju ke apa yang kita sebut Adaro Green Energy, kita masuk besar-besaran di hydro, wind, solar, dan lain-lain," pungkasnya.

 


Rogoh USD 135 Miliar untuk Kawasan Industri Hijau

Ilustrasi PT Adaro Energy Tbk (Foto: Dok PT Adaro Energy Tbk)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tengah mengembangkan proyek hilirisasi di Kalimantan Utara (Kaltara).

Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, proyek tersebut dinilai akan menjadi satu proyek terbesar di Indonesia. Bahkan, pemerintah juga turut mendukung proyek tersebut.

"Proyek yang kita kembangkan di Kalimantan Utara, saya melihat Jokowi itu support, mendrive, mendatangi, mengecek, mengontrol, sehingga proyek ini kita bisa dijalankan dan execute dengan baik, ini akan menjadi satu project terbesar di Indonesia," kata Garibaldi Thohir, dalam konferensi pers, Kamis (26/1/2023).

Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini mengatakan, selama dekade ini, Adaro sudah ada komitmen dan mulai melakukan pengerjaan di lapangan senilai USD 135 miliar.

"Jadi bisa membayangkan bahwa impact yang akan terjadi terhadap makro ekonomi indonesia dari proyek ini aja akan besar sekali," kata dia.

Menurut ia, pihaknya mendapatkan dukungan luar biasa di bawah visi Presiden RI Joko Widodo terkait hilirisasi.

"Hilirisasi yang mana kita tidak menyadari hilirisasi akan membawa kita menjadi sustainable dan tentunya akan menjadi negara yang leading di industri baterai dan tadi dengan stir nya tidak dipandang lagi dengan fosil," ujar dia.

Sementara itu, dari baterai tersebut akan di daur ulang dan itu nantinya mobil-mobil itu akan menjadi kendaraan listrik (EV) dan disetir baterai.

"Baterai is like a view, baterai itu menjadi energi, itulah menurut saya istilahnya support yang besar dari pemerintah dan k edepan juga pemerintah punya road map yang jelas secara besar-besaran untuk investasi di energi baru terbarukan (renewable energy)," katanya.


Strategi Adaro Energy Indonesia Perkuat Bisnis Pengolahan Aluminium

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan penandatanganan perjanjian pengambilan saham bersyarat oleh anak perusahaan pada 20 Desember 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (23/12/2022), PT Kaltara Power Indonesia (KPI), perseroan terbatas yang 99,99 persen sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh perseroan menandatangani perjanjian pengambilan saham bersyarat dengan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) pada 20 Desember 2022.

Berdasarkan perjanjian itu, KPI akan menerbitkan 23.694 saham baru dengan nilai nominal sebesar USD 23,69 juta atau setara Rp 343,56 miliar. Saham itu akan diambil bagian seluruhnya oleh CITA sebagai pemegang saham yang tidak terafiliasi.

“Dana yang diperoleh dari penerbitan saham tersebut akan digunakan oleh KPI untuk perancangan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan unit pembangkit listrik milik KPI yang akan digunakan untuk menunjang kebutuhan listrik proyek smelter aluminium milik Kalimantan Aluminium Industry (KAI),” tulis perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.

Adapun proyek smelter milik KAI tersebut terletak di Kalimantan Industrian Park Indonesia, Bulungan, Kalimantan Utara.

Selain itu, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), perseroan terbatas yang 99,99 persen sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh perseroan melakukan penandatangan perjanjian pengambilan saham bersyarat dengan Aumay Mining Pte Ltd (Aumay) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) pada 20 Desember 2022.

Berdasarkan perjanjian, KAI akan menerbitkan 925.748 saham baru senilai Rp 925,74 miliar atau setara AS$ 59,65 juta yang akan diambil bagian oleh Aumay sebanyak 595.124 saham baru senilai Rp 595,12 miliar. Setelah pengambilan saham ini, Aumay akan memiliki 22,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh KAI.


Gandeng CITA

Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kemudian CITA sebanyak 330.624 senilai Rp 330,62 miliar atau setara AS$ 21,30 juta, setelah dilakukannya pengambilan saham ini, CITA akan memiliki 12,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh KAI.

“Dana yang diperoleh dari penerbitan saham tersebut akan digunakan oleh KAI untuk perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan smelter aluminium dengan kapasitas hingga 2 juta ton per tahun milik KAI yang berlokasi di Kalimantan Industrial Park Indonesia, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

“Transaksi ini akan mendukung kegiatan operasional serta kelangsungan usaha perseroan dengan memperkuat kebutuhan pendanaan dan pengembangan bisnis anak perusahaan perseroan di bidang pengolahan aluminium dan pembangkit tenaga listrik,” tulis perseroan.

Perseroan menyatakan tidak ada dampak yang material yang merugikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan dan kelangsungan usaha perseroan.

Transaksi ini bukan merupakan transaksi material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha, bukan merupakan Transaksi Afiliasi, serta tidak mengandung Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya