Polisi Haiti Protes Pemerintah Usai 14 Rekannya Dibunuh Geng Kriminal

Polisi yang melancarkan demonstrasi pada Kamis (26/1) menilai pemerintah tidak mengambil tindakan tegas atas kematian 14 rekan mereka.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 27 Jan 2023, 08:12 WIB
Seorang anggota polisi nasional mengontrol keamanan di sebuah jalan di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu (21/1/2023). Geng yang kuat dan bersenjata lengkap menguasai sebagian besar negara dan kerap kali menculik orang dan menahan mereka untuk tebusan. (AP Photo/Megan Janetsky)

Liputan6.com, Port au Prince - Sekelompok polisi terlibat kerusuhan di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pada Kamis (26/1/2023). Peristiwa itu diawali protes mereka terhadap pemerintah, yang dinilai tidak mengambil tindakan tegas atas kematian 14 polisi oleh geng kriminal.

Menurut Kepolisian Nasional Haiti, tujuh dari 14 polisi tewas dalam baku tembak pada Rabu (25/1).

Lebih dari 100 demonstran dilaporkan memblokir jalan, membakar ban, merusak kamera pengawas keamanan, dan kendaraan.

"Beberapa demonstran dilaporkan mendatangi kediaman resmi Perdana Menteri Ariel Henry. Ketika menemukan tempat itu kosong, mereka menujuk ke bandara Port-au-Prince, di mana Henry baru saja mendarat setelah melawat dari Argentina," ungkap media lokal Vant Bef Info seperti dikutip via BBC, Jumat (27/1).

Sementara itu, Radio Tele Metronome Haiti melaporkan bahwa para pengunjuk rasa mencoba untuk mengakses bandara dengan memecahkan jendela. Namun, Henry berhasil menyelinap pergi.

Banyak bisnis dan sekolah tutup setelah aksi protes.


Perang Antar Geng Meningkat

Polisi nasional mengontrol keamanan di sebuah jalan di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu (21/1/2023). Kelompok hak asasi manusia mengatakan kelompok bersenjata sekarang menguasai lebih dari setengah wilayah Haiti. (AP Photo/Megan Janetsky)

Port-au-Prince dan sejumlah kota lain telah dilanda kekhawatiran selama berbulan-bulan terakhir menyusul meningkatnya perang yang mematikan antar geng. Media Haiti melaporkan bahwa penculikan pun meningkat tajam di negara itu sejak awal tahun.

Kelompok hak asasi manusia Haiti, Jaringan Nasional Pertahanan Hak Asasi Manusia, mengungkapkan bahwa 78 petugas polisi tewas sejak Henry berkuasa pada tahun 2021. Banyaknya geng kriminal disebut menjadi alasan di balik ketidakmampuan polisi Haiti menghentikan kekerasan.

"Kelompok bersenjata mengendalikan dan meneror setidaknya 60 persen wilayah ibu kota dan sekitarnya," ungkap kelompok itu, termasuk jalan masuk dan keluar kota.

Pada Oktober 2022, pemerintah Henry mengimbau komunitas internasional mengirimkan pasukan keamanan multinasional untuk membantu memulihkan ketertiban. Namun, permintaan tersebut sejauh ini belum ada jawaban, meski di lain sisi ada peningkatan bantuan dari Amerika Serikat dan Kanada.

Pada September 2022, kelompok bersenjata menyita depot bahan bakar utama di pelabuhan Port-au-Prince, memblokir pengiriman bahan bakar impor dan menghambat upaya distribusi makanan dan obat-obatan.


Situasinya Sangat Parah, Haiti Butuh Bantuan

Seorang polisi nasional berbicara dengan rekan-rekannya di samping mobil polisi lapis baja di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu (21/1/2023). Salah satu geng Haiti menyerbu bagian penting ibu kota, Port-Au-Prince, dan bertempur dengan polisi sepanjang hari, menyebabkan setidaknya tiga petugas tewas dan satu lainnya hilang. (AP Photo/Megan Janetsky)

Utusan PBB untuk Haiti Helen La Lime mengatakan pada Rabu bahwa "situasi di Haiti sangat parah".

"Anda tahu bahwa kekerasan yang digerakkan oleh geng kriminal telah mencapai level ketinggian baru. Rata-rata, kami menghadapi satu penculikan setiap enam jam pada tahun 2022. Kami tidak akan memenangkan pertarungan tanpa tingkat dukungan tambahan yang signifikan," kata La Lime.

Infografis Klitih di Yogyakarta dan Maraknya Kejahatan Jalanan Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya