Top 3 Tekno: Penipuan di WhatsApp Kuras Rekening Pengguna Jadi Sorotan

Penipuan via WhatsApp yang menguras uang di rekening bank hingga kartu kredit pengguna menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com.

oleh Iskandar diperbarui 27 Jan 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi aplikasi WhatsApp. (Photo by Dima Solomin on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Penipuan via WhatsApp yang menguras uang di rekening bank hingga kartu kredit pengguna menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Kamis (26/1/2023) kemarin.

Berita lain yang juga populer datang dari Huawei Indonesia yang memberikan tanggapan soal kasus korupsi BAKTI Kominfo, di mana menjerat petingginya berinisial MA.

Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

1. Waspada, Penipu Pakai WhatsApp Buat Kuras Uang di Rekening Pengguna

Penipuan di dunia maya kian marak, salah satunya adalah adanya pihak yang menawarkan uang melalui aplikasi WhatsApp. Sayangnya saat pengguna sadar bahwa aksi tersebut adalah penipuan semata, bisa jadi uang di rekening mereka sudah terkuras.

Seperti baru-baru ini, aksi penipuan menjerat pengguna WhatsApp di Brasil dan India, yang menjanjikan uang dengan hanya memberi like pada video di YouTUbe.

Mengutip Gizchina, Kamis (26/1/2023), penipu mulanya menghubungi calon korban via WhatsApp, mengaku sebagai perwakilan dari perusahaan marketing global. Para penipu meyakinkan calon korbannya bisa mendapatkan uang sekitar USD 0,50 dengan hanya memberi like satu video YouTube.

Jumlah itu memang tidak banyak, tapi para penipu menjanjikan korban bisa dapat hingga USD 60 per hari jika mereka memberi 5.000 likes.

Dengan hitungan kasar, jika korban memberi like 5.000 video YouTube per hari untuk tujuh hari berturut-turut, mereka bisa mendapatkan USD 420. Terdengar menggiurkan bukan?

Masalahnya, semua itu adalah penipuan semata yang bertujuan untuk mendapatkan data-data pribadi dan uang dari si korban.

Rupanya, ketika si penipu mendekati pengguna WhatsApp, mereka akan mulai meminta informasi pribadi yang katanya dipakai untuk memproses pembayaran. Setelah mengumpulkan data-data, si penipu akan mengatakan ada masalah teknis.

Kadang-kadang, penipu juga sengaja mentransfer sejumlah kecil uang untuk membuat aksinya terlihat menjanjikan.

Baca selengkapnya di sini 

 


2. Huawei Indonesia Tanggapi Kasus Korupsi BAKTI Kominfo yang Jerat Petingginya

Kejaksaan Agung menetapkan Mukti Ali (MA) selaku Account Director PT Huawei Tech Investment sebagai tersangka kasus dugaan korupsi BTS di Kominfo. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus menetapkan seorang tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan BTS 4G dan pendukung paket 1, 2, 3, 4, dan 5 BAKTI Kominfo, tahun 2020/2022.

Ia adalah orang berinisial MA yang dikenal sebagai Account Director of Integrated Account Department PT Huawei Tech Investment.

Terkait hal ini Huawei Indonesia menegaskan menghormati proses hukum dan kooperatif terhadap penyidikan.

"Huawei senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan bisnis dengan integritas, menjaga etika bisnis yang kuat serta mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku," tulis Huawei Indonesia melalui keterangan resminya, Kamis (26/1/2023).

"Kami juga selalu berkomitmen untuk membangun sistem manajemen kepatuhan yang selaras dengan praktik terbaik industri, dan memasukkan manajemen kepatuhan ke dalam aktivitas dan proses bisnis secara menyeluruh," sambung perusahaan.

Di sisi lain, Huawei berharap media bisa menghormati proses hukum yang sedang berjalan dengan melakukan pemberitaan berimbang dan berdasarkan fakta terhadap perkara ini.

Baca selengkapnya di sini 

 


3. Android 14 Bakal Cegah Pemasangan Aplikasi Lawas untuk Hindari Malware

Ilustrasi HP Android. (Photo by Azamat E on Unsplash)

Google kian serius menangani kasus infeksi malware di perangkat dan smartphone Android. Terkini cara yang dilakukan adalah membatasi pemasangan aplikasi agar tidak jadi media penyebar malware.

Perusahaan yang bermarkas di Mountain View, California, AS, ini memastikan bahwa semua aplikasi yang tersedia di Google Play Store bebas dari malware. Sayangnya, ketersediaan aplikasi yang bisa diunduh di luar toko aplikasi Google Play Store membuat celah penyebaran malware.

Menanggapi hal ini, Google berencana untuk mencegah pemasangan aplikasi-aplikasi yang lama tidak di-update dan side-loading atau aplikasi yang bisa diunduh di luar toko aplikasi Google Play.

Mengutip Gizmochina, Rabu (25/1/2023), Google juga mengajak pengguna Android untuk meng-update aplikasi yang terpasang di smartphone mereka secara teratur.

Sekadar informasi, sejak versi terbaru yakni Android 13 diluncurkan, kini sistem operasi ini baru dijalankan di 5,2 persen perangkat Android. Google mungkin meningkatkan batas API minimum ke Android 6.0 untuk lebih melindungi pengguna dari penyebaran malware.

Hal ini karena serangan malware biasanya menargetkan Android versi lama dengan patch keamanan yang telah kedaluarsa. Begitu Google mulai memblokir fitur side-loading, jumlah serangan malware diprediksi akan turun drastis.

Baca selengkapnya di sini 


Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya