Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi terkait transaksi harian yang terus mengalami penurunan selama Januari 2023. Lantaran, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) senilai Rp 14,75 triliun.
Berdasarkan data Kamis, 26 Januari 2023, rata-rata transaksi harian BEI masih sekitar Rp 10,13 triliun. Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI Irvan Susandy menuturkan, penurunan transaksi tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya January Effect.
Advertisement
"Biasanya Januari January Effect, terus ada beberapa faktor yang kita tahu China mulai buka (pembukaan lockdown) mungkin banyak investor mau kesana," kata Irvan saat ditemui di BEI, Jumat (27/1/2023).
Meski demikian, BEI menatap optimistis RNTH bisa meningkat dan mencapai target yang telah ditentukan, yakni sebesar Rp 14,75 triliun.
"Kita optimis biasanya bulan-bulan selanjutnya, InsyaAllah bulan-bulan selanjutnya kita boosting up. Kita optimis kita bisa mencapai target kita," kata dia.
BEI juga tengah menyiapkan sejumlah strategi, yakni dengan memberikan sosialisasi bersama regulator dan otoritas yang bersangkutan.
Belum lagi, banyak calon emiten yang mengantre di pipeline. Bahkan, BEI juga bakal meluncurkan beberapa instrumen baru pada tahun ini yang diharapkan mampu mengerek transaksi di pasar modal Indonesia.
"Ada beberapa banyak emiten di pipeline kita, kita coba mensosialisasikan sama OJK, dan kita coba meluncurkan beberapa instrumen baru tahun ini," kata dia.
Dengan demikian, BEI berharap hal tersebut bisa meningkatkan transaksi. "Kita harapkan bisa meningkatkan transasi kita," pungkasnya.
Target Transaksi Harian di BEI pada 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 14,75 triliun pada 2023. Rata-rata nilai transaksi ini lebih tinggi dibandingkan target RNTH tahun ini sebesar Rp 13,75 triliun.
"RNTH 2023 lebih tinggi dibandingkan 2022 sebesar Rp 13,75 triliun. Jadi kita melihat ada peningkatan Rp 1 triliun per hari pada value tradingnya. Artinya kita optimis di 2023 akan naik,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman dalam konferensi pers usai RUPSLB BEI, Rabu (26/10/2022).
Iman mencatat, secara year to date RNTH telah mencapai Rp 15,1 triliun. Mengingat angka itu banyak disumbang pada semester I 2022, BEI berusaha untuk konservatif dengan mematok target RNTH 2023 sebesar Rp 14,75 triliun.
"Jadi kita cukup optimis tapi tetap berusaha untuk konservatif,” imbuh Iman.
Sejalan dengan itu, berdasarkan RKAT 2023, pendapatan usaha BEI diproyeksikan tumbuh 9,47 persen dibandingkan revisi RKAT 2022 menjadi Rp 1,82 triliun. Adapun proyeksi total pendapatan usaha yang akan diperoleh BEI tahun ini naik sebesar Rp 111,7 miliar atau naik 7,16 persen menjadi Rp 1,67 triliun.
"Kenaikan pendapatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan jasa transaksi seiring dengan kenaikan RNTH Rp 14,75 triliun pada 2023,” kata Iman.
Semenatara dari sisi biaya usaha pada 2023 diproyeksikan naik Rp 86,05 miliar atau 7,34 persen menjadi Rp 1,26 triliun. Laba bersih BEI pada 2023 diperkirakan sebesar Rp 428,22 miliar; Dari sisi total aset BEI pada 2023 diproyeksikan sebesar Rp 6,27 triliun atau naik 8,45 persen dari revisi RKAT 2022. Adapun Saldo akhir kas dan setara kas, termasuk investasi jangka pendek pada 2023 diproyeksikan mencapai Rp 3,09 triliun.
Advertisement
BEI Bidik Pencatatan 70 Efek pada 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pencatatan 70 efek baru pada tahun depan. Efek tersebut terdiri dari berbagai instrumen termasuk pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Efek Beragun Aset (EBA).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, keyakinan itu merujuk pada kondisi fundamental Indonesia seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berlangsung sepanjang 2022.
BEI juga akan tetap memperhatikan perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia serta kondisi perekonomian global. Nyoman menerangkan, target pencatatan efek bauru tahun depan lebih tinggi dari target tahun ini sebanyak 68 pencatatan efek. Hingga saat ini, Nyoman mengatakan pencatatan efek baru masih didominasi oleh saham.
"Per hari ini sudah 44 (saham baru) yang tercatat. Kemudian ada ETF 1, EBUS yang baru itu 8 dari target kita yang sebelumnya hanya 5. Jadi capaian kita dari 68 saat ini sudah sekitar 51 dari total instrumen. Jadi capaian kita saat ini relatif sudah hampir 75 persen,” kata Nyoman dalam konferensi pers usai RUPS BEI, Rabu, 26 Oktober 2022.
Sementara itu, Nyoman mengatakan masih ara 45 perusahaan yang antri pada pipeline pencatatan saham BEI. 11 perusahaan di antaranya telah mendapat pernyataan pra efektif dan empat perusahaan telah mendapatkan izin prinsip.
"15 perusahaan ini mudah-mudahan siap akan tercatat. Jadi tadi kalau 44 perusahaan (sudah IPO), ditambah 15 perusahaan (yang ada di pipeline), mudah-mudahan akan jauh kita capai dari target,” imbuh Nyoman.
Target Pertumbuhan Investor pada 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan investor pasar modal tumbuh 35 persen pada 2023. Pertumbuhan investor itu merujuk pada kondisi investor pasar modal yang saat ini sudah tumbuh di atas 30 persen dibandingkan akhir tahun lalu.
Melansir laman KSEI, total investor pasar modal per September 2022 tercatat sebesar 9,78 juta SID, naik 30,55 persen dibandingkan akhir tahun lalu sebanyak 7,49 juta SID. Raihan ini telah melampaui target BEI dengan pertumbuhan yang diincar sebesar 30 persen.
"Itu artinya sudah mencapai target pertumbuhan kita tahun ini. Namun tahun depan kita targetkan pertumbuhan investor pasar modal kita paling tidak 35 persen," kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik dalam konferensi pers, Rabu (26/10/2022).
Dari sisi supply, BEI menargetkan pencatatan 70 efek baru pada tahun depan. Efek tersebut terdiri dari berbagai instrumen termasuk pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Efek Beragun Aset (EBA).
Target pencatatan efek baru tahun depan lebih tinggi dari target tahun ini sebanyak 68 pencatatan efek. BEI juga berencana menerbitkan sejumlah produk baru. Di antaranya termasuk pengembangan waran terstruktur, single stock futures, pengembangan carbon trading, ETF, dan indeks terutama indeks terkait syariah dan yang terkait dengan ESG, serta pengembangan SPPA.
"Saat ini ada tiga AB yang sedang dalam pipeline kita untuk mempersiapkan diri untuk menerbitkan waran terstruktur. Paling tidak, ada lebih dari 10 seri waran terstruktur yang nanti bisa diterbitkan," kata Jeffrey.
Khusus untuk pengembangan carbon trading, BEI telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT Pertamina dalam perdagangan karbon (carbon trading).
Melalui kerja sama itu, Pertamina dan BEI akan mengkaji potensi kerja sama bisnis sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta optimalisasi tugas dan fungsi masing-masing untuk penyelenggaraan voluntary carbon market dan compliance carbon market.
Advertisement