Liputan6.com, Jakarta - Banjir melanda Manado akibat hujan yang mengguyur sejak Kamis malam hingga Jumat pagi (27/1/2023). Hampir semua wilayah Manado terendam banjir dengan ketinggian 50 sampai 100 cm.
Tak hanya itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga memperkirakan 12 wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara berpotensi terjadi cuaca ekstrem, Jumat.
Advertisement
"Kami mengimbau masyarakat dan pemerintah terkait di beberapa wilayah agar tetap waspada dikarenakan masih berpotensi terjadinya cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Molle, di Manado.
Bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, hujan es maupun tanah longsor berpeluang terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Selanjutnya, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kota Manado, Manado Bitung, dan Kabupaten Minahasa Utara.
Pemerintah dan masyarakat diimbau mengantisipasi peningkatan curah hujan khususnya di daerah rawan banjir, tidak berada di lereng bukit atau pohon dan baliho semi permanen yang berpotensi tumbang.
Selanjutnya, mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.
Monitor
BMKG, kata dia, terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem serta prakiraan cuaca berbasis dampak dari BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Sulut melalui kanal-kanal informasi yang tersedia.
Analisis kondisi dinamika atmosfer di wilayah Sulut yang masih signifikan terhadap peningkatan hujan yaitu terdapat pola angin streamline (lapisan 3000 feet) yang membentuk pola shearline dan konvergensi yang meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan.
Advertisement
Pertumbuhan Awan Cumulonimbus
Sementara, anomali suhu muka laut di Laut Sulawesi bernilai 0.5 – 2 derajat selsius yaitu dapat menambah massa uap air semakin banyak di atmosfer serta pengamatan cuaca udara atas menunjukkan indeks labilitas atmosfer lokal dengan intensitas sedang.
Kondisi tersebut mempengaruhi pertumbuhan awan-awan cumulonimbus semakin intens yang dapat mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung dan hujan es.
Sumber: Antara