Studi: Pengering UV untuk Manikur Dapat Menyebabkan Mutasi Sel Penyebab Kanker

Pengering UV ini khususnya digunakan dalam pengaplikasian cat kuku gel.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Jan 2023, 04:00 WIB
Ilustrasi pengering UV di prosedur manikur. (dok. pexels/cottonbro studio)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru menemukan bahwa lampu pengering UV yang digunakan untuk manikur gel merusak DNA dan menyebabkan mutasi pada sel.

"Jika melihat cara perangkat ini disajikan, mereka dipasarkan sebagai aman, tanpa ada yang perlu dikhawatirkan," kata rekan penulis studi Ludmil Alexandrov, seorang profesor bioteknologi dan kedokteran seluler dan molekuler di UC San Diego, dalam sebuah penyataan, dikutip dari New York Post, Jumat, 27 Januari 2023.

Ia menyambung, "Tapi sejauh pengetahuan kami, belum ada yang benar-benar mempelajari perangkat ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap sel manusia pada tingkat molekuler dan seluler hingga sekarang."

Dalam studi yang diterbitkan minggu lalu di jurnal Nature Communications, peneliti UC menganalisis tiga garis sel: keratinosit kulit manusia, fibroblas kulup manusia, dan fibroblas embrionik tikus. Studi itu mencatat bahwa paparan sinar UV selama satu sesi 20 menit menyebabkan 20 persen hingga 30 persen sel yang terpapar mati.

Sementara, tiga sesi yang masing-masing berdurasi 20 menit menyebabkan 65 persen hingga 70 persen kematian sel. Sel-sel yang tersisa juga tidak aman dari bahaya, dengan risiko mengalami kerusakan dan mutasi DNA, yang kemudian menggambar kesejajaran dengan kanker kulit.

"Kami melihat pasien dengan kanker kulit, dan kami melihat pola mutasi yang sama persis pada pasien ini dengan yang terlihat pada sel yang diradiasi," lanjut Alexandrov.

Sementara penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 100 juta wanita AS menggunakan beberapa jenis produk kuku, tidak jelas berapa banyak yang memilih gel. Menurut Klinik Cleveland, faktor risiko tergantung pada seberapa sering mereka melakukan perawatan manikur, kata dokter kulit Melissa Piliang pada 2021.


Perlu Bawa Tabir Surya?

Ahli kuku memakai masker dan sarung tangan saat melakukan manikur dan pedikur kepada klien pada hari pertama berakhirnya lockdown di Moskow, Rusia, Selasa (9/6/2020). Warga Moskow bebas beraktivitas setelah dua bulan menjalani lockdown akibat pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Pavel Golovkin)

Orang yang melakukan manikur mingguan dan mengeringkan kuku mereka di bawah lampu UV selama 10 menit "mungkin harus khawatir," sebut Piliang. Ia menambahkan bahwa klien harus membawa tabir surya ke tempat janji temu untuk diaplikasikan sebelum menggunakan pengering UV.

Sementara penulis penelitian memperingatkan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efek jangka panjang dari lampu UV, hasil pengamatan ini cukup mengejutkan bagi rekan penulis Maria Zhivagui.

"Ketika saya sedang menyelesaikan PhD, saya mulai mendengar tentang manikur gel, yang bertahan lebih lama dari kuteks biasa," jelas Zhivagui. "Saya tertarik mencoba cat kuku gel, terutama saat bekerja di laboratorium eksperimental di mana saya sering memakai dan melepas sarung tangan, untuk mempertahankan penampilan yang rapi."

Ia mengatakan, ia melakukan manikur gel selama bertahun-tahun sampai melihat "efek radiasi yang dipancarkan alat pengering cat kuku gel pada kematian sel," mengatakan dirinya "terkejut." "Saya menganggap ini sangat mengkhawatirkan, dan memutuskan berhenti menggunakannya," tambahnya.


Butuh Studi Lanjutan

Ilustrasi manikur dengan cat kuku. (dok. Kris Atomic/ Unsplash.com)

Setelah menyadari bahwa orang-orang yang secara kronis menggunakan cat gel mengembangkan "kanker langka di jari," Alexandrov memutuskan menetiti sendiri kasus tersebut, karena menyadari sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan di bidang ini.

"Hasil studi kami dan bukti sebelumnya sangat menyarankan bahwa radiasi yang dipancarkan pengering cat kuku UV dapat menyebabkan kanker kulit dan bahwa pengering cat kuku UV, mirip dengan tanning bed, dapat meningkatkan risiko kanker kulit dini," catatnya.

Ia menambahkan bahwa mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk menentukan apakah kekhawatiran ini jadi akhir penggunaan perangkat sinar UV. Sebelumnya, Benzena, yang merupakan bahan kimia penyebab kanker, dalam tingkat tinggi telah terdeteksi di lebih banyak merek dan produk dry shampoo, menurut laporan baru dari Valisure, sebuah laboratorium independen di AS.

Pada Oktober 2022, sampo kering aerosol, termasuk beberapa produk Dove, Nexxus, Suave, TIGI, dan TRESemme, telah ditarik secara sukarela karena potensi adanya benzena.


Petisi

Ilustrasi pemakaian sampo kering. (Foto: pexels.com)

Melansir CNN, 5 November 2022, Valisure telah mengirim petisi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) di mana laboratorium tersebut menjelaskan bahwa di antara 148 batch dari 34 merek produk sampo kering yang berbeda, 70 persen sampel yang diuji menunjukkan kadar benzena yang "terukur."

Menurut laporan, 11 sampel menunjukkan 10 kali lebih tinggi dari dua bagian per juta (ppm), batas FDA untuk obat-obatan. "Namun, sampo kering yang diuji bukanlah obat-obatan dan tidak mengandung bahan farmasi aktif untuk tujuan terapeutik," David Light, chief executive officer Valisure, dan Qian Wu, kepala analitik global Valisure, menulis di Permohonan Citizen FDA.

Mereka menyambung, "Karena itu, deteksi benzena yang signifikan dapat dianggap tidak dapat diterima. Lebih lanjut, Valisure menunjukkan data dari analisis benzena dengan mengambil sampel langsung dari udara yang terkontaminasi setelah menyemprotkan produk sampo kering, yang menunjukkan potensi paparan inhalasi jangka pendek dan jangka panjang terhadap benzena tingkat tinggi."

"Kehadiran karsinogen manusia dalam produk sampo kering yang secara teratur digunakan di dalam ruangan dan dalam volume besar membuat temuan ini sangat meresahkan," pihaknya mencatat.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya