Liputan6.com, Jakarta FBI mengumumkan kelompok hacker Lazarus dan APT38 melakukan pencurian kripto Ethereum senilai Rp 1,5 triliun. Berita ini menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Jumat (27/1/2023) kemarin.
Berita lain yang juga populer datang dari daftar 200 aplikasi Android dan iOS berbahaya yang bisa menguras tabungan pengguna.
Advertisement
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
1. Hacker Korea Utara Lazarus Curi Kripto Rp 1,5 Triliun untuk Bikin Rudal
Federal Bureau of Investigation (FBI) mengonfirmasi kelompok peretas Lazarus dan APT38 yang disponsori negara Korea Utara merupakan pelaku di balik pencurian kripto Ethereum (ETH) senilai US$ 100 juta (sekitar Rp 1,5 triliun).
Mengutip Bleeping Computer, Jumat (27/1/2023), kripto ETH itu dicuri dari Harmony Horizon pada Juni 2022.
“Melalui penyelidikan, kami mengonfirmasi bahwa Lazarus Group dan APT38, aktor dunia maya yang terkait dengan Democratic People's Republic of Korea (DPRK), bertanggung jawab atas pencurian mata uang virtual senilai US$ 100 juta dari Harmony Horizon, yang dilaporkan pada 24 Juni 2022,” ungkap FBI.
Harmony Horizon adalah 'jembatan lintas rantai' untuk Ethereum, memungkinkan peretas untuk mengambil alih kontrak MultiSigWallet dan menggunakannya untuk mentransfer token dalam jumlah besar ke alamat mereka.
FBI menyatakan kelompok peretas Korea Utara itu mencuri dan mencuci mata uang virtual untuk mendukung pembuatan rudal balistik dan program senjata pemusnah massal.
Dalam kasus ini, FBI berhasil mendeteksi aksi hacker Lazarus dalam salah satu upaya mereka melakukan pencucian kripto, belum lama ini.
Pada 13 Januari, para peretas berusaha memindahkan 41.000 ETH (US$ 63,5 juta) melalui aset kripto Railgun sebelum menyetorkan dana ke banyak alamat di tiga bursa cryptocurrency.
Setidaknya ada 350 alamat telah diidentifikasi berada di bawah kendali langsung kelompok Lazarus. Para peretas mengonversi sebagian dari dana yang dipindahkan ini ke Bitcoin (BTC), dan FBI menyita bagian yang tidak ditentukan--bekerja sama dengan penyedia layanan aset virtual.
2. Buruan Hapus 200 Aplikasi Android dan iOS Ini, Bisa Curi Akun Perbankan Pengguna
Jika kamu adalah pengguna smartphone yang tidak begitu peduli dengan adanya aplikasi curi data pengguna, kini saatnya untuk waspada. Pasalnya, pencurian data pribadi dari smartphone juga bisa mengakibatkan kerugian finansial.
Saat ini, penyerang online kerap menggunakan aplikasi-aplikasi jahat untuk mencuri tidak hanya data pribadi tetapi juga uang yang ada di rekening.
Parahnya, aplikasi-aplikasi jahat bukan hanya ditemukan di platform Android tetapi juga iOS yang disebut-sebut punya keamanan tinggi.
Laporan terbaru dari Laptop Mag mengungkap ada 203 aplikasi jahat di Android dan iOS yang berupaya mencuri data dan uang milik pengguna smartphone.
Mengutip Gizchina, Jumat (27/1/2023), deretan aplikasi jahat ini ditemukan oleh Menteri Ekonomi dan Masyarakat Digital Thailand (DES) dan Pusat Keamanan Siber Nasional Britania Raya (NCSC).
Segera setelah mendapati ada ratusan aplikasi jahat yang bisa mencuri uang pengguna, DES langsung memberi informasi ke masyarakat tentang aplikasi jahat di Android dan iOS ini melalui laman Facebook-nya.
Ada tiga bahaya dari penggunaan aplikasi-aplikasi jahat tersebut. Pertama aplikasi jahat bisa mencuri informasi pribadi, menguras uang di rekening pengguna, hingga mengambil alih kontrol ponsel dari jarak jauh yang kemudian berujung pada pencurian identitas.
Advertisement
3. 422 Juta Data Pengguna Dicuri Sepanjang 2022
Keamanan data pengguna menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh banyak perusahaan dan layanan digital saat ini. Pasalnya, sepanjang 2022, sejumlah media ramai dengan pemberitaan tentang pencurian data berbagai perusahaan, mulai dari Twitter, WhatsApp, Facebook, dan lain-lainnya.
Laporan terakhir dari Identity Theft Resource Center (ITRC) tidak hanya menunjukkan kondisi keamanan data yang memprihatikan, tetapi juga harapan dibanding tahun lalu. Pasalnya, jumlah keseluruhan pelanggaran data yang terjadi sepanjang 2022 mengalami penurunan, tetapi jumlah itu masih sangat besar.
Dari semua pelanggaran data, sebagaimana dikutip dari Gizchina, Jumat (27/1/2023), pencurian data pengguna Twitter terhitung separuh dari semua kasus yang dicatat.
Sebagai informasi, pelanggaran data pengguna meningkat sepanjang 6 tahun terakhir dan rantai tersebut terputus di tahun 2022. Tahun lalu, jumlah laporan data yang dilanggar turun 42 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Meski begitu, total ada lebih dari 422 juta pengguna yang menjadi korban pelanggaran dan peretasan data.
Sebenarnya angka tersebut mungkin jauh lebih besar mengingat kemungkinan banyak perusahaan teknologi tidak mengungkapkan banyak detail terkait keamanan data pengguna.
Sejauh ini menurut Gizchina, hanya 34 persen dari perusahaan teknologi yang melaporkan serangan siber secara detail. Dampaknya, karena banyak perusahaan tidak memberi rincian, orang pun tidak bisa mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.
Akibatnya peretas punya lebih banyak peluang untuk mengakses data pengguna. Lagi-lagi, penggunalah yang menjadi korban.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement