Liputan6.com, Pidie - Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Pidie Jaya Eddy Azwar memastikan akan akan menanggung semua kebutuhan berobat Rusli Yusuf (46) yang mengidap lever dan diabetes.
Kasus Rusli Yusuf viral, setelah sejumlah warganet menaruh simpati atas sikap anak Rusli yang masih SD yang harus menempuh ratusan kilometer untuk berobat ayahnya.
Advertisement
"Kejadian viral ini karena kurang komunikasi saja, sehingga seakan-akan pasien tersebut terkesan terlantar dan tidak dipedulikan oleh pemerintah daerah," katanya saat menjengut Rulis, Sabtu (28/1/2023).
Eddy Azwar menyebutkan dirinya sudah menghubungi pihak puskesmas, camat dan kepada desa setempat terkait kondisi pasien dan mengapa tidak menggunakan ambulans untuk dirujuk ke RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
Menurut Eddy, pasien menganggap jika memakai ambulans harus berbayar, sehingga tidak melaporkannya. Jadi, berinisiatif berobat menggunakan becak. Ini hanya miskomunikasi saja.
"Usai mengetahui video viral tersebut, kami turun langsung menjenguk kondisi pasien yang memang sangat membutuhkan perawatan dan memastikan penanganan terhadap pasien dilakukan secara totalitas," pungkas Eddy Azwar.
Sebelumnya, Rahmat Aulia (10), bocah asal Geulanggang, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, menempuh jarak 230 kilometer pulang pergi dengan becak motor butut untuk pengobatan ayahnya, Rusli Yusuf (46) yang mengidap lever dan diabetes.
Setiap 10 hari sekali, Rahmat membawa ayahnya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia Aceh Utara di Lhokseumawe untuk menyedot cairan dalam perut yang membengkak.
"Cairan di perut ayah harus disedot setiap 10 hari sekali. Jika tidak, ayah akan merasakan kesakitan dan kondisi kesehatannya semakin parah. Kesehatan ayah menjadi tanggung jawab saya karena ibu sudah meninggal dunia," kata Rahmat Aulia di Lhokseumawe, Sabtu (28/1/2023).
Keterbatasan Ekokomi
Aulia terpaksa mengorbankan pendidikannya demi mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga dan merawat sangat ayah yang terbaring sakit.
"Sejak mamak meninggal dunia lima bulan lalu, saya dan kakak yang merawat ayah. Untuk kebutuhan sehari-hari, saya bekerja menarik pukat dan juga kadang-kadang ada bantuan dari warga," kata Rahmat, dikutip dari Antara.
"Saya sering tidak masuk sekolah karena harus cari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan membawa ayah berobat. Sekali bawa berobat memakan waktu empat hingga enam hari," kata Rahmat.
Rahmat mengaku terpaksa membawa ayahnya dengan becak motor bukan menggunakan ambulans maupun angkutan umum karena keterbatasan ekonomi.
Advertisement