'Kudo-kudo' Permainan Tradisional Anak Sumatera Barat yang Telah Tergerus Zaman

Permainan kudo-kudo kini tak ada lagi dimainkan anak-anak di Minangkabau.

oleh Novia Harlina diperbarui 30 Jan 2023, 17:00 WIB
Permainan tradisional kudo-kudo yang kerap dimainkan anak-anak Sumatera Barat sebelum dikuasai internet. (Liputan6.com/ https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Liputan6.com, Padang - Bertahun-tahun lalu, sebelum internet menguasai segala lini kehidupan, anak-anak Indonesia tumbuh ditemani permainan tradisional dengan peralatan seadanya yang biasa dirakit sendiri.

Di Sumatera Barat misalnya, dahulu ada permainan tradisional anak-anak bernama kudo-kudo (kuda-kudaan). Dalam permainan ini, anak-anak seolah-olah menunggangi kuda, biasanya dimainkan bersama teman-teman sebaya.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id kudo-kudo dibuat menggunakan pelepah daun pisang yang panjangnya lebih kurang 70 sentimeter.

Bagian pangkal dari pelepah ini dibentuk menyerupai kepala kuda dan bagian ujungnya juga dibentuk menyerupai ekor kuda. Jumlah pemain dua orang atau lebih anak-anak berumur 5 sampai 11 tahun.

Sifat permainan edukatif, rekreatif dan kompetitif, peralatan yang telah dibuat atau dibentuk kemudian diletakkan di antara kedua paha secara memanjang bagian kepala kuda arah ke depan dan dipegang dengan kedua tangan.

Kemudian dimainkan dengan cara melompat-lompat dan berlari-lari kecil, berdua atau berkelompok. Permainan ini dilakukan di lapangan terbuka. Kudo-kudo mirip dengan permainan kuda lumping.

Selain sebagai hiburan permainan ini adakalanya juga dipertandingkan. Siapa yang cepat larinya dialah yang menang.

Anak muda asal Kota Payakumbuh, Fachri Hamzah (23) mengatakan ketika ia kecil, permainan kudo-kudo masih eksis di daerahnya.

Fachri kerap memainkan kudo-kudo ketika sore tiba bersama dengan teman sebaya. Ia menyebut sebelum main biasanya mencari pelepah pisang terlebih dahulu, lalu memisahkan pelepah dan daunnya.

"Iya dibikin sendiri permainannya, tidak sulit karena cuma dibentuk dibagian kepala dan ujungnya dan akhirnya meyerupai kuda," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Tergerus Zaman

Menurutnya permainan tersebut menambah keakraban antar sesama temannya, kemudian juga main kudo-kudo membuat ia dan teman-temannya bahagia.

Fachri tak menampik bahwa saat ini, permainan kudo-kudo sudah tak ada lagi dimainkan oleh-anak-anak di kampungnya.

"Anak-anak sekarang sudah main game yang di telepon pintar," ujarnya.

Anak muda lainnya asal Kabupaten Limapuluh Kota, Zahratul (23) mengatakan dirinya juga pernah main kudo-kudo saat kecil, kita-kira ketika ia berusia 6 hingga 7 tahun.

"Yang main kudo-kudo tak hanya anak laki-laki, saya juga main," ucapnya.

Sama dengan Fachri, Zahra juga tak lagi pernah melihat anak-anak di sekitar rumahnya bermain kudo-kudo.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya