Incognito Mode Google Chrome di iOS dan Android Punya Fitur Kunci Sidik Jari

Google merilis fitur yang memungkinkan pengguna mengunci Incognito Tab di aplikasi Chrome dengan autentikasi biometrik seperti sidik jari

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Feb 2023, 17:19 WIB
Ilustrasi Google/https://unsplash.com/Arkan Perdana

Liputan6.com, Jakarta - Google meluncurkan fitur memungkinkan pengguna untuk mengunci mode Incognito atau Penyamaran di aplikasi Google Chrome seluler, menggunakan autentikasi biometrik seperti sidik jari.

"Anda dapat mewajibkan autentikasi biometrik saat melanjutkan sesi Penyamaran yang terputus," tulis Google dalam sebuah unggahan blog, dikutip Selasa (31/1/2023).

Menurut unggahan di blog resmi itu, fitur privasi tersebut baru tersedia di aplikasi Google Chrome versi iOS, namun bakal tersedia secara luas untuk para pengguna Android ke depannya, di mana perusahaan mengatakan fitur ini sudah mulai digulirkan.

Dengan fitur tersebut, orang lain yang memakai ponsel Anda tidak akan bisa membuka browser Google Chrome dan melihat apa yang dilihat penggunanya dalam tab privat.

Dikutip dari The Verge, pengguna akan bisa membuka Incognito Mode secara normal. Namun, jika Anda beralih ke aplikasi lain, Anda harus membuka kunci Chrome saat kembali, kalau ingin membuka tab penyamaran.

Di sini, pengguna harus membuka kunci melalui pin untuk membuka ponsel, atau dengan metode biometrik seperti sidik jari atau wajah. Namun orang lain masih bisa melihat tab reguler non-penyamaran tanpa harus membuka kunci.

Untuk mengaktifkan fitur Lock Incognito, pengguna dapat masuk ke menu tiga titik di pojok kanan atas, lalu buka Settings, pilih Privacy & Security. Kemudian pilih aktifkan pada bagian "Lock incognito tabs when you close Chrome."

"Ini tersedia untuk semua pengguna Chrome di iOS dan saat ini sedang digulirkan untuk pengguna Android," tulis Google dalam pengumumannya.

 


Aktifkan dan Nonaktifkan Ekstensi di Tiap Situs

Search Engine Google (Photo by Solen Feyissa on Unsplash)

Di sisi lain, Google sedang mengembangkan fitur baru yang memungkinkan pengguna menonaktifkan atau mengaktifkan ekstensi Chrome berdasarkan situs demi situs.

Chrome Web Store sendiri memang memiliki banyak ekstensi, tetapi ada kendala di mana beberapa ekstensi dapat menyebabkan masalah situs web, dan beberapa situs tidak mengizinkan ekstensi seperti pemblokir iklan.

Saat ini Chrome hanya memungkinkan pengguna menonaktifkan ekstensi untuk semua situs web melalui pengaturan browser, tetapi tidak dapat mengontrol ekstensi berdasarkan situs tertentu.

Mengutip Bleeping Computer, Senin (16/1/2023), fitur ini hanya ditampilkan melalui menu ekstensi, dan tidak mungkin untuk mengelola izin ekstensi berdasarkan situs melalui halaman pengaturan--setidaknya untuk saat ini.

Sebagai bagian dari pembaruan fitur ini, Google juga akan mengizinkan pengguna mengakses menu ekstensi yang didesain ulang untuk mengaktifkan atau menonaktifkan ekstensi tertentu untuk situs tertentu.

Meskipun dimungkinkan untuk melakukannya dari setiap pengaturan ekstensi, fitur ini akan menawarkan cara yang lebih mudah untuk menerapkan daftar ekstensi khusus yang ingin kamu gunakan di situs.

Perlu dicatat bahwa menu ekstensi baru Chrome sedang dikembangkan dan mungkin tidak akan diluncurkan dalam waktu dekat.


Google Chrome Bakal Blokir Semua Unduhan Mencurigakan

Ilustrasi Google. (unsplash.com/Pablo Heimplatz)

Sebelumnya, Google mengembangkan sebuah fitur baru untuk meningkatkan keamanan web browser-nya. Sejak beberapa waktu lalu, Google Chrome memang memprioritaskan koneksi aman ketika pengguna berselancar.

Kemampuan Google Chrome untuk menampilkan seluruh halaman secara default melalui protokol HTTP pertama ditawarkan pada versi 90.

Chrome beralih ke protokol HTTP, ketika situs web yang dikonsultasikan tidak mendukung protokol aman. Belakangan, Google menyempurnakan sistemnya dengan menambah opsi "HTTPS only" pada Chrome 94.

Terakhir, yang umumnya tersedia di sebagian besar browser web, dirancang untuk meningkatkan keamanan saat mengunjungi internet dengan membatasi laman web apa yang ditampilkan di browser, pada protokol HTTPS.

Akibatnya, ketika situs web tidak mendukung penelusuran aman, browser web tak lagi otomatis beralih ke HTTP. Halaman peringatan menyatakan pengguna akan memuat halaman web tidak aman muncul, sehingga pengguna berhenti mengakses.

 


Cara Kerja

Ilustrasi Google/https://unsplash.com/Nathana Reboucas

Kini, sebagaimana dikutip Gizchina, Rabu (4/1/2023), Google bersiap memperluas modul HTTPS only-nya termasuk pada seluruh file yang diunduh.

Menurut kode temuan 9to5Google di Chromium Gerrit, sebuah platform kolaboratif bagi pengembang untuk meninjau protokol HTTP, Google akan segera memblokir file hasil unduhan yang dianggap tidak aman.

Cara kerjanya, ketika Chrome menyadari ada sebuah file unduhan yang menggunakan protokol HTTP tidak aman, Google segera memblokirnya.

Opsi baru ini melampaui apa yang kini disediakan browser, karena memengaruhi sejumlah kasus baru. Unduhan apa pun dari halaman web yang tidak aman, yang memakai pengalihan tidak aman atau URL yang bukan HTTPS, akan diblokir oleh browser.

Untuk menyelesaikan pengunduhan file yang diminta, pengguna bisa selalu meminta agar Chrome menghapus blokir, dengan begitu tindakan pemblokiran masih jadi opsional.

Versi eksperimental dari fitur keamanan baru yang tengah dikembangkan ini awalnya hanya tersedia di Chrome. Fitur ini rencananya dirilis pada Maret 2023, saat peluncuran Chrome 111.

(Dio/Ysl)

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya