Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana naik. Selain itu, minyak goreng curah dan kemasan sederhana yang diberi merek Minyakita ini juga langka. Hal ini diungkap oleh Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI).
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan alasan MinyaKita mulai langka dan sulit didapat di pasaran.
Advertisement
"MinyaKita ada dua sebab, harga tidak naik, tapi di pasar-pasar rakyat berkurang kiriminannya, karena MinyaKita ini sekarang menjadi merek yang digemari oleh setiap konsumen," kata dia dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).
"Dia (MinyaKita) tidak hanya di pasar tradisional tetapi MinyaKita ini sudah masuk ke pasar-pasar modern, ritel modern, semua orang sekarang sudah membeli MinyaKita, karena kualitas MinyaKita sama dengan merek premium," tambah dia.
Alasan lain adalah suplai minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Indonesia digunakan untuk biodiesel B35.
"Kedua, kita kemarin menambah, B20 menjadi B35, B20 itu menyedot 2 juta CPO, untuk mengubah dari menjadi B20 itu (butuh) 9 juta, diubah menjadi B35 itu menjadi 3 juta, jadi perlunya 12 juta, menyedot lagi itu. Jadi ada dua sebab itu," kata Mendag.
Mendag menyebut pemerintah mengundang para produsen minyak untuk menaikkan suplai.
"Hampir 30 (pengusaha) yang datang yang tadinya suplai untuk MinyaKita itu 300 ribu ton per bulan, kita naikkan 50 persen tadi, semua sudah sepakat, tanda tangan dari hampir 30 (pengusaha) itu yang suplainya MinyaKita 300 ribu ton ditambah 50 persen menjadi 450 ribu ton per bulan," jelas Mendag.
Dengan cara itu Mendag berharap pasokan MinyaKita dapat kembali ke pasaran.
"Mudah-mudahan dengan itu kita bisa membanjir kembali pasar-pasar tradisional atau pasar modern dengan curah atau minyak goreng merek MinyaKita," ujar Mendag Zulkifli.
Namun pihaknya belum mencium adanya oknum nakal dalam peredaran MinyaKita tersebut.
"Tidak ada (oknum) memang dulu kan minyak curah ada di pasar saja, sekarang ini tidak, pasar modern juga ada MinyaKita. Jadi tentu otomatis kalau di pasar modern banyak dimana-mana, banyak dipasarkan barangnya maka tambah suplainya dari 3 ribu ton menjadi 450 ribu ton per bulan. Mudah-mudahan itu pasar modern juga bisa sampai ke pasar-pasar yang tradisional," kata Mendag Zulkifli.
Pak Mendag, Minyak Goreng Minyakita Langka di Pasaran
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengeluhkan saat ini minyak goreng subsidi merk minyakita mulai sulit untuk dicari. Kondisi ini dianggap tidak wajar atau terdapat sebuah Anomali.
"Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Saat ini minyak goreng subsidi di lapangan sudah mengalami kelangkaan. Kalaupun ada itupun harganya sudah tidak sesuai HET, bahkan jauh dari batas HET, " kata Ketua bidang Penguatan Usaha dan Investasi DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Ahmad Choirul Furqon, dalam keterangannya, Senin (30/1/2023).
Menurut IKAPPI, kelangkaan minyak goreng ini menjadi terasa aneh karena sudah memasuki momentum yang sangat menentukan,yaitu Pemilu dan 2 bulan menjelang Bulan Ramadhan.
Pria kelahiran Kabupaten Rembang ini menjelaskan bahwa di sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur harganya sudah mencapai Rp 16.000.
"Yang semakin parah adalah harga Minyak Goreng Minyakita subsidi ini sudah melampaui HET dan sangat jauh. Kami mendapat keluhan dari banyak pedagang pasar di berbagai wilayah. Seperti di sejumlah pasar di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, harga minyak goreng subsidi ini sudah mencapai Rp. 16.000, tentu ini sangat merugikan banyak pihak," ujarnya.
Advertisement
Disengaja
Ketua DPP IKAPPI ini berharap jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membuat harga minyak goreng ini tidak stabil.
"Kami sangat berharap pemerintah dapat mengurai kondisi ini. Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membuat harga minyak goreng yang harusnya hak rakyat kecil malah bergejolak," Tegas pria kelahiran Rembang tersebut.
Dia menegaskan, produsen, Kementerian Perdagangan dan BUMN sebagai distributor resmi pemerintah memiliki tanggung jawab agar minyak goreng subsidi ini kembali stabil baik pasokan maupun harga.
"Banyak pihak yang memiliki tanggung jawab agar kondisi ini stabil kembali, seperti Produsen, Kementerian Perdagangan, dan BUMN sebagai distributor barang," pungkasnya.