Legenda Ubasuteyama di Jepang dan Perintah Berbakti pada Orangtua dalam Islam

Ubasuteyama merupakan cerita rakyat Jepang berdasarkan legenda mengenai tradisi membuang anggota keluarga berusia lanjut (orang tua).

oleh Putry Damayanty diperbarui 01 Feb 2023, 08:30 WIB
Noboribestu Onsen menempati posisi ketiga sebagai pemandian air panas di Jepang selama 2020 (dok.instagram/@mmshowj/https://www.instagram.com/p/CIkzZq8lVwY/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Ubasuteyama merupakan cerita rakyat Jepang berdasarkan legenda mengenai tradisi membuang anggota keluarga berusia lanjut (orang tua) di sebuah gunung dengan alasan untuk mengurangi mulut yang harus diberi makan.

Melansir dari berbagai sumber terdapat beberapa versi dari cerita ini. Salah satunya diceritakan bahwa ada seorang anak yang merasa terbebani mengurus ibunya yang sudah tua hingga berniat untuk membuangnya ke sebuah gunung

Kendati demikian si ibu pun menyadari apa yang hendak dilakukan oleh anaknya. Di sepanjang jalan ibu tersebut mematahkan ranting-ranting pohon dan disebarkan di sepanjang jalan hingga sang anak pun bertanya apa tujuan ibunya melakukan hal tersebut.

Lalu si ibu menjawab “sedang menandakan jalan agar kamu dapat kembali pulang dengan selamat” ujarnya. Si anak pun sontak merasa bersalah atas niat jahatnya kepada ibu kandungnya sendiri yang begitu peduli dan sayang dengan dirinya hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali pulang bersama sang ibu menyusuri gunung dan melanjutkan hidup mereka seperti biasa.

Hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini adalah bahwa kasih sayang orang tua amatlah besar bahkan ia pun rela berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya. Demikian pun dalam islam kita diwajibkan untuk berbakti terhadap orang tua. 

Bapak dan ibu, ayah dan bunda, abi dan umi, apapun panggilannya mereka tetaplah orangtua yang sangat berjasa dan berperan atas diri kita. Di tangan mereka, dari sebelum lahir sampai saat ini, kita selalu dirawat, diperhatikan, dilindungi dan bahagiakan, tanpa mengharap balas budi. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:


Perintah Berbakti pada Orang tua ‘Birrul Walidain’

Jika melihat perjuangan kedua orang tua dalam membesarkan kita, sudah selayaknya kita berbuat baik dan berbakti terhadap mereka atau dalam Islam disebut dengan birrul walidain.

Sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali”. (Q.S. Luqman: 15)

Ada beberapa kewajiban yang dilakukan oleh anak semasa kedua orang tua masih hidup, yaitu mentaati semua perintahnya. Dengan catatan perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT. Hukum mentaati kedua orang tua adalah wajib atas setiap muslim dan haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai dan menyakiti mereka berdua. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua. Allah SWT berfirman:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya”. (Q.S. Al-Ahqaf: 15)

Kita juga diwajibkan menghindari perkataan kasar dan nada tinggi agar tidak menyakiti hati orang tua. Sebab ridho Allah adalah ridho orang tua, dan murka Allah adalah murka orang tua. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW. bersabda:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Selain berbuat baik, seorang anak bisa berbakti kepada orang tua dengan cara mendoakannya dengan kebaikan-kebaikan yang melimpah. Dalam satu hadits, Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim: 1631)

Perintah berbakti kepada orang tua tersebut tentu diikuti dengan banyak keutamaan bagi muslim yang melaksanakannya karena dalam Islam berbakti kepada kedua orang tua memiliki kedudukan yang mulia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya