Cari Jodoh Bonus Cuan saat Valentine, Saham Aplikasi Kencan Ini Diperdagangkan di Bursa, Lho

Jelang Valentine, cari jodoh dan mendulang cuan bisa saja dilakukan. Salah satunya melalui saham aplikasi kencan yang tercatat di bursa saham Amerika Serikat (AS).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Jan 2023, 05:56 WIB
Perusahaan aplikasi kencan Bumble tercatat di bursa saham Amerika Serikat (Photo by Good Faces Agency on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 14 Februari identik dengan merayakan hari kasih sayang atau biasa disebut Hari Valentine. Pada momen tersebut, banyak pasangan saling menunjukkan kasih dan sayang melalui berbagai cara.

Namun, bukan berarti orang yang masih sendiri atau jomblo tak berkesempatan untuk ikut euforia Hari Valentine 2022. Saat ini, banyak berkembang aplikasi kencan yang memudahkan seseorang untuk mencari pasangan.

Menariknya, beberapa aplikasi kencan online yang populer rupanya merupakan perusahaan terbuka, atau sahamnya diperdagangkan di Bursa. Sehingga memungkinkan Anda mendulang cuan sembari mencari jodoh. Aplikasi tersebut yang antara lain seperti Tinder.

Aplikasi ini diluncurkan pada 2012, dan pada 2014 mencatatkan sekitar satu miliar ’swipe’ per hari. Perusahaan induk Tinder, Match Group, yang juga menaungi aplikasi kencan OKCupid, Match.com , Meetic, Hinge , PlentyOfFish , UPWARD , Ship, dan OurTime, dengan total lebih dari 45 perusahaan kencan global itu, diperdagangkan di Bursa NASDAQ dengan kode saham MTCH sejak November 2015.

Perusahaan saat itu diketahui berhasil menghimpun sekitar USD 400 juta dalam rangka iPO yang ditawarkan dengan harga USD 12 per saham Tinder sendiri didirikan oleh Sean Rad, Jonathan Badeen, Justin Mateen, Joe Munoz, Dinesh Moorjani, Chris Gylczynski, dan Whitney Wolfe, yang kemudian meninggalkan Tinder untuk memulai Bumble, yang belakangang menyusul untuk IPO. Bumble Bumble tercatat di Bursa Nasdaq dengan kode BMBL.

Aplikasi kencan ini berhasil mengumpulkan USD 2,2 miliar saat IPO dengan harga penawaran perdana USD 28 per saham. Kinerja cemerlang saham BMBL saat debut mengantarkan CEO sekaligus Pendiri Bumble, Whitney Wolfe Herd, menjadi miliarder wanita termuda di dunia. Bumble adalah aplikasi kencan besar kedua yang go public setelah Match Group.

 


Faktor yang Bedakan Bumble dan Aplikasi Kencan Lainnya

Aplikasi Kencan Online Bumble. Dok Bumble.com

Wolfe Herd mendirikan Bumble pada 2014 tak lama setelah dia menuntut Tinder, tempat ia bekerja sebelumnya atas pelecehan seksual. Wanita itu menuduh mantan bos dan pacarnya, Justin Mateen, telah mengirim ancaman teks yang menghina dan mencabut gelar salah seorang pendiri di Tinder.

Tinder membantah melakukan kesalahan, dan kasus itu diketahui diselesaikan dengan cepat dan rahasia. Setelah dia meninggalkan Tinder, Wolfe Herd bekerja dengan Andrey Andreev, seorang miliarder Rusia yang berbasis di London yang telah membangun aplikasi kencan online yang sukses untuk pasar Eropa dan Amerika Latin, untuk memulai Bumble.

Faktor yang membedakan Bumble dengan aplikasi kencan lainnya adalah hanya wanita yang dapat melakukan kontak terlebih dahulu.


Ekonomi Terhimpit, Warga AS Masih Mau Belanjakan Rp 387,9 Triliun demi Rayakan Valentine’s Day

Ilustrasi Hari Valentine. (Photo by alleksana from Pexels)

Sebelumnya, konsumen di Amerika Serikat telah merasakan beratnya lonjakan inflasi dan terkurasnya tabungan. Tetapi survei baru-baru ini menemukan bahwa hal itu tidak akan menghentikan mereka meningkatkan pengeluaran untuk perayaan Valentine's Day atau Hari Kasih Sayang tahun ini.

Mengutip Fox Business, Jumat (27/1/2023) data yang dirilis National Retail Federation dan Prosper Insights & Analytics menemukan bahwa total pengeluaran warga Amerika akan mencapai sekitar USD 25,9 miliar atau setara Rp 387,9 triliun saat perayaan Valentine's Day tahun ini.

Angka pengeluaran itu naik dari USD 23,9 miliar atau Rp. 357,9 triliun (asumsi kurs Rp. 15.500 per dolar AS) tahun lalu, memungkinkan 2023 menjadi salah satu tahun dengan pengeluaran tertinggi untuk musim libur di AS.

Lebih dari separuh responden, atau sekitar 52 persen mengungkapkan berencana untuk merayakan Hari Valentine dan akan menghabiskan rata-rata USD 192,80 – naik dari USD 175,41 tahun lalu.

Mengingat tren baru-baru ini, beberapa ahli menyoroti perayaan Hari Valentina tahun ini akan berkontribusi pada meningkatnya tagihan kartu kredit masyarakat Amerika yang sudah membengkak.

David Ragland, CEO IRC Wealth dan perencana keuangan bersertifikat, mengatakan proyeksi pengeluaran yang tinggi dipastikan akan terjadi pada kartu kredit bagi banyak konsumen.

Meskipun tabungan anjlok, menurutnya, konsumen di AS masih merasa nyaman berbelanja karena tingkat lapangan kerja tinggi dan banyak yang masih memiliki sisa uang di kantong mereka dari stimulus pandemi.

"Ini adalah contoh sempurna bagaimana perasaan benar-benar mengendalikan pengeluaran kita, yang terkadang menghambat perkembangan finansial dan kesuksesan finansial kita," ujar Ragland.

 

 


Inflasi Masih Tinggi, Warga AS Diimbau Hati-Hati Belanja saat Hari Valentine

Ilustrasi Hari Valentine. (Photo by alleksana from Pexels)

Penasihat keuangan itu juga melihat bahwa situasi inflasi yang tinggi tahun lalu mengganggu anggaran masyarakat, dan dia merekomendasikan agar semua kliennya mempertimbangkan kembali pengeluaran mereka yang kurang mendesak.

"Saat ini, karena inflasi, bantulah diri Anda sendiri: duduk dan lihat dan lihat apa yang telah Anda belanjakan atau apa yang Anda belanjakan di bulan Januari dan Februari," kata Ragland.

"Hal itu akan memberi Anda umpan balik yang lebih baik sehingga Anda dapat membuat keputusan keuangan yang lebih baik," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya