Liputan6.com, Manado - Hingga Selasa (31/1/2023), warga Kota Manado yang berada di lokasi terdampak banjir dan tanah longsor masih sibuk membersihkan material sisa-sisa bencana yang terjadi pada Jumat, 27 Januari 2023 lalu.
Warga Manado, Sulut, dibantu aparat TNI dan Polri serta pemerintah setempat melakukan pembersihan, termasuk puing-puing sisa material bangunan yang rusak akibat tanah longsor.
Tim gabungan yang dipimpin oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado berlangsung di beberapa titik, termasuk yang dilakukan warga Kelurahan Molas, Kecamatan Tuminting.
Baca Juga
Advertisement
"Kami masih terus membersihkan sisa-sisa banjir yang terjadi pekan lalu," ungkap Rahmawati Manyo.
Di tengah upaya warga membersihkan material sisa bencana pekan lalu, hujan deras yang kembali mengguyur Kota Manado sejak Selasa subuh kembali membuat warga was-was.
"Hujan terus sejak subuh, kami khawatir air akan kembali naik dan banjir lagi," ujarnya.
Selain warga, personel Polri bersama TNI kembali melakukan kegiatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan di lokasi banjir dan tanah longsor di Kota Manado.
Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, ada 7 lokasi yang menjadi sasaran kerja bakti bersih-bersih lingkungan, pasca banjir dan tanah longsor yang terjadi pada Jumat (27/1/2023).
"Personel Polri terdiri dari anggota Polresta Manado, Polsek jajaran, Brimob, Samapta Polda dan personel TNI melakukan kerja bakti di 7 lokasi yang parah terdampak banjir dan tanah longsor, antara lain Kelurahan Mahawu, Bailang, Cempaka, Ternate Tanjung, Kairagi, Ranomuut dan Kelurahan Paal 4," ujarnya.
Ratusan personel Polri dan TNI disebar untuk melakukan bersih-bersih mengangkat material sisa banjir dan tanah longsor seperti tanah, lumpur dan sampah yang masih menumpuk di sekitar lingkungan warga.
"Dengan menggunakan perlengkapan kebersihan seperti karung, sekop, cangkul, mesin pompa air dan truk sampah, personel membersihkan lumpur, mengangkut sampah dan membuangnya ke lokasi pembuangan akhir," ujarnya.
Abast berharap lingkungan warga cepat bersih dari sisa-sisa banjir dan tanah longsor.
"Harapan kita semua kondisi akan kembali normal, sehingga warga bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala," ujarnya.
Berdasarkan data dari BNPB, tercatat 34 kelurahan yang berada di 9 kecamatan terdampak banjir. Kesembilan kecamatan itu yaitu Kecamatan Singkil, Mapanget, Tikala, Tuminting, Wenang, Sario, Bunaken, Paal Dua, dan Wanea.
Sedangkan, tanah longsor berdampak di 22 kelurahan di 7 kecamatan. Kecamatan terdampak berada di Kecamatan Tikala, Singkil, Wanea, Bunaken, Mapanget dan Wenang.
Korban jiwa akibat banjir dan longsor berjumlah 5 warga, dengan rincian meninggal dunia akibat banjir 1 warga dan longsor 4. Selain korban meninggal, tanah longsor mengakibatkan warga luka berat 1 warga dan luka ringan. Mereka yang luka telah mendapatkan perawatan dari dinas kesehatan setempat.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, total warga mengungsi berjumlah 1.674 warga. Mereka tersebar di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Bunaken 948 warga, Paal Dua 370, Singkil 215, Tikala 100, dan Wanang 41.
"Petugas BPBD dan dinas terkait di wilayah kota mengoperasikan dapur umum dan memberikan pelayanan dasar lainnya," ujarnya.
Akibat bencana itu, ratusan rumah mengalami kerusakan dengan tingkat yang berbeda.
Sebanyak 420 unit rumah warga kota mengalami rusak berat akibat banjir, sedangkan 103 lainnya rusak sedang dan 448 rusak ringan.
Kerusakan juga terjadi pada fasilitas umum, masing-masing satu unit, antara lain pasar, pemakaman warga, gereja, masjid, kantor kelurahan dan tempat pacuan kuda.
"Tanah longsor mengakibatkan rumah rusak berat 33 unit, rusak sedang 59 dan 47 rusak ringan. Pada fasilitas umum, 1 unit masjid terdampak dan ruas jalan Adipura-Pandu terputus," ungkap dia.
Simak juga video pilihan berikut: