Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027: Kapitalisasi Pasar Ditargetkan Tembus Rp 15.000 Triliun

OJK susun arah kebijakan pasar modal Indonesia yang dituangkan dalam roadmap pasar modal Indonesia 2023-2027. Pada roadmap itu ada lima pilar pengembangan, apa saja?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Jan 2023, 14:48 WIB
OJK luncurkan roadmap pasar modal Indonesia 2023-2027, Selasa (31/1/2023) (Foto: OJK)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan roadmap pasar modal untuk periode 2023–2027.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan, peluncuran roadmap ini sekaligus menjadi upaya untuk menghadapi tantangan serta peluang pasar modal ke depan, sekaligus sebagai perkembangan terkini atas implementasi undang-undang Pengebangan dan Penguatan Sektor Kuangan (P2SK).

"Untuk itu, OJK telah menyusun arah kebijakan untuk pasar modal selama lima tahun ke depan yang dituangkan dalam roadmap pasar modal Indonesia 2023-2027 yang terdiri dari lima pilar pengembangan,” kata Inarno dalam Peluncuran Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 dan Apresiasi Hasil Penilaian ACGS Tahun 2021, Selasa (31/1/2023).

Adapun pilar pertama adalah akselerasi pendalaman pasar. Kedua adalah akselerasi program yang berkaitan dengan keuangan berkelanjutan. Lalu penguatan peran pelaku industri, peningkatan serangkaian upaya dalam rangka perlindungan konsumen dan kelima, memperkuat layanan keuangan digital. Bersamaan dengan itu, OJK juga mematok sejumlah target yang harus dicapai pada 2027, termasuk kapitalisasi pasar hingga jumlah investor.

"OJK memiliki target pengembangan pasar modal. Yaitu adalah kapitalisasi pasar sebesar Rp 15.000 triliun. Saya optimis ini bisa tercapai. Dan target kami adalah presentasi terhadap PDB Indonesia 2027 sebesar 70 persen. Saya rasa ini achievable bila didukung oleh seluruh stakeholder pasar modal," kata Inarno.

OJK menargetkan jumlah perusahaan tercatat termasuk saham atau obligasi dan sukuk sebesar 1.100 perusahaan dan juga rata-rata nilai transaksi harian diharapkan mencapai Rp 25 triliun dari tahun lalu sekitar Rp 15 triliun.

"Jadi sampai 2027 kita harapkan itu sudah mencapai Rp 25 triliun Jumlah investor pasar modal double. Sekarang 10,3 juta nanti 2027 kita harapkan kita targetkan 20 juta. Serta Nilai dana kelolaan industri pengelolaan investasi Rp 1.000 triliun,” pungkas dia.

 


9 Emiten Masuk Perusahaan ASEAN Asset Class, Siapa Saja?

Direktur Utama BEI Iman Rachman saat Peluncuran Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 dan Apresiasi Hasil Penilaian ACGS Tahun 2021, Selasa (31/1/2023). (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan terdapat sembilan perusahaan tercatat Indonesia masuk dalam kategori Asean Asset Class. Daftar tersebut merupakan hasil penilaian  ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) 2021.

ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) adalah salah satu penilaian Corporate Governance dengan menggunakan suatu tolak ukur atau parameter pengukuran praktik Corporate Governance yang disepakati oleh Asean Capital Market Forum (ACMF), yaitu asosiasi otoritas pasar modal ASEAN.

"ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan di regional Asean. Oleh karena itu merupakan kebanggan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian perusahaan pertama pada Asean Top 20 Public Listed Company atau PLC dan 9 perusahaantercatat Indonesia di ACGS yang berhasil masuk shortlist dengan kategori Asean Asset Class PLC,” kata Direktur BEI, Iman Rachman dalam Peluncuran Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 dan Apresiasi Hasil Penilaian ACGS Tahun 2021, Selasa (31/1/2023).

Adapun satu emiten yang berhasil menjadi Asian Top 20 PLC yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Sementara terdapat tiga emiten untuk kategori Indonesia Top PLC antara lain PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

Sedangkan sembilan emiten yang masuk dalam kategori Asean Asset Class, antara lain; PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), dan PT Timah Tbk (TINS).

 


9 Emiten Indonesia Berhasil Masuk Asean Asset Class

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan hasil penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) 2021. Direktur Utama BEI, Iman Rachman menyebutkan ada sembilan perusahaan tercatat Indonesia yang berhasil masuk ASEAN Asset Class.

Untuk itu, BEI bersama SRO menyampaikan apresiasi kepada perusahaan tercatat atas segala upaya dan dedikasi dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana yang terlihat dari hasil penilaian ACGS 2021.

Upaya itu mencakup arahan dari manajemen puncak, kemudian terbentuknya kebijakan internal, disclosure informasi yang komprehensif dan mudah diakses oleh publik sehingga jadi rangkaian penerapan CGC pada perusahaan tercatat di Indonesia.

"ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan di regional Asean. Oleh karena itu merupakan kebanggan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian perusahana pertama pada Asian Top 20 Public Listed Company atau PLC dan 9 perusahaantercatat Indonesia di ACGS yang berhasil masuk shortlist dengan kategori Asean Asset Class PLC,” kata Iman dalam Peluncuran Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 dan Apresiasi Hasil Penilaian ACGS Tahun 2021, Selasa (31/1/2023).

BEI juga memberikan apresiasi kepada perusahana tercatat yang berhasil mencapai peningkatan score ACGS yang tinggi dengan kategori Domestic Significantly Improve PLC.

Dengan pencapaian dan proses ACGS 2021 BEI berharap perusahaan tercatat Indonesia dapat terus menjaga performa serta penerapan CGC. Kedua, dapat meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar kualitas perusahana tercatat lebih kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri. Terakhir, perseroan mendapatkan manfaat yang positif dari penerapan CGC khususnya dalam hal peningkatan kepercayaan investor.

"Semoga hasil penilaian tersebut dapat menjadi motivasi perusahaan tercatat di Indonesia untuk dapat terus meningkatkan implementasi dari CGC,” imbuh Iman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya