Liputan6.com, Jakarta - Sebagai perusahaan induk pertambangan logam dan mineral Indonesia, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengeksplorasi, mengekstraksi, dan memproduksi emas, perak, tembaga, dan mineral lain.
Kegiatan itu dilakukan melalui anak-anak perusahaan yang tersebar di tiga pulau di Indonesia. Merdeka Copper Gold juga memiliki anak perusahaan di bidang jasa konstruksi pertambangan. Dua operasi tambang yang dikelola Merdeka saat ini adalah Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur; dan Tambang Tembaga Wetar di Pulau Wetar, Maluku Barat Daya.
Advertisement
Perseroan sedang mengembangkan sejumlah proyek, di antaranya Proyek Tembaga Tujuh Bukit, penambangan tembaga bawah tanah di Banyuwangi, yang merupakan salah satu cebakan tembaga terbesar di dunia yang belum dikembangkan; dan Proyek Emas Pani di Gorontalo, Sulawesi, yang akan menjadi salah satu tambang emas primer besar di Indonesia.
Perseroan juga sedang membangun Proyek AIM (Acid, Iron, Metal), pabrik pengolahan mineral di Morowali, Sulawesi Tengah, yang akan menghasilkan bahan baku baterai yang penting untuk energi hijau. Perusahaan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2015.
Pada perdagangan Selasa 31 Januari 2023, saham MDKA terpantau naik 1,5 persen ke posisi 4.740 jelang penutupan sesi I. Saham MDKA dibuka pada posisi 4.670 dan bergerak pada rentang 4.750—4.760. Kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 114,29 triliun. Dalam satu tahun terakhir, harga saham MDKA telah naik sekitar 33,46 persen.
Saat ini, mayoritas saham atau sebesar 18,34 persen digenggam oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Kamudian sebesar 12,06 persen dimiliki oleh PT Mitra Daya Mustika, 7,36 persen oleh Garibaldi Thohir atau Boy Thohir dan 5,59 persen oleh PT Suwarna Arta Mandiri. Sementara porsi kepemilikan publik sebesar 51,39 persen. Sisanya dimiliki oleh Direksi perseroan dengan porsi kepemilikan masing-masing kurang dari 5 persen.
Kinerja dan Sejarah
Kinerja
Hingga September 2022, PT Merdeka Copper Gold Tbk meraih pendapatan usaha USD 626,01 juta, tumbuh 139,70 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 261,15 juta. Dari raihan itu, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 69,19 juta dibandingkan USD 21,06 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba per saham dasar tercatat USD 0,0029 hingga akhir kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0009.
Sejarah
Merdeka Copper Gold berdiri pada 2012 dengan nama PT Merdeka Serasi Jaya. Pada tahun yang sama, PT Bumi Suksesindo, anak perusahaan pertama Merdeka, mendapatkan izin operasi dan produksi tambang di Banyuwangi, Jawa Timur.
Pada 2014, PT Bumi Suksesindo memulai konstruksi Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur. Pada tahun ini, perseroan juga melakukan perubahan nama dari PT Merdeka Serasi Jaya berganti menjadi PT Merdeka Copper Gold.
Setahun berselang, pada 2015 perseroan menjadi perusahaan publik dengan nama PT Merdeka Copper Gold Tbk dan kode saham MDKA. Saat itu dalam rangka IPO, perseroan melepas 419,65 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 20 per lembar. Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 2.000 per saham, sehingga perseroan meraup dana segar Rp 839,3 miliar dari IPO.
Advertisement
Ekspansi Bisnis
Resmi tercatat di Bursa, pada 2016 perseroan melalui anak usahanya, PT Bumi Suksesindo mendapatkan kredit sindikasi bank sejumlah USD 130 juta dan pendanaan lain USD 25 juta untuk Tambang Emas Tujuh Bukit. Pada tahun yang sama, Tambang Emas Tujuh Bukit memulai penambangan bijih pertamanya.
Pada 2017, Tambang Emas Tujuh Bukit yang dikelola PT Bumi Suksesindo menghasilkan emas pertamanya. Studi kelayakan dan studi konsep juga dilakukan. Melihat peluang yang ada, perusahaan kemudian memutuskan untuk mendirikan anak perusahaan di bidang jasa pertambangan, Merdeka Mining Service.
Pada 2018, perseroan mengakuisisi 67 persen saham Tambang Tembaga Wetar, yang kemudian secara resmi dikelola PT Merdeka Copper Gold melalui dua anak perusahaannya, PT Batutua Kharisma Permai dan PT Batutua Tembaga Raya (BKP-BTR). Belakangan perseroan meningkatkan nilai sahamnya di Tambang Tembaga Wetar menjadi 78 persen pada 2019.
Pada 2018, MDKA juga mengakuisisi 66,7 persen saham PT Pani Bersama Jaya (PBJ) yang secara tidak langsung memegang IUP Proyek Emas Pani di Gorontalo, Sulawesi.
Masih pada tahun yang sama, PT Bumi Suksesindo memperoleh pinjaman sejumlah USD 200 juta. Perusahaan lantas memulai eksplorasi Proyek Tembaga Tujuh Bukit, tambang tembaga bawah tanah di Banyuwangi, Jawa Timur.
Masuk Tambang Nikel
Selain meningkatkan nilai sahamnya di Tambang Tembaga Wetar, pada 2019 perseroan menandatangani dokumen transaksi bersyarat dengan PT J Resources Nusantara untuk menggabungkan proyek-proyek emas di Pani, Sulawesi, menjadi satu proyek tambang emas yang lebih besar.
Pada 2020, dilakukan penandatanganan MoU antara dua belah pihak untuk mengembangkan bersama Proyek Emas Pani. Perseroan mendirikan enam anak perusahaan pertambangan logam dan mineral pada 2020. Yakni PT Batutua Pelita Investama, PT Batutua Tambang Abadi, PT Batutua Tambang Energi, PT Batutua Abadi Jaya, PT Batutua Alam Persada, dan PT Batutua Bumi Raya.
Selain itu, perseroan menandatangani MoU dengan Eternal Tsingshan Group Limited untuk mengembangkan bersama Proyek AIM (Acid, Iron, Metal), pabrik pengolahan mineral yang berasal dari Tambang Tembaga Wetar yang akan menghasilkan bahan baku baterai untuk mobil listrik. Pada 2021, perseroan mendirikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia, perusahaan gabungan Merdeka dan Eternal Tsingshan Group Limited untuk mengelola Proyek AIM di Morowali, Sulawesi Tengah.
Perseroan juga mengakuisisi 50,1 persen saham PT Gorontalo Sejahtera Mining untuk Kontrak Kerja dalam Proyek Emas Pani. Tahun lalu, atau pada 2022, perseroan meningkatkan saham PT Pani Bersama Jaya (PBJ) menjadi 83,35 persen. Secara tidak langsung, PBJ memegang IUP Proyek Emas Pani di Gorontalo, Sulawesi. Menginvestasikan 55,67 persen saham di PT Hamparan Logistik Nusantara yang mengoperasikan tambang nikel dan fasilitas pemurnian.
Advertisement