Pengacara Bos KSP Indosurya Hormati Langkah Kasasi Kejagung Terkait Putusan Lepas

Bos Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Indosurya Henry Surya menyatakan menghornati kasasi yang bakal diajukan Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait putusan lepas Pengadilan Negeri Jakarta Barat (PN Jakbar) atas perkara tindak pidana perbankan dan pencucian uang.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 01 Feb 2023, 07:59 WIB
Sidang Kasus KSP Indosurya di Pengadilan Negeri Jakarta Barat (PN Jakbar) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Bos Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Indosurya Henry Surya menyatakan menghormati kasasi yang bakal diajukan Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait putusan lepas Pengadilan Negeri Jakarta Barat (PN Jakbar) atas perkara tindak pidana perbankan dan pencucian uang.

Penasihat hukum Bos KSP Indosurya, Soesilo Aribowo menyebut langkah tersebut merupakan kewenangan penuntut umum sebagai penegak hukum.

Meski demikian, Soesilo tetap berpendapat bahwa putusan lepas majelis hakim PN Jakbar sudah sesuai dengan fakta yang terungkap di persidangan.

"Itu hak mereka, kita hormati itu. Tapi kita berpendapat kalau putusan itu sudah tepat dan faktanya memang seperti itu," ujar Soesilo dalam keterangannya, Rabu (1/2/2023).

Pertama, menurut Soesilo mengenai putusan onslag, perbuatan Henry Surya bukan merupakan tindak pidana, tapi domain perdata. Karena Soesilo menyebut Henry Surya tengah melaksanakan rencana perdamaian atau perjanjian pembayaran utang dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang sudah di homologasi atau disahkan Pengadilan Niaga.

Lagipula, menurut Soesilo putusan lepas ini secara bulat tanpa adanya perbedaan pendapat atau dissenting opinion dari hakim.

"Ini putusannya lepas, ya, bukan bebas, perbuatannya itu menurut majelis hakim ada, tapi bukan tindak pidana, itu kasus perdata. Seluruh hakim juga setuju, enggak ada dissenting (opinion), jadi memang bukan tindak pidana," kata dia.

Kedua, Soesilo mengklaim bahwa kerugian anggota KSP Indosurya hanya sebesar Rp16 triliun, bukan Rp106 triliun seperti yang sudah diberitakan. Menurut Soesilo, hal itu diakui penuntut umum dalam surat tuntutannya.

"Kerugian anggota itu bukan Rp106 triliun, tapi Rp16 triliun. Ini saya meluruskan saja, supaya tidak salah. Dari kerugian Rp16 triliun itu sudah dibayar sekitar hampir dari Rp3 triliun, hampir 20 persennya melalui skema PKPU," kata dia.

Selain itu Soesilo juga menegaskan jika anggota KSP Indosurya adalah sekitar 6 ribu orang, bukan 23 ribu seperti yang selama ini ramai diberitakan.

"Juga tentang tuduhan penghimpunan dana masyarakat itu tidak benar dan dalam pertimbangan putusan kemarin sudah diuraikan secara jelas, bahwa itu adalah anggota KSP," pungkas dia.

 


Kejagung Ajukan Kasasi

Kejaksaan Agung (Kejagung) akan mengajukan langkah hukum kasasi atas vonis bebas terdakwa Henry Surya di kasus dugaan penipuan dan penggelapan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Indosurya. Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana menyampaikan, hal tersebut akan dilakukan dalam kurun waktu 14 hari ke depan.

"Vonis lepas Henry Surya pada kasus KSP Indosurya kekeliruan hakim dalam menerapkan hukum," tutur Ketut kepada Liputan6.com, Senin (30/1/2023).

Menurut Ketut, kasus dugaan penipuan dan penggelapan dana KSP Indosurya yang dikatakan sebagai perbuatan keperdataan adalah hal yang sangat keliru, sebagaimana dalam Pasal 253 huruf a KUHAP yang berbunyi "Majelis hakim dalam memutus perkara tersebut tidak menerapkan peraturan hukum sebagaimana mestinya."

"Putusan majelis hakim tidak sejalan dengan tuntutan dari penuntut umum. Oleh karenanya, penuntut umum mengajukan upaya hukum kasasi dalam waktu 14 hari ke depan sebagaimana diatur dalam Pasal 245 KUHAP," jelas dia.

Adapun pertimbangan langkah hukum kasasi tersebut, sambung Ketut, KSP Indosurya telah memiliki 23 ribu nasabah dengan mengumpulkan dana nasabah seluruhnya Rp106 triliun. Berdasarkan hasil audit, nasabah yang tidak terbayarkan lebih dari 6 ribu orang, yang jumlah kerugiannya sebesar kurang lebih Rp16 triliun.

"Perbuatan para pelaku sangat melukai hati masyarakat yang menjadi korban dari kegiatan KSP Indosurya, dan pengumpulan dana dilakukan secara ilegal dengan memanfaatkan kelemahan hukum perkoperasian dijadikan alasan untuk mengeruk keuntungan masyarakat," kata dia.

Ketut mengatakan, KSP Indosurya tidak memiliki sebagai koperasi dengan alasan tidak pernah dilakukan rapat anggota yang memiliki kewenangan tertinggi minimal 1 tahun sekali sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Kemudian, anggota koperasi yang direkrut juga tidak memiliki kartu keanggotaan dan tidak pernah dilibatkan dalam mengambil keputusan penting. Seperti pembagian dividen atau Sisa Hasil Usaha (SHU) setiap tahunnya, dan perubahan nama koperasi menjadi KOSPIN Indosurya Cipta.

"Produk yang dijual tidak masuk akal. Seperti simpanan berjangka yang nilai simpanannya mulai Rp50 juta sampai jumlah tidak terbatas dengan iming-iming bunga 8,5 persen sampai 11,5 persen yang tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia," ujar Ketut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya