Liputan6.com, Jakarta - OpenAI kembali menjadi sorotan publik. Hal ini setelah OpenAI meluncurkan alat yang mencoba untuk membedakan antara teks yang ditulis manusia dan yang dihasilkan artificial intelligence (AI), seperti teks yang diproduksi oleh model ChatGPT dan GPT-3 milik perusahaan.
Klasifikasi ini tidak terlalu akurat. Tingkat keberhasilannya sekitar 26 persen, catatan OpenAI. Namun, OpenAI menilai ketika digunakan bersamaan dengan metode lain dapat berguna membantu mencegah pembuat teks disalahgunakan.
Advertisement
"Klasifikasi bertujuan untuk membantu mengurangi klaim palsu kalau teks buatan AI ditulis oleh manusia. Namun, itu masih memiliki sejumlah keterbatasan, jadi itu harus digunakan sebagai pelengkap metode lain untuk menentukan sumber teks alih-alih menjadi alat pengambilan keputusan utama,” ujar Juru bicara OpenAI kepada TechCrunch melalui email, dikutip dari TechCrunch, Rabu (1/2/2023).
Berbicara OpenAI yang kini jadi sorotan menimbulkan pertanyaan terutama masyarakat yang tidak menggeluti sektor teknologi. Lalu apa itu OpenAI?
Mengutip techtarget.com, OpenAI adalah perusahaan riset nirlaba yang bertujuan mengembangkan dan mengarahkan kecerdasan buatan (AI) untuk bermanfaat bagi kehidupan.
Perusahaan ini didirikan oleh Elon Musk dan Sam Altman pada 2015 dan berkantor pusat di San Francisco, California, Amerika Serikat.
OpenAI dibuat sebagian karena kekhawatiran eksistensial pendirinya tentang potensi malapetka akibat kecerobohan dan penyalahgunaan AI secara umum. Perusahaan memiliki fokus jangka panjang pada kemajuan mendasar dalam AI dan kemampuannya. Kedua pendiri perusahaan investor lainnya memulai perusahaan dengan dana abadi USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,98 triliun (asumsi kurs 14.980 per dolar AS).
Mengutip laman OpenAI, OpenAI diatur oleh dewan nirlaba OpenAI yang terdiri dari karyawan OpenAI antara lain Greg Brockman (chairman dan president), Ilya Sutskever (chief scientist), dan Sam Altman (CEO). Sedangkan non-karyawan antara lain Adam D’Angelo, Reid Hoffman, Will Hurd, Tasha McCauley, Helen Tonor dan Shivon Zilis. Sementara itu, investor OpenAI terdiri dari Microsoft, Reid Hoffman dan Khosla Ventures.
Investasi dari Microsoft
Pada Februari 2018, Elon Musk keluar dari perusahaan karena potensi konflik dengan pekerjaannya di Tesla, perusahaan otomotif dan energi bersih yang terinspirasi oleh Nikola Tesla. Akan tetapi, ia tetap menjadi pendonor.
Niat perusahaan yang dinyatakan untuk bekerja menuju kecerdasan umum buatan yang aman untuk kepentingan manusia tercermin dalam niatnya untuk berkolaborasi secara bebas dengan organisasi penelitian dan individu lainnya. Riset dan paten yang dibuat oleh perusahaan dimaksudkan untuk tetap terbuka untuk umum kecuali dalam kasus yang dapat berdampak negatif terhadap keselamatan.
Pada 23 Januari 2023, OpenAI pun mengumumkan kalau investor perseroan yaitu Microsoft memperpanjang kerja sama. Investasi multi-miliar dolar AS dari Microsoft ini mengikuti investasi sebelumnya pada 2019 dan 2021.
"Ini akan memungkinkan kami untuk melanjutkan penelitian independent kami dan mengembangkan AI yang semakin aman, berguna dan kuat,” tulis OpenAi.
OpenAI menyebutkan telah bekerja sama untuk membangun beberapa sistem supercomputer yang didukung oleh Azure yang digunakan untuk melatih semua modelnya.
"Desain arsitektur Azure yang unik sangat penting dalam memberikan kinerja dan skala terbaik di kelasnya untuk pelatihan AI dan beban kerja inferensi kami. Microsoft akan meningkatkan investasi dalam sistem ini untuk mempercepat penelitian independent kami dan Azure akan tetap menjadi penyedia cloud eksklusif untuk semua beban kerja OpenAI di seluruh penelitian, API dan produk kami,” tulis OpenAI.
Advertisement
Kreator ChatGPT OpenAI Bikin Alat untuk Deteksi Teks Buatan AI atau Manusia
Sebelumnya, OpenAI baru saja mengumumkan sebuah tools yang dibuat untuk mengenali apakah teks tersebut dibuat oleh manusia atau AI mirip dengan teknologi ChatGPT.
Tools ini hadir dua bulan setelah startup penelitian kecerdasaran buatan OpenAI ini memperkenalkan chatbot bernama ChatGPT.
Diketahui, ChatGPT adalah tool chatbot yang mampu menghasilkan teks layaknya ditulis oleh manusia sebagai tanggapan pemintaan dari pengguna.
Kehadiran ChatGPT ini bukannya tanpa ada masalah. Beberapa diantaranya masalah plagiarisme dan konten curian juga menjadi perhatian dan ditakutkan oleh banyak pihak terkait teknologi ChatGPT ini.
"GPT-Classifier dirancang untuk mendeteksi dan mengenali apakah teks yang dibaca adalah karya ChatGPT atau buatan teknologi AI GPT lainnya," tulis OpenAI di blog perusahaan, Rabu (2/1/2023).
Perusahaan menjelaskan, tool GPT-Classifier saat ini baru bisa mengidentifikasi dengan benar 26 persen teks tulisan AI. "Sementara itu melabeli 9 persen teks manusia sebagai tulisan AI," katanya.
OpenAI juga mencatat, akurasi tool ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah teks yang ditulis. Sayangnya, tool GPT-Classifier ini baru bisa mendeteksi teks yang ditulis menggunakan bahasa Inggris.
"Pekerjaan kami dalam mendeteksi teks yang ditulis AI akan terus berlanjut, dan berharap dapat memberikan hasil lebih di masa mendatang," tulis Hendrik Kirchner, Ahmad, Aaronson, dan Leike.
Walau fungsi dan fitur GPT-Classifier ini masih terbatas, permintaan untuk tool pendeteksi ChatGPT atau lainnya ini sangat dinanti oleh banyak pihak.
Kreator ChatGPT ini juga berkomitmen untuk membuat dan merilis tool deteksi GPT ini secara gratis untuk dipakai pelajar, penulis, programer, dan lainnya.
Microsoft Lanjutkan Investasi OpenAI
Microsoft menyebutkan, seperti dikutip dari laman resminya, Rabu (25/1/2023), perjanjian ini menyusul investasi sebelumnya pada tahun 2019 dan 2021.
Perusahaan mengatakan, perjanjian ini memperluas kolaborasi berkelanjutan di seluruh superkomputer dan penelitian AI, memungkinkan mereka untuk secara mandiri mengkomersialkan teknologi AI canggih yang dihasilkan.
"Kami membentuk kemitraan dengan OpenAI berdasarkan ambisi bersama untuk secara bertanggung jawab memajukan penelitian AI mutakhir dan mendemokratisasi AI sebagai platform teknologi baru," kata CEO Microsoft Satya Nadella
"Dalam fase kemitraan kami berikutnya, pengembang dan organisasi lintas industri akan memiliki akses ke infrastruktur, model, dan toolchain AI terbaik dengan Azure untuk membangun dan menjalankan aplikasi mereka," Nadella menambahkan.
Sam Altman, CEO OpenAI, mengklaim bahwa kemitraan mereka selama tiga tahun terakhir adalah sesuatu yang sangat luar biasa.
"Microsoft membagikan nilai-nilai kami dan kami bersemangat untuk melanjutkan penelitian independen kami dan berupaya menciptakan AI canggih yang bermanfaat bagi semua orang," kata Altman.
Dalam kerja sama ini, Microsoft akan meningkatkan investasi dalam pengembangan dan penerapan sistem superkomputasi khusus untuk mempercepat terobosan riset AI independen OpenAI.
"Kami juga akan terus membangun infrastruktur AI terkemuka Azure untuk membantu pelanggan membangun dan menerapkan aplikasi AI mereka dalam skala global," kata Microsoft.
Microsoft juga akan menerapkan model OpenAI di seluruh produk konsumen dan perusahaan, serta memperkenalkan kategori baru dalam pengalaman digital yang dibangun di atas teknologi OpenAI.
Selain itu, sebagai penyedia cloud eksklusif OpenAI, Microsoft Azure akan mendukung semua workload OpenAI di seluruh penelitian, produk dan layanan API.
Mengutip The Verge, investasi lanjutan Microsoft di OpenAI ini dilaporkan beberapa pekan setelah sebelumnya, perusahaan besutan Bill Gates dan Paul Allen itu, akan menginvestasikan USD 10 miliar ke OpenAI, yang terkenal berkat ChatGPT dan DALL-E 2.
Advertisement