Liputan6.com, Jakarta Kabar duka menyelimuti jagat sepak bola Tanah Air. Mantan pelatih Timnas Indonesia Benny Dollo meninggal dunia pada Rabu (1/2/2023) malam. Sosok yang akrab disapa Bendol itu tutup usia di RSUD Tangerang Selatan pada umur 72 tahun.
Menurut penuturan kerabatnya Jerry Simon, Benny Dollo semula mengalami luka kecil di bagian kaki. Namun, kondisinya terus menurun hingga harus dirawat di rumah sakit. Berbagai upaya yang dilakukan tim medis gagal menyelamatkan Benny Dollo.
Baca Juga
Advertisement
Eks pelatih kelahiran Manado, 22 September 1950 itu akhirnya dinyatakan wafat pukul 20.45 WIB akibat penyakit jantung, setelah empat hari dirawat. Ia meninggalkan seorang istri, yakni Hendrita Pasaribu, dua anak (Fransisco dan Jane Dolo), serta dua orang cucu.
Kabar wafatnya Benny Dollo tak pelak menjadi pukulan besar buat kancah sepak bola Indonesia. Pasalnya, Bendol diketahui merupakan salah satu pelatih kawakan yang sarat prestasi, baik di level klub maupun timnas.
Ia mengawali karier kepelatihannya pada 1983. Kala itu, Benny Dollo dipercaya menangani klub Jakarta, UMS. Setelahnya, karier Bendol terus meroket. Ia berkiprah kurang lebih tujuh tahun bersama Pelita Jaya Jawa Barat.
Sejumlah prestasi pun mampu ditorehkannya sepanjang periode tersebut. Bendol sukses mengantar Pelita Jaya mengecap masa kejayaan dengan mengoleksi tiga gelar juara Galatama edisi 1988-1989, 1990, dan 1993-1994.
Malang Melintang
Setelahnya, Benny Dollo malang melintang di sejumlah klub Tanah Air. Ia sempat menukangi Persita Tangerang, Persitara Jakarta Utara, Persma Manado, hingga pada tahun 2000, ia dipercaya melatih Timnas Indonesia.
Periode pertamanya bersama Skuad Garuda tak berlangsung terlalu lama. Hanya sekitar setahun ia menangani Timnas Indonesia. Selepas itu, Bendol kembali ke Persita Tangerang hingga 2003, lalu hijrah ke Arema Malang pada 2004.
Di masa tersebutlah Benny Dollo kembali menorehkan prestasi membanggakan. Ia membawa Persita merasakan podium runner-up Liga Indonesia 2002. Kala itu, Pendekar Cisadane kalah dari Petrokimia Putra dalam partai puncak yang dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Adapun di Arema, prestasi tak kalah cemerlang sanggup dicatatkan Bendol. Ia merebut titel juara Divisi Satu Liga Indonesia pada 2004, serta mengantar anak-anak asuhnya menyabet trofi Copa Indonesia 2005 dan 2006.
Advertisement
Kembali ke Timnas Indonesia
Bendol sempat melatih Persita Tangerang lagi, sebelum akhirnya kembali ke Timnas Indonesia pada 2008. Dari sini, ia mempersembahkan trofi level internasional usai mengantar Skuad Garuda menjuarai Piala Kemerdekaan 2008.
Adapun Timnas Indonesia saat itu tampil menghadapi Libya di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pasukan Merah Putih sejatinya sempat tertinggal di paruh pertama. Namun, Libya mogok bertanding dan dinyatakan walk out, sehingga trofi berhak menjadi milik Tanah Air.
Selepas itu, Benny Dolo kembali berkelana ke sejumlah klub. Ia pernah dua kali menukangi Persija Jakarta, melatih Mitra Kukar, serta menjadi juru taktik untuk Sriwijaya FC.
Karier kepelatihannya surut setelah 2016. Namun, sejumlah trofi bergengsi yang dikumpulkannya membuat Benny Dollo layak dikategorikan sebagai salah satu pelatih lokal paling berprestasi di jagat sepak bola Indonesia.
Tiba di Rumah Duka
Jenazah Benny Dollo tiba di rumah duka yang terletak dikompleks Pamulang Permai 1, Tangerang Selatan pada Kamis (2/2/2023) sekitar pukul 00.26 WIB.
Keluarga dekat dan tetangga tampak berkumpul menyambut kepulangan mendiang Benny Dollo. Di samping itu, hadir pula mantan pemain Arema dan Persita, Anthony Jomah Ballah.
“Mendengar kabar dari Firman Utina kalau coach Benny Dolo meninggal, saya buru-buru ke sini. Saya ingin menyampaikan penghormatan terakhir,” katanya kepada Liputan6.com.
Setelah jenazah tiba di rumah duka, pihak keluarga menggelar kebaktian singkat. Rencananya, Benny Dollo akan dimakamkan di TPU Astanaraga, Pamulang 2, Tangerang Selatan, pada Sabtu siang (4/2/2023) mendatang.
Advertisement