Liputan6.com, Jakarta - Mengonsumsi cokelat bisa meningkatkan hormon kebahagiaan bagi orang yang mengonsumsinya.
Tidak heran banyak dari kita menikmati cokelat.
Advertisement
Cokelat merupakan sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao. Cokelat juga ada bermacam-macam jenisnya mulai dari cokelat susu, cokelat hitam, cokelat putih, dan variasi lainnya.
Cokelat pun bisa dibuat menjadi bentuk lain seperti permen, kue, es krim, dan biskuit, dan lainnya.
Namun, mengapa cokelat terasa begitu nikmat dan lezat ketika kita memakannya?
Melansir dari Mental Floss, Rabu (8/2/2023), para ilmuwan di Universitas Leeds mencari tahu alasannya.
Jawabannya adalah lubrication atau pelumasan.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal "ACS Applied Materials and Interfaces", para peneliti meneliti bagaimana cokelat larut di mulut menggunakan lidah silikon cetakan 3D buatan.
Para peneliti di Fakultas Ilmu Pangan dan Nutrisi bersama dengan Fakultas Teknik Mesin, mereka mengandalkan tribologi, atau studi tentang bagaimana permukaan berinteraksi dalam gerakan.
Menggunakan 15 lidah silikon dengan papila kecil dan mukosa perut babi sebagai pengganti air liur, para peneliti mengamati bagaimana cokelat larut. Lemak di permukaan luar cokelat melapisi lidah, meninggalkan lapisan lemak di silikon. Setelah larut, partikel kakao menghantam lidah, menawarkan sensasi lebih lanjut.
Lemak di dalam cokelat tampaknya tidak banyak berpengaruh. Mengapa detail terakhir itu penting? Bisa jadi cokelat dengan kandungan lemak lebih rendah masih bisa memuaskan.
"Dengan memahami mekanisme fisik yang terjadi saat orang makan cokelat, kami percaya bahwa generasi cokelat berikutnya dapat dikembangkan yang menawarkan rasa dan sensasi cokelat tinggi lemak tetapi merupakan pilihan yang lebih sehat," kata rekan penulis studi Dr. Siavash Soltanahmadi.
"Penelitian kami membuka kemungkinan bahwa produsen dapat merancang cokelat hitam secara cerdas untuk mengurangi kandungan lemak secara keseluruhan," lanjutnya.
Tribologi juga dapat digunakan untuk memeriksa rasa mentega, keju, dan makanan lain di mulut, dengan tujuan untuk menciptakan lebih banyak variasi sadar kesehatan yang masih enak di lidah.
Lemak dan Tekstur, Komponen Utama dari Kelezatan Cokelat
Tim ilmuwan di University of Leeds telah menganalisis proses fisik yang terjadi saat cokelat pecah di dalam mulut dan kesimpulannya adalah bahwa lemak dalam cokelat leleh membantu membuat teksturnya begitu menarik, dikutip dari ITV, Kamis (2/2/2023).
Dengan menganalisis setiap langkah dalam prosesnya, para peneliti berharap temuan mereka akan mengarah pada pengembangan cokelat mewah dengan rasa dan tekstur yang sama yang lebih sehat untuk dimakan.
Tim tersebut mengatakan saat cokelat bersentuhan dengan lidah, cokelat melepaskan lapisan lemak yang melapisi lidah dan permukaan lain di mulut, membuatnya terasa halus sepanjang waktu berada di dalam mulut.
Menurut penelitian, sensasi coklat muncul dari cara melumasi coklat, baik dari bahan dalam coklat itu sendiri, air liur atau kombinasi keduanya.
Hampir segera setelah cokelat bersentuhan dengan lidah, lemak memainkan peran kunci. Setelah itu, partikel kakao padat dilepaskan dan menjadi penting dalam hal sensasi fisik.
Anwesha Sarkar, seorang profesor di Universitas Leeds, mengatakan bahwa orang-orang dapat menggunakan pengetahuan mereka untuk merancang makanan dengan rasa, tekstur, atau manfaat kesehatan yang lebih baik.
"Cokelat yang memiliki 5 persen lemak atau 50 persen lemak tetap akan membentuk titik kecil di mulut dan memberikan sensasi cokelat," jelas Anwesha.
"Kami menunjukkan bahwa lapisan lemak harus berada di lapisan luar cokelat, ini yang paling penting, diikuti dengan pelapisan partikel kakao yang efektif oleh lemak, ini membantu membuat cokelat terasa enak," imbuhnya.
Studi tersebut tidak melihat bagaimana rasa cokelat, melainkan berfokus pada sensasi fisik dan tekstur, menggunakan cokelat hitam bermerek mewah di atas permukaan mirip lidah buatan yang dirancang di universitas.
Advertisement
Takaran Konsumsi Cokelat yang Tepat per Hari
Cokelat memang enak dan nikmat, tetapi jangan keseringan memakannya.
Ahli gizi merekomendasikan untuk sering mengonsumsi cokelat dalam porsi kecil. Aturan takarannya, bagi laki-laki dan perempuan dewasa yang tidak mempunyai masalah kesehatan berarti dapat mengonsumsi 30 hingga 50 gram cokelat hitam setiap hari.
Apabila dalam keseharian beraktivitas fisik tinggi, dapat mengonsumsi 1,5 kali lebih banyak dari takarannya. Untuk cokelat putih, pengonsumsiannya tidak lebih dari 20 gram per hari.
Selain itu, ahli gizi juga menyarankan dalam pengonsumsian cokelat ada baiknya dimakan dalam beberapa waktu setiap batangnya. Misalnya, saat pagi hari, makan cokelat lemak dan karbohidrat yang terkandung di dalamnya akan diserap lebih baik.
Ketika makan pada sore hari, cokelat akan meningkatkan produksi hemoglobin. Kemudian di malam hari, bisa memakan sepotong cokelat karena dapat membantu merilis stres dan membuat suasana hati atau mood menjadi lebih tenang.
Dampak Negatif Bila Memakan Cokelat Berlebihan
Kita juga harus mampu menahan diri untuk tidak terlalu banyak makan cokelat. Makan cokelat berlebihan memiliki berbagai dampak negatif.
Salah satunya adalah alergen yang dikandungnya. Alergi makanan memengaruhi jutaan orang. Alergen yang tidak disebutkan sering memicu penarikan produk.
Sebuah makalah pada April 2017 di Journal of Food Protection menunjukkan bahwa banyak cokelat batangan mengandung alergen yang tidak dicantumkan seperti susu dan kacang-kacangan. Makanan ini dapat menyebabkan reaksi parah pada beberapa orang. Kontaminasi semacam itu kerap terjadi bahkan ketika produsen melabeli produknya sebagai produk yang aman.
Cokelat juga mungkin mengandung racun yang tidak disebutkan. Sebuah laporan pada Maret 2018 dalam Journal of Food Composition and Analysis menunjukkan bahwa cokelat olahan dan kakao mentah memiliki kadar kadmium dan nikel yang tidak aman.
Logam berat ini terakumulasi dalam tubuh kamu dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Sayangnya, anak-anak di seluruh dunia mungkin mendapatkan paparan logam berat yang tidak dapat ditoleransi dari makan cokelat.
Efek samping negatif dari cokelat juga mungkin termasuk nyeri ulu hati (heartburn). Menurut American Society for Gastrointestinal Endoscopy, cokelat menurunkan tekanan sfingter esofagus, perubahan yang dapat membuat kamu rentan terhadap heartburn.
Bahkan, sebuah pengumuman dari Institut Nasional Diabetes and Digestive and Kidney Diseases merekomendasikan untuk menghindari cokelat sebagai cara untuk mencegah gejala penyakit asam lambung.
Advertisement