Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso coba menanggapi isu reshuffle di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pria yang akrab disapa Buwas ini diisukan akan naik jadi Menteri Pertanian (Mentan) menggantikan Syahrul Yasin Limpo.
Terlebih, masa tugasnya di Perum Bulog hanya tersisa 2 bulan lagi sejak diangkat menjadi Dirut pada 27 April 2018.
Advertisement
Buwas mengaku, dirinya belum punya rencana lebih lanjut selepas keluar dari Perum Bulog. Dia pun enggan berkomentar lebih lanjut menjawab spekulasi itu.
"Enggak lah, saya enggak perlu memberi tanggapan karena enggak ada pembicaraan ke situ. Enggak ada misal-misalnya, enggak lah," kata Buwas saat dijumpai di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Mantan Kabareskrim ini menegaskan, ia bakal fokus menjalani sisa masa tugasnya sebagai Dirut Perum Bulog. Namun, ia tidak mempermasalahkan bila dirinya kelak bakal diberikan jabatan baru oleh Presiden.
"Sekarang gini loh, sekarang apa yang menjadi tugas kita sekarang kita laksanakan dengan baik. Next kita mau diapain, ya enggak ada masalah, karena saya terbiasa dengan itu. Saya hanya punya target untuk melaksanakan tugas dengan baik," tegasnya.
"Kalau saya diberikan amanah, ya saya kerjakan. Seperti gini contoh, ketika saya saat di Bulog, kan ini amanah yang diberikan pak Presiden pada saya," imbuh Buwas.
Menurutnya, ia tak berhak mendahului berbagai asumsi yang menyebut dirinya akan ditugaskan jadi Mentan. Buwas berkomitmen untuk menuntaskan berbagai misinya di Bulog hingga masa akhir jabatannya, termasuk untuk urusan penyediaan beras.
"Kapasitas saya bukan untuk menolak atau mengiyakan. Saya ya siap untuk melaksanakan dengan segala konsekuensinya. Target saya dekat ini, bagaimana operasi pasar bisa menurunkan harga beras. Dan beras saya betul-betul sampai ke konsumen," pungkasnya.
Dirut Bulog Bongkar Modus Mafia Mainkan Harga Beras
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso membongkar cara licik oknum untuk mempermainkan harga beras. Padahal sudah ada patokan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Budi Waseso menyampaikan, harga jual cadangan beras pemerintah (CBP) adalah sebesar Rp 8.300 per kilogram untuk harga dari gudang. Di hilir atau tingkat konsumen, harganya dipatok harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram.
Menurut Buwas, sapaan akrabnya, ternyata harga beras Bulog di hilir masih ditemukan lebih tinggi dari HET. Sebabnya, ada permainan di sisi distribusi dari gudang ke eceran.
"Kalau tadi saya bilang harganya jadi mahal, gini kesalahannya bukan di Bulog. Bulog kan melepasnya Rp 8.300, okelah karena itu di wilayah Jakarta," ujar dia di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (20/1/2023).
Buwas turut mencoba menghitung keuntungan yang bisa didapat dalam proses penjualan dari gudang hingga ke konsumen. Dengan formulasi yang sudah ditetapkan, seharusnya sudah ada keuntungan di setiap lini.
"Berapa sih biaya angkut sampai ke tempat penyebarannya? Ya paling tidak, boros-borosnya Rp 200 per kilo. Berarti kan modalnya Rp 8.500, ini hitung-hitungan bodohnya saya. Sekarang kalau dijual Rp 8.800 katakanlah, sudah dapat untung Rp 300 rupiah, kan para pengecernya dapat untung lagi. Kalau kita jual Rp 8.800 (per kilogram), mungkin pengecer jual ke konsumen Rp 9.000 (per kilogram)," paparnya.
"Harapannya paling tinggi sesuai dengan HET dong yang Rp 9.450. Nah, sekarang belinya udah Rp 9.400, Rp 9.500, gimana ceritanya dia mau jual HET? Darimana untungnya? Ya nggak mungkin, yang pasti dia jual di atas HET," sambung Buwas.
Advertisement
Ada Mafia
Lebih lanjut, dengan hitungan yang diungkapnya tadi, ada oknum yang memainkan harga tersebut. Dia menyebut kalau itu adalah permainan dari mafia.
"Nah, salahnya siapa? Ya itu tadi, tanda kutip mafia yang memanfaatkan itu. Ya nantilah yang akan mendalami pihak berwenang, bukan saya. Saya nggak mau bicara terbuka, kan bukan kewenangan saya," ungkapnya.
Buwas juga telah mengendus adanya mafia yang bermain di tubuh Bulog. Bahkan, dia tidak segan untuk memecat oknum di tubuh Bulog yang kedapatan mempermainkan harga beras.