Doktor Muda Unair Surabaya Klaim Temukan Vaksin Covid-19 Halal Berbasis Dendritik, Seperti Apa?

Arif bersama tim dari Professor Nidom Foundation melakukan analisis terhadap virus Covid-19. Penelitian yang dilakukan Arif pada disertasinya berfokus pada protein S atau spike.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 03 Feb 2023, 21:08 WIB
Uji klinis vaksin dalam negeri, vaksin Indovac untuk anak masih menunggu persetujuan dari pemerintah. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Liputan6.com, Surabaya - Doktor muda Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Arif Nur Muhammad Ansori mengaku menemukan formula vaksin Covid-19 berbasis imunoterapi dengan sel dendritik dikembangkan dari hasil penelitian disertasinya. Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari vaksin ini.

Vaksin ini memiliki berbagai macam kelebihan seperti aspek halal, respons imun lebih cepat, tidak memerlukan adjuvant, tidak adanya penolakan dari tubuh, dan efek samping yang minimal,” ujarnya, Kamis (2/2/2023).

Pria kelahiran 3 Februari 1994 tersebut mengatakan, vaksin ini memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan vaksin lainnya.

“Jika vaksin yang lain masih memiliki berbagai macam kekurangan seperti efek samping yang berat, adanya respon penolakan tubuh, dan aspek halal yang masih belum terpenuhi,” ungkap Arif.

Penelitian yang dilakukan Arif tersebut bermula saat Covid-19 pertama kali masuk di Indonesia pada Maret 2020. Arif bersama tim dari Professor Nidom Foundation melakukan analisis terhadap virus Covid-19. Penelitian yang dilakukan Arif pada disertasinya berfokus pada protein S atau spike.

Protein yang didapat itu lalu dipetakan melalui metode in silico dan in vitro dimana hasilnya berupa protein terbaik dalam menghasilkan respon imun. Hasil penelitian juga telah melalui proses publikasi jurnal ilmiah pada 2020 dan 2021 lalu yang masuk pada jurnal internasional terindeks Scopus baik Q2 maupun Q1.

Meski demikian, proses penelitian berjalan bukan tanpa kendala. Kesulitan pernah Arif hadapi. Seperti pendanaan dan fasilitas pendukung penelitian. Namun, dukungan penuh dari Professor Nidom Foundation serta dana penelitian dari Program Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuatnya dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

Penelitian yang dihasilkan oleh Arif tersebut dapat menjadi dasar konstruksi protein S yang digunakan dalam pembuatan vaksin berbasis imunoterapi dengan sel dendritik.


Publikasi Ilmiah

Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin booster kepada warga di sentra vaksinasi jemput bola RPTRA Taman Jangkrik, Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2022). Kementerian Kesehatan mencatat capaian vaksinasi booster COVID-19 secara nasional masih di angka 25,48 persen atau sebanyak 53.056.762 orang dari target penerima 208 juta orang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

“Hasil penelitian ini dapat menunjang kemandirian Indonesia tanpa menggantungkan diri pada bangsa lain untuk ketersediaan protein S,” jelas doktor muda lulusan program doktor Fakultas Kedokteran Hewan Unair tersebut.

Hasil penelitian berupa vaksin ini akan terus dikembangkan sehingga tidak hanya mengendap di perpustakaan atau bahkan berhenti pada publikasi ilmiah saja.

“Harapannya vaksin ini dapat digunakan lebih luas untuk masyarakat Indonesia mengingat akan keunggulan dibanding lainnya seperti aspek halal dan minimnya efek samping yang ditimbulkan,” pungkasnya.

Infografis Kombinasi Vaksin Covid-19 untuk Booster II. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya