Hukuman Mati di Arab Saudi Meningkat 2 Kali Lipat Saat Mohammed bin Salman Berkuasa

Enam tahun terakhir merupakan masa yang paling berdarah dalam sejarah modern Arab Saudi, meskipun Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman gencar melakukan modernisasi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Feb 2023, 15:13 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. (Source: AP Photo/Cliff Owen)

Liputan6.com, Riyadh - Tingkat eksekusi mati yang dilakukan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) meningkat hampir dua kali lipat, di mana enam tahun terakhir menjadi periode paling mematikan dalam sejarah modern kerajaan itu.

"Antara 2015 dan 2022, rata-rata 129 eksekusi mati dilakukan setiap tahun. Angka tersebut merupakan peningkatan 82 persen pada periode 2010-2014. Tahun lalu, 147 orang dieksekusi, di mana 90 di antaranya atas kejahatan yang dianggap tanpa kekerasan," demikian diungkapkan laporan yang disusun oleh European Saudi Organisation for Human Rights dan Reprieve seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (3/2/2023).

Pada 12 Maret tahun lalu, hingga 81 orang dihukum mati. Itu merupakan jumlah eksekusi tertinggi sepanjang masa, yang diyakini para aktivis sebagai pesan tajam MBS kepada para pembangkang.

Laporan yang sama menyebutkan, "Penerapan hukuman mati Arab Saudi penuh dengan diskriminasi dan ketidakadilan serta rezim Arab Saudi telah berbohong kepada masyarakat internasional tentang penggunaannya."

"Hukuman mati secara rutin digunakan untuk pelanggaran yang tidak mematikan dan untuk membungkam para pembangkang dan pengunjuk rasa, meskipun Putra Mahkota MBS berjanji bahwa eksekusi hanya akan digunakan untuk kasus pembunuhan," ungkap laporan itu. "Pelanggaran dan penyiksaan pengadilan yang adil adalah endemik dalam kasus hukuman mati, termasuk penyiksaan terhadap terdakwa anak."


Level Intoleransi Meningkat

Ilustrasi hukuman mati atau hukuman gantung (iStockphoto)

Meski di satu sisi, MBS telah memperkenalkan reformasi di kalangan masyarakat Arab Saudi, salah satunya dengan mengizinkan perempuan menyetir, namun tetap tidak ada ruang bagi perbedaan pendapat di bawah monarki absolut itu. MBS dinilai telah membawa intoleransi di Arab Saudi pada level baru, di mana rival politik dan bisnis menjadi target penahanan dan pemerasan.

"Itu benar-benar seperti pedang yang menggantung di atas kita semua, siapapun yang berani menentangnya," ujar seorang bangsawan Arab Saudi yang berada di pengasingannya di Eropa. "Pikirkan bagaimana Gaddafi (mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi). Pikirkan bagaimana Saddam (mantan pemimpin Irak Saddam Hussein). Seperti itulah kita sekarang."

Kerajaan itu dianggap sebagai salah satu eksponen utama hukuman mati di wilayah tersebut, dengan Iran menempati peringkat kedua. Dalam enam tahun terakhir, juga terjadi sedikit peningkatan jumlah eksekusi terhadap anak-anak, perempuan dan warga negara asing, serta eksekusi massal dan eksekusi untuk pelanggaran yang tidak mematikan.

Sementara itu, moratorium hukuman mati untuk kejahatan narkoba baru-baru ini dicabut.

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya