Liputan6.com, Jakarta - Mencegah munculnya jerawat dengan meminum jamu? Bisa kok. Salah satu ramuan minuman tradisional dengan khasiat baik pada kesehatan kulit ini adalah jamu pahitan. Sesuai namanya, rasa pahit jamu ini mungkin membuat banyak orang tidak menjadikannya sebagai minuman favorit.
Namun, mengingat segudang manfaatnya, menahan rasa pahit dianggap sepadan oleh sebagain orang. Jamu pahitan, dikutip dari Jagad Tani, Jumat, 3 Februari 2023, terbuat dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan herbal, termasuk sambiloto dan brotowali.
Baca Juga
Advertisement
Selain sebagai agen anti-jerawat, jamu pahitan juga dipercaya dapat mencegah bau badan, melancarkan peredaran darah, dan menghilangkan gatal-gatal pada kulit, lapor Haloloc. Secara lebih lengkap, jamu pahitan umumnya terbuat dari sambiloto, brotowali, lempuyang, daun meniran, serai, lengkuas, temu ireng, widoro laut, widoro putih, dan adas.
Jamu ini bisa disajikan hangat maupun dingin, tinggal dipilih sesuai selera. Dalam meredam rasa pahitnya, beberapa menambahkan 1 sdm madu dalam penyajiannya, kendati ini disebut tidak terlalu banyak berpengaruh orang sebagian peminumnya.
Merujuk buku Pembuatan Jamu Segar yang Baik dan Benar resep jamu pahitan, yakni:
Bahan-bahan:
1/4 kg sambiloto
1 batang brotowali
1 genggam akar alang-alang
1 genggam ceplik sari
3 liter air
Langkah pembuatan:
1. Cuci bersih semua bahan, tambahkan air.
2. Rebus sampai mendidih. Saring dan dinginkan. Bisa dikonsumsi hangat atau dingin.
Jika jamu pahitan Anda anggap terlalu ekstrem, tenang, karena ada bahan jamu lain yang juga punya manfaat serupa untuk kesehatan kulit. Itu, tidak lain tidak bukan, adalah kunyit.
Agen Anti-penuaan
Kunyit dianggap dapat membantu mengurangi jerawat dan bekasnya. Rempah ini juga dikenal mampu mengurangi bekas luka. Campuran kegunaan ini dapat memungkinkan kunyit membersihkan jerawat maupun mengurangi peradangan di permukaan kulit.
Selain itu, kunyit juga dianggap sebagai agen anti-penuaan. Merujuk buku Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd edition, dilansir dari situs web Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), 29 Januari 2023, kunyit punya sejarah panjang dalam pemanfaatannya sebagai obat, hampir empat ribu tahun lalu.
Di Asia Tenggara, kunyit tidak hanya digunakan sebagai bumbu utama, tapi juga komponen dalam upacara keagamaan. Pengobatan modern pun mulai menyadari pentingnya kunyit, seperti yang ditunjukkan lebih dari tiga ribu publikasi yang berhubungan dengan kunyit dalam 25 tahun terakhir.
Salah satunya, jamu disebut sebagai agen anti-aging karena kandungan kurkuminnya. Mengutip Healthline, kurkuim, yang merupakan senyawa aktif utama dalam kunyit, telah terbukti memiliki sifat pelindung seluler yang kuat, yang dikaitkan dengan efek antioksidannya yang kuat.
Advertisement
Menunda Penuaan Sel
Sebuah proses yang disebut penuaan seluler terjadi ketika sel berhenti membelah. Seiring bertambahnya usia, sel-sel tua menumpuk, yang dipercaya dapat mempercepat penuaan dan perkembangan penyakit.
Penelitian menunjukkan bahwa kurkumin mengaktifkan protein tertentu yang membantu menunda penuaan sel, membuat seseorang tidak hanya awet muda, namun juga memperpanjang usianya. Senyawa utama dalam kunyit ini telah terbukti dapat menunda penyakit dan meringankan gejala penyakit berkaitan dengan usia.
Catatan studi ini pula yang kemudian membuat asupan kunyit dikaitkan dengan penurunan risiko penurunan kognitif terkait usia pada manusia. Dalam pengobatan tradisional, kunyit telah digunakan dalam pengobatan terapeutik selama berabad-abad di berbagai belahan dunia.
Dalam praktik Ayurveda, pengobatan alternatif India kuno, kunyit dianggap memiliki banyak khasiat obat, termasuk memperkuat energi tubuh secara keseluruhan, menghilangkan gas dan cacing, memperbaiki pencernaan, melancarkan menstruasi, melarutkan batu empedu, serta meredakan radang sendi.
Selain itu, negara-negara Asia Selatan juga menggunakannya sebagai antiseptik untuk luka, luka bakar, dan memar, serta sebagai agen antibakteri. Di Pakistan, itu digunakan sebagai agen anti-inflamasi dan sebagai obat untuk ketidaknyamanan gastrointestinal terkait sindrom iritasi usus besar dan gangguan pencernaan lain.
Menambahkan Madu
Namun demikian, jika Anda masih mau mencoba meminum jamu pahitan dengan menambahkan madu, pastikan pemanis itu dimasukkan di tahap akhir pembuatan jamu. Ini dilakukan agar madu tidak teroksidasi, menurut dokter Richard Siahaan dari Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia, dilansir dari kanal Health Liputan6.com.
"Madu itu bahan akhir untuk flavour (rasa), jadi lebih aman ditaruh di akhir karena dia bahan yang memang tidak perlu diolah lagi. Bukan bahan untuk diekstraksi," kata Richard.
Dalam produksi obat herbal di pabrik, penambahan pemanis juga dilakukan terakhir. Pasalnya, madu tidak direbus atau dipanaskan seperti bahan alami lain.
Menurut Richard, hal ini berbeda dengan bahan-bahan semisal jahe atau kunyit yang digunakan ekstraksinya dalam racikan herbal. Bahan-bahan ini umumnya dipanaskan bersama air dan bahan lain di atas kompor. "Jadi ekstraksi itu bahan yang berbeda dengan sesudah dari bentuk kemasan," katanya lagi, seperti dikutip dari Antara.
Advertisement