Liputan6.com, Jakarta - Kasus diabetes yang sesungguhnya merupakan penyakit tidak menular pada anak tak ubahnya epidemi yang terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).
Data IDAI yang dikumpulkan sejak 2010 hingga Januari 2023 menunjukkan terjadi kenaikan prevalensi diabetes pada anak. Kasus diabetes yang banyak ditemukan pada anak adalah diabetes tipe 1. Sedangkan diabetes tipe 2 pada anak sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetesi anak.
Advertisement
Guna menghindari diabetes tipe 2 pada anak, Piprim menyarankan agar anak-anak mendapat asupan protein hewani ditambah sayuran hijau. Hal itu akan membuat anak merasa kenyang lebih lama sehingga tidak kalap ketika mengonsumsi camilan yang tidak sehat.
Selain itu, anak-anak juga disarankan aktif bergerak, berolahraga dan cukup tidur.
Piprim mengingatkan bahwa gaya hidup malas bergerak (mager) akan mempercepat terjadinya penyakit generatif.
"Gaya hidup lain seperti gadget, anak-anak yang enggak mau gerak, olahraga, tidurnya kurang juga akan memperepat terjadinya penyakit generatif, penuaan diri karena terjadinya inflamasi kronik," kata Piprim dalam Media Briefing IDAI "Diabetes pada Anak" yang dilaksanakan secara daring, Rabu, 1 Februari 2023.
Anak-anak dengan diabetes melitus, khususnya pada tipe 1, pun disarankan untuk memeriksa gula darah sebanyak 7 hingga 10 kali dalam sehari. Idealnya hal ini dilakukan sebelum makan utama.
"Jadi kalau tiga kali makan utama berarti enam kali. Lalu sebelum tidur. Jadi wajib tujuh kali idealnya," ujar Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Muhammad Faizi, SpA (K).
Saat ini, diketahui baru sekitar 20 persen anak diabetesi yang memeriksa kadar glukosa darah secara rutin.
Pola Makan Tidak Sehat
Menurut Piprim, tren kenaikan kasus diabetes tipe 2 pada anak berkaitan erat dengan pola makan masyarakat saat ini.
"Pola makan ini sangat erat kaitannya. Mengapa? Karena kalau anak-anak kita diberi makanan yang tinggi glikemik indeksnya berupa snack-snack junk food itu, gula darah mereka cepat naik kemudian turun drastis," jelas Piprim.
Jika pola makan serupa itu terus-menerus dilakukan, maka insulin pun akan terus-menerus diproduksi sehingga memicu munculnya diabetes.
"Insulinnya terus-menerus tinggi kadarnya dalam darah dan kemudian pankreasnya bekerjanya terlalu over," ujarnya.
Sementara pada anak dengan diabetes tipe 1 pun jika terus-menerus mengonsumsi junk food akan mengalami gula darah yang fluktuatif.
"Anak diabetes tipe 1 pun kalau terus-menerus diberi junk food juga nanti kebutuhan insulin kerja cepat sangat tinggi dan gula darah kadang hiper, hipo, butuh insulin dan ini meningkatkan biaya kesehatan," terangnya.
Advertisement
Meningkat 70 Kali Lipat pada Januari 2023
Faizi mengatakan, prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023. Jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah diabetesi anak tahun 2010.
"Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000," ujar Faizi dalam Media Briefing IDAI "Diabetes pada Anak".
Kasus diabetes pada anak, kata Faizi, mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023. Pada anak, kasus diabetes yang banyak ditemukan adalah tipe 1. Sedangkan diabetes tipe 2 pada anak sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetesi anak.
IDAI mencatat, ada 1.645 anak dengan diabetes melitus yang tersebar di 13 kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Yogakarta, Solo, Denpasar, Palembang, Padang, Medan, Makassar, dan Manado.
Kasus Diabetes pada Anak Terbanyak di Jakarta dan Surabaya
Menurut data IDAI, kasus diabetes pada anak terbanyak ada di Jakarta dan Surabaya. Kasus diabetes lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (59,3 persen) dibandingkan pada anak laki-laki.
Lalu, kasus diabetes pada anak tidak hanya dialami oleh anak di atas usia 5 tahun, melainkan juga usia balita.
"Anak balita juga ada. Yang usianya 04 tahun yang terkena diabetes," ungkap Faizi.
Berikut kasus diabetes pada anak Indonesia berdasarkan usia yakni:
- 0-4 tahun: 19 persen
- 5-9 tahun: 31,05 persen
- 10-14 tahun: 46,23 persen
- di atas usia 14 tahun: 3 persen
Meski demikian, Faizi menduga jumlah kasus diabetes melitus pada anak lebih banyak dari angka yang tercatat oleh IDAI.
"Kemungkinan jumlah kasus diabtes pada anak lebih banyak dari angka yang teregistrasi," ucapnya.
Advertisement