Protein Hewani untuk Bayi, Beda dengan Orang Dewasa yang Bisa Bikin Kolesterol

Konsumsi protein hewani untuk bayi terutama saat MPASI ternyata sangat dianjurkan. Berbeda dengan orang dewasa yang sebaiknya dibatasi untuk mencegah kolesterol.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Feb 2023, 07:00 WIB
Simak rekomendasi makanan pendamping ASI untuk bayi alergi protein hewani. (pexels.com/Vanessa Loring)

Liputan6.com, Jakarta Pada orang dewasa, mengonsumsi protein hewani harus dibatasi. Hal tersebut lantaran protein hewani berisiko menyebabkan kolesterol. Namun berbeda halnya dengan bayi, protein hewani justru sangat dianjurkan terutama untuk Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Dr dr Dian Pratamastuti, SpA pun mengonfirmasi soal kebenaran mengonsumsi protein hewani untuk bayi. Menurutnya, konsumsi protein hewani memang sangat dibutuhkan dan dianjurkan terutama untuk mencegah stunting.    

"Protein hewani layaknya susu, ikan, telur, daging menjadi pokok utama sebagai langkah penurunan risiko stunting dan kekurangan gizi yang kronis," ujar Dian dalam virtual talkshow Crystal of the Sea bertema Upaya Bersama Mencegah Stunting ditulis Sabtu, (4/2/2023).

Dian menjelaskan, protein hewani bukan berarti harus diberikan secara penuh dalam menu makanan bayi. Melainkan harus diseimbangkan sebanyak 20-30 persen, dan dilengkapi pula dengan 40 persen karbohidrat.

"Sekali makan, satu piringnya anak-anak itu MPASI atau makanan padatnya untuk anak hingga usia 2 tahun harus seperti itu," kata Dian.

"Kalau istilahnya saya mengatakan racunnya kita orang dewasa, kalau model seperti itu ya kita cepat kolesterol. Tapi justru anak dibawah 2 tahun, di masa golden period, mereka butuh banyak protein hewani," tambahnya.

Protein hewani dalam versi Dian sendiri disingkat menjadi DTIH yakni daging, telur, ikan, dan hati. Dia menyarankan untuk memilih daging merah seperti daging sapi atau daging kambing. Orangtua juga bisa menggunakan daging bebek maupun ayam.

"Ikan, ikan tawar, ikan laut, boleh. Telur, minimal dua sehari untuk mencegah stunting. Hati, hati ayam kampung, hati sapi, hati kambing penting karena zat besinya tinggi sekali," ujar Dian.


MPASI Harus Mengandung Gizi Seimbang

Orangtua mendampingi anaknya bermain di RPTRA Meruya Utara, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting atau gizi buruk di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lebih lanjut Dian mengungkapkan bahwa MPASI pun menjadi fase dimana anak baru belajar mengenali tekstur makanan. Itulah mengapa penting untuk memberikan MPASI yang tepat.

"Sangat penting untuk MPASI yang tepat, mengandung gizi seimbang, sesuai pedoman gizi seimbang yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan. Sehingga tumbuh kembang anak akan berlangsung dengan baik," kata Dian.

"Tapi tidak hanya seimbang. Orangtua juga perlu lebih kreatif dalam menghadirkan menu makanannya supaya anak tidak bosan dan pada akhirnya pemenuhan gizi yang mereka butuhkan menjadi optimal," tegasnya.

Menurut Dian, penting pula bagi para orangtua untuk mengingat bahwa jangan hanya menyiapkan MPASI yang sehat, melainkan juga harum dan lezat.

"Makanan harus enak, harus wangi, harus harum, lezat. Pakai gula dan garam. Enggak ada lagi, saya enggak mau menemui ibu yang enggak ngasih gula garam pada anaknya di MPASI. Alamat nanti di usia delapan atau 10 bulan, puncak-puncaknya anak menemui dokter anak karena masalah GTM," kata Dian.


Pentingnya Penuhi Zat Gizi Makro

Hari Gizi Nasional, simak cara mencegah stunting dan obesitas pada anak. (pexels/alex green).

Dian mengungkapkan bahwa jika bicara soal MPASI, penting untuk mengingat dua hal yakni zat gizi makro nutrien dan zat gizi mikro nutrien. Keduanya sama-sama tak boleh terlewatkan karena punya manfaat penting.

"Zat gizi makro ini yaitu karbohidrat, lemak, protein sangat berfungsi untuk anti lemas, menghasilkan energi pada anak dibawah dua tahun yang sangat aktif dalam masa eksplorasinya, masa belajarnya," ujar Dian.

"Mereka butuh banyak energi yang tinggi karena mereka seperti batu baterai yang enggak bisa lowbat. Jadi mereka butuh banyak karbohidrat yang tinggi. Itu alasannya kenapa sih karbohidrat harus 50 persen atau setengah mangkok," tambahnya.

Tak berhenti di sana, zat gizi makro sebenarnya punya manfaat lain yang tak kalah pentingnya yakni untuk meregenerasi atau mengganti sel-sel dalam tubuh anak yang rusak. Seperti saat anak kelelahan usai bermain atau belajar.

"Zat gizi makro berfungsi untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak setelah mereka capek, lelah bermain, banyak belajar. Sel-sel yang rusak digantikan, yang sedang sakit cepat pulih. Makanya dibutuhkan makanan seperti ini," kata Dian.


Bagaimana dengan Zat Gizi Mikro?

ilustrasi resep mpasi untuk bayi yang sehat/unsplash

Begitupun dengan zat gizi mikro. Dian mengungkapkan bahwa berbeda dengan zat gizi makro, zat gizi mikro lebih menegaskan pada kandungan vitamin yang ujungnya punya manfaat untuk metabolisme anak.

"Zat gizi mikro nutrien itu terdiri dari vitamin A, D, E, K, B, C, dan vitamin zat besi, kalsium, magnesium, yodium. Itu penting sekali untuk membantu proses metabolismenya zat gizi makro," ujar Dian.

"Jadi antara zat gizi makro nutrien dan zat mikro nutrien itu harus saling berkesinambungan," tegasnya.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya