Liputan6.com, Jakarta Awan mendung tengah menyelimuti sepak bola Indonesia dalam sepekan terakhir. Tiga tokoh yang pernah mewarnai perjalanan olahraga paling populer di Tanah Air tutup usia karena sakit.
Kabar duka pertama datang dari Benny Dolo. Mantan pelatih timnas Indonesia itu meninggal dunia pada Rabu malam (1/2/2023) setelah dirawat empat hari di RSUD Tangerang Selatan, Banten.
Advertisement
Menurut keluarga, Benny Dolo meninggal akibat serangan jantung. Pria yang pernah menukangi Persita Tangerang dan Arema Malang tersebut meninggalkan seorang istri, dua anak, dan dua orang cucu.
Benny Dolo meninggal di usia 72 tahun. Kepergiannya jadi kehilangan besar bagi sepak bola Indonesia.
Semasa hidup, pria dengan nama lengkap Benny Selvianus Dolo itu mengawali karier kepelatihannya dari tim legendaris asal Jakarta, UMS. Selanjutnya, Benny dipercaya menukangi sejumlah klub elite di Tanah Air, seperti Pelita Jaya, Persma Manado, Persita Tangerang, Arema, hingga Persija Jakarta.
Dari perjalanan tersebut, sosok yang akrab disapa Bendol ini meraup sejumlah gelar. Di antaranya membawa Pelita Jaya juara sebanyak tiga kali.
Bendol juga membantu Arema Malang menjuarai Liga Indonesia 2004 serta Copa Indonesia 2005 dan 2006. Di level internasional, Bendol mempersembahkan Piala Kemerdekaan 2008 bagi Indonesia.
Benny Dollo juga pernah melatih Timnas Indonesia dalam dua periode, salah satunya di Piala AFF 2008. Kala itu Tim Garuda disingkirkan Thailand di semifinal.
Sosok kelahiran Manado ini juga melatih tim U-23 yang tampil di SEA Games 2001. Kembali Thailand menjegal ambisinya membawa tanah kelahiran berjaya pada semifinal.
Benny Dolo dimakamkan di pemakaman umum TPU Pamulang 2, Tangsel, Sabtu (4/2/2023).
Suimin Diharja
Sehari setelah pemakaman Bendol, sepak bola Tanah Air kembali dikejutkan dengan berita kematian mantan pelatih PSMS Medan, Suimin Diharja. Pria asal Kota Binjai, Sumatera Utara itu meninggal dunia pada Minggu (5/2/2023) pagi di usia 66 tahun.
Kabar meninggalnya Suimin disampaikan oleh putrinya di media sosial. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah meninggal dunia orang tua saya Bapak Suimin Diharja. Mohon maaf atas segala kesalahan-kesalahan beliau," tulis putri Suimin di Instagram dengan menggunakan akun tellylyla.
Suimin Diharja lahir di Binjai, Sumatera Utara, 21 Maret 1959. Dia mengawali karier kepelatihannya bersama PSBL Langsa pada tahun 1990-1993. Namanya kemudian melambung saat menangani tim kebanggaan warga Sumatera Utara, PSMS Medan pada tahun 1997.
Selama melatih, Suimin punya ciri khas selalu menggunakan topi flatcap. Pria yang dijuluki pelatih kampung itu juga kerap mengandalkan talenta-talenta lokal, termasuk saat menukangi Ayam Kinantan.
Pada musim perdananya menangani PSMS, Suimin mampu membawa PSMS memuncaki klasemen wilayah Barat. Sayang, kompetisi terhenti akibat kerusuhan Mei 1998.
Pada tahun berikutnya, Suimin berhasil membantu PSMS ke semifinal Liga Indonesia, namun kalah adu penalti dari Persebaya Surabaya. Dua musim kemudian, PSMS asuhan Suimin berhasil menembus semifinal. Kali ini, PSMS juga takluk melalui adu penalti dari PSM Makassar.
Setelah dari PSMS, Suimin Diharja sempat melatih sejumlah klub seperti PSPS Riau, Sriwijaya FC, Persikabo Bogor, Persijap Jepara, Persitara Jakarta Utara, hingga berakhir di PSDS Deli Serdang.
Advertisement
Sekjen 'Abadi' Nugraha Besoes
Sementara itu, kabar duka juga datang dari mantan Sekjen PSSI, Nugraha Besoes. Pria yang akrab disapa Kang Nug itu meninggal di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) pada usia 81 tahun.
Nugraha Besoes dikabarkan sempat menjalani perawatan selama sembilan hari di RS PON akibat penyakit stroke yang dideritanya. Jenazah disemayamkan di rumah duka di kawasan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat dan akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Senin, 6 Februari 2023 siang.
Semasa hidupnya, Nugraha Besoes tercatat pernah menjadi Sekjen PSSI di dua periode yang berbeda, yang berbeda, yakni 1983-1999 dan 2003-2011. Pada tahun 1983-1999 dia membantu tiga ketua umum berbeda, yakni Kardono (1983-1991), Azwar Anas (1991-1999), dan Nurdin (2003-2011). Pengalaman 28 tahun ini membuat Nugraha sering disebut sebagai Sekjen 'Abadi' PSSI.
Ucapan Duka
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, ikut berduka atas kepergian tokoh-tokoh sepak bola tersebut. Dalam rilisnya, La Nyalla menyebut, ketiganya punya kontribusi besar bagi Tanah Air.
"Saya merasa amat kehilangan. Mereka bertiga adalah insan hebat yang memberikan kontribusi bagi kemajuan sepakbola Indonesia. Saya turut berduka cita yang amat mendalam," katanya dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (6/2/2023). LaNyalla juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dedikasi yang ditorehkan oleh Benny dollo, Suimin Diharja dan Nugraha Besoes.
"Apa yang menjadi mimpi dan cita-cita mereka tentang sepakbola Indonesia yang maju, profesional dan mampu menorehkan prestasi yang tinggi tentu akan kita lanjutkan. Indonesia akan mengenang kiprah mereka dan mengucapkan terima kasih atas jasa yang telah ditorehkan," ucap LaNyalla yang juga ikut maju pada pemilihan Ketua Umum pada Kongres Luar Biasa PSSI pada 16 Februari 2023.
Advertisement