China Akui Balon Terbang di Amerika Latin Miliknya, Klaim untuk Tujuan Sipil

Kemlu China menuturkan bahwa balon tersebut menyimpang dari rutenya karena terlempar keluar jalur akibat kemampuan manuver pesawat yang terbatas dan kondisi cuaca.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Feb 2023, 07:34 WIB
Sebuah balon mata-mata China terbang di Billings, Montana, Amerika Serikat, 1 Februari 2023. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken membatalkan lawatannya ke Beijing, yang dijadwalkan berlangsung pada 5 Februari, setelah balon mata-mata China melintasi wilayah AS. (Larry Mayer/The Billings Gazette via AP)

Liputan6.com, Beijing - China mengakui bahwa balon yang terlihat di atas Amerika Latin pada Jumat (3/2/2023), miliknya. Beijing mengklaim balon itu dimaksudkan untuk tujuan sipil.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menuturkan bahwa balon tersebut menyimpang dari rutenya karena terlempar keluar jalur akibat kemampuan manuver pesawat yang terbatas dan kondisi cuaca.

"Pesawat tak berawak yang berasal dari China itu bersifat sipil dan digunakan untuk uji terbang," tambahnya seperti dikutip dari BBC, Selasa (7/2). "China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu mematuhi hukum internasional dengan ketat untuk menginformasikan dan menangani semua pihak terkait dengan baik, tanpa menimbulkan ancaman bagi negara mana pun."

Sebelumnya, balon serupa ditembak jatuh di wilayah udara Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (4/2), dengan tuduhan bahwa itu merupakan balon mata-mata. China sendiri membantahnya dan mengklaim balon tersebut dimaksudkan untuk memantau cuaca.

Kemudian pada Senin (6/2), China juga mengakui bahwa sebuah pesawatnya secara tidak sengaja memasuki wilayah udara Amerika Latin dan Karibia.

Insiden ditembak jatuhnya balon mata-mata tersebut memicu titik didih baru dalam hubungan AS-China.


Tidak Menimbulkan Ancaman

Sebuah balon terbang di atas Columbia, Missouri, Amerika Serikat, 3 Februari 2023. Para pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa saluran diplomatik tetap terbuka dan Blinken menuturkan, dia tetap bersedia melakukan perjalanan ke China ketika kondisi memungkinkan. (Anna Griffin/Missourian via AP)

Balon kedua China yag terbang di wilayah Amerika Latin terdeteksi oleh militer AS pada Jumat.

Kemudian pada akhir pekan, Angkatan Udara Kolombia mengumumkan hal senada bahwa sebuah objek dengan karakteristik mirip dengan balon terdeteksi pada 3 Februari di wilayah udaranya, tepatnya pada ketinggian 55.000 kaki.

Kolombia mengatakan telah mengikuti objek tersebut sampai meninggalkan wilayah udaranya. Otoritas setempat menambahkan bahwa balon China tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional.


Penyelam AL AS Masih Terus Bekerja

Sisa balon mata-mata China terjatuh di atas Samudra Atlantik, South Carolina, Amerika Serikat, 4 Februari 2023. Presiden Amerika Serikat Joe Biden berada di bawah tekanan untuk menembak jatuh balon itu sejak pertama kali muncul di wilayah udara Amerika Serikat. (Chad Fish via AP)

Sementara itu, penyelam dari Angkatan Laut AS terus berupaya mengumpulkan serpihan balon mata-mata yang ditembak jatuh di lepas pantai South Carolina.

Presiden AS Joe Biden pertama kali menyetujui rencana untuk menembak jatuh balon mata-mata tersebut pada Rabu (1/2), tetapi memutuskan untuk menunggu sampai balon tersebut berada di atas perairan agar tidak membahayakan keselamatan orang di darat.

AS yakin balon mata-mata tersebut digunakan untuk memantau situs militernya.

Mantan Panglima Militer AS Laksamana Mike Mullen menolak klaim China bahwa balon mata-mata itu melenceng karena terbawa angin. Dia mengatakan bahwa balon mata-mata itu dapat bermanuver karena "memiliki baling-baling".

"Itu bukan kecelakaan. Itu disengaja. Kerja intelijen," tambahnya seperti dikutip dari CNN.

Pentagon menyebut tindakan China mengirimkan balon mata-mata sebagai "pelanggaran yang tidak dapat diterima" atas kedaulatannya. Lawatan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China pun dibatalkan akibat insiden balon mata-mata tersebut.


Protes China

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

China sendiri telah mengajukan protes atas keputusan AS menembak jatuh balon miliknya, menyebut Washington bereaksi berlebihan.

"AS menggunakan kekuatan untuk menyerang pesawat sipil tak berawak kami, yang jelas merupakan reaksi berlebihan. Kami menyatakan protes serius terhadap tindakan AS," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei pada Minggu (5/2) sore. "China berhak menggunakan cara yang diperlukan untuk menghadapi situasi serupa."

Kementerian Luar Negeri China sebelumnya juga mencap AS bereaksi berlebihan.

"Pihak China telah berulang kali memberitahu AS setelah verifikasi bahwa pesawat itu untuk penggunaan sipil dan memasuki wilayah AS karena force majeure," ungkap Kementerian Luar Negeri China.

"China dengan jelas meminta AS untuk menanganinya dengan baik, dengan cara yang tenang, profesional, dan terkendali. Lagipula, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan AS juga sudah menyatakan bahwa balon tersebut tidak akan menimbulkan ancaman militer atau pribadi terhadap individu di darat."

Pada Sabtu, media pemerintah China mengumumkan bahwa kepala layanan cuaca negara itu telah dibebastugaskan. Langkah ini dinilai sejumlah analisis sebagai upaya untuk memperkuat posisi Beijing tentang keberadaan balon mata-mata tersebut.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya