15 Orang Tewas Akibat Tanah Longsor di Peru

Longsor di Peru juga menyebabkan 20 orang dirawat karena menderita luka ringan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Feb 2023, 12:00 WIB
Ilustrasi Tanah longsor (Istimewa)

Liputan6.com, Lima - Hujan deras di wilayah selatan Peru pada Senin (6/2/2023), memicu tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 15 orang.

"Jumlah orang yang tewas sejauh ini telah meningkat menjadi 15 orang," kata Direktorat Institut Pertahanan Sipil Nasional di wilayah Arequipa seperti dikutip dari France 24, Selasa (7/2).

Biro Kementerian Kesehatan Peru di kota pegunungan Secocha, tempat tanah longsor terjadi, menambahkan bahwa 20 orang dirawat karena menderita luka ringan.

Terletak di tepi Sungai Ocona di Provinsi Camana, Secocha adalah salah satu area di Arequipa yang menghadapi ancaman tingkat air yang tinggi menyusul hujan deras yang terus turun.

Pada Senin pagi, Ocona mengalir dengan kecepatan 585,6 meter kubik per detik. Pemerintah Peru telah mengeluarkan peringatan bahwa sungai yang meluap dapat memengaruhi pusat populasi terdekat.


Pengiriman Bantuan

Ilustrasi bendera Peru (AFP Photo)

Untuk mengatasi dampak tanah longsor, Kementerian Kesehatan Peru mengumumkan bahwa mereka akan mengirim dua brigade yang terdiri dari dokter, perawat, profesional kesehatan mental, dan 150kg obat-obatan ke wilayah terdampak.

Tentara Peru juga telah mengerahkan helikopter ke wilayah tersebut, mengangkut bantuan kemanusiaan, air minum, dan karung pasir ke lokasi darurat.

"Upaya pencarian dan penyelamatan terus berlanjut," kata Kementerian Pertahanan Peru via Twitter.


Bencana di Tengah Protes Antipemerintah

Para pendukung mantan Presiden Peru Pedro Castillo mengobarkan aksi protes yang diwarnai bentrokan pada 12 Desember 2022. (Dok. AFP)

Longsor melanda di tengah demonstrasi antipemerintah yang sedang berlangsung di Peru, banyak di antaranya terkonsentrasi di wilayah selatan seperti Arequipa.

Protes dipicu pada Desember 2022 ketika Presiden Pedro Castillo saat itu berusaha membubarkan kongres secara ilegal menjelang sidang pemakzulan ketiganya. Langkah itu membuat kongres memakzulkan Castillo, yang sejak saat itu ditahan atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi.

Mantan wakil presidennya, Dina Boluarte, kemudian dilantik sebagai presiden perempuan pertama Peru pada hari yang sama.

Castillo, yang pernah dianggap sebagai kandidat kuda hitam untuk kursi kepresidenan, adalah mantan guru sekolah dan pengurus serikat pekerja dari pedesaan utara Peru. Masa kepresidenan Castillo membangkitkan dukungan di daerah pedesaan miskin lainnya di negara itu, termasuk Arequipa, di mana pengunjuk rasa menyerbu bandara dan memblokir jalan raya sebagai tanggapan atas penangkapan Castillo.

Demonstrasi menentang penahanan Castillo telah berlanjut selama lebih dari dua bulan, dengan pengunjuk rasa menyerukan pembebasan Castillo, pemecatan Boluarte, pembubaran kongres, pelaksanaan pemilu, dan perubahan konstitusi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya