Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 5.500 bangunan dilaporkan runtuh akibat gempa yang mengguncang Turki pada 6 Februari 2023. Hal ini berdasarkan laporan dari organisasi Bulan Sabit Merah Turki di Kota Kahramanmaras. Selain itu, ribuan bangunan lainnya dilaporkan rusak berat.
"Setidaknya 5.500 bangunan telah runtuh, dan ribuan lainnya telah rusak berat," kata Kepala Bulan Sabit Merah Turki dikutip dari laman aljazeera, Selasa (7/2/2023).
Baca Juga
Advertisement
Hal yang sama juga dilaporkan oleh UNICEF. Lembaga dari PBB yang khusus menangani anak-anak ini, melaporkan bahwa ribuan rumah kemungkinan telah hancur setelah gempa di Turki dan Suriah, Senin, 6 Februari 2023.
"Ribuan rumah kemungkinan besar telah hancur, menggusur keluarga dan mengekspos mereka ke waktu ketika suhu secara teratur turun di bawah titik beku dan salju, serta hujan beku biasa terjadi," demikian pernyataan UNICEF.
Mereka menyambung, "Badai salju yang lebat juga melanda beberapa bagian Suriah dan Turki, baru-baru ini, dengan perkiraan suhu di bawah nol derajat."
"Di Turki saja, setidaknya 5.606 bangunan runtuh, menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki. Juga, ada laporan kehancuran serupa di Suriah utara. Kemungkinan rumah sakit dan sekolah, serta fasilitas medis dan pendidikan lain rusak atau hancur," kata UNICEF.
UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Turki dan Manajemen Bencana dan Darurat Turki untuk "kebutuhan yang muncul terkait respons kemanusiaan yang lebih luas," kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa kelompok tersebut juga bersiap mendukung upaya serupa di Suriah.
Sementara, otoritas di Istanbul telah mengirim sebanyak 13.000 personel penyelamat ke zona gempa Turki pada Selasa (7/2/2023) pagi, kata Gubernur Ali Yerlikaya.
Tim tersebut terdiri dari staf dan relawan, dan dikirim secara khusus ke provinsi Hatay, dikutip dari laman BBC, Selasa (7/2/2023).
Pusat Gempa Turki
Lebih dari 4.300 orang tewas dan tim penyelamat terus berupaya menyelamatkan korban gempa Turki pada Selasa 7 Februari 2023. Pusat gempa Turki pada Senin 6 Februari pagi kemarin berada di satu titik yaitu Kota Kahramanmaras.
Dikutip dari BBC, Selasa (7/2/2023), sejauh ini sudah lebih dari 15 ribu orang yang dilaporkan mengalami luka akibat bencana tersebut.
Penyebab gempa Turki ternyata disebabkan oleh aktivitas Anatolian Plate (Lempeng Anatolia).
Lantas, apa itu Lempeng Anatolia?
Dikutip dari laman Eurasiatectonics, Selasa (7/2/2023), Lempeng Anatolia terletak di Turki dan merupakan bagian dari sistem aktivitas tektonik yang kompleks dan relatif aktif di wilayah tersebut, terutama dengan lempeng sekitarnya.
Lempeng tersebut berbagi batas dengan Lempeng Eurasia, Lempeng Afrika, Lempeng Arab, dan Lempeng Laut Aegean.
Wilayah ini juga terkenal dengan North-Anatolian Transform Fault atau Sesar Anatolia Utara, yaitu patahan transformasi benua yang mencolok dari timur-barat yang terletak di Turki utara.
Kemudian, posisi ini menghasilkan aktivitas gempa yang terus-menerus di sepanjang patahan tersebut.
Wilayah ini juga dapat dibagi lagi menjadi tiga wilayah tektonik yang lebih kecil:
PontidesAnatolide-Tauridesdan Platform ArabLempeng Anatolia awalnya terbentuk pada Oligosen (skala waktu geologi sekitar 34 juta tahun silam). Sebagian besar geologi Turki menunjukkan adanya petrologi (bebatuan dan proses pembentukannya).
Sebagian besar juga terbentuk melalui keberadaan ofiolit (penggalan kerak samudera dan lapisan mantel bawah) yang tersebar luas dan terbentuk melalui obduksi Samudera Tethyan Trias.
Geologis Turki juga dicirikan dengan ofiolit dan melange ophiolitik yang dibentuk oleh penutupan beberapa samudra Trias.
Lantaran alasan geologis tersebutlah yang membuat Turki menjadi salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia.
Advertisement