Jokowi Siapkan Bantuan Gempa Turki: Masih Cari Pesawat

Menurut Jokowi, bantuan gempa Turki tengah dipersiapkan oleh para menteri. Pemerintah masih mencari pesawat untuk mengirimkannya.

oleh Fachrur RozieMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 07 Feb 2023, 20:13 WIB
Korban dari gempa berkekuatan 7,7 magnitudo di wilayah Adana, Turki. (Bisa Erok/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut pemerintah Indonesia akan segera mengirimkan bantuan ke Turki pasca-gempa 7,8 magnitudo. Menurut Jokowi, bantuan gempa Turki tengah dipersiapkan oleh para menteri.

"Iya ini sedang disiapkan bantuannya, oleh Menlu, Kemenhan, dan juga oleh Kemensos. Baru disiapkan dan segera akan dikirim," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (7/2/2023).

Jokowi tak merinci kapan waktu tepatnya bantuan tersebut akan dikirim. Namun, Jokowi menyebut sejak pagi pihaknya masih mencari pesawat untuk mengantar bantuan tersebut.

"Secepatnya. Ini tadi pagi masih mencari pesawat," kata Jokowi.

Total korban tewas gempa di Turki dan Suriah telah melampaui angka 5.000.

Wakil presiden Turki Fuat Oktay mengatakan bahwa jumlah korban tewas di negara itu akibat gempa sekarang mencapai 3.419. Itu membuat jumlah korban tewas resmi gabungan dari Turki dan Suriah menjadi 5.021.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (7/2/2022), beberapa faktor menyebabkan jumlah kematiannya begitu banyak. Ini termasuk waktu, lokasi, garis patahan yang relatif tenang dan lemahnya konstruksi bangunan, kata para ahli.

Salah satu alasan mengapa gempa tersebut menyebabkan kehancuran seperti itu adalah karena kekuatannya. Ini adalah gempa terkuat yang melanda Turki sejak 1939. Selain itu, gempa ini juga melanda wilayah berpenduduk.

"Alasan lain adalah bahwa gempa terjadi pada pukul 4.17 pagi, yang berarti bahwa orang-orang yang sedang tidur terperangkap dalam reruntuhan rumah mereka," kata Roger Musson, peneliti di British Geological Survey, kepada AFP.

 


Zona Gempa Paling Aktif di Dunia

Konstruksi bangunan juga tidak "benar-benar memadai untuk daerah yang rawan gempa besar", kata penulis buku The Million Death Quake itu.

Hal itu sebagian mungkin disebabkan oleh fakta bahwa garis patahan tempat gempa terjadi baru-baru ini relatif tenang.

Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Sebuah gempa di sepanjang garis patahan Anatolia Utara di wilayah Turki utara Duzce menewaskan lebih dari 17.000 orang pada tahun 1999.

Tapi, gempa pada Senin kemarin terjadi di sisi lain negara itu, di sepanjang patahan Anatolia Timur.

Patahan Anatolia Timur tidak memiliki gempa bermagnitudo 7 selama lebih dari dua abad, yang bisa berarti orang "mengabaikan betapa berbahayanya" itu, kata Musson.

 


Gempa Besar Pernah Terjadi di 1822

Karena sudah begitu lama sejak gempa besar terakhir, "cukup banyak energi" mungkin telah terkumpul, menurut teori Musson.

"Kekuatan gempa susulan pada hari Senin, termasuk gempa berkekuatan 7,5 skala Richter, mendukung teori ini," tambahnya.

Musson juga mengatakan bahwa gempa ini mirip dengan gempa berkekuatan 7,4 di daerah yang sama pada 13 Agustus 1822.

"Itu menyebabkan kerusakan yang sangat besar, seluruh kota hancur, dan korban jiwa mencapai puluhan ribu," katanya.

Gempa susulan dari gempa itu terus bergemuruh hingga Juni tahun berikutnya.

Carmen Solana, ahli vulkanologi di Universitas Portsmouth Inggris, mengatakan karena gempa bumi tidak dapat diprediksi, bangunan tahan gempa sangat penting di daerah yang terkena dampak.

"Sayangnya, infrastruktur yang resisten tidak merata di Türkiye Selatan dan khususnya Suriah," tambahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya