Liputan6.com, Jakarta - CoHive telah merilis laporan terbaru mengenai dunia kerja usai pandemi Covid-19. Bertajuk Laporan Hasil Survei Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19, laporan ini disusun berdasarkan survei yang dilakukan pada November 2021 hingga Januari 2022.
Adapun tujuan survei tersebut untuk menghimpun pendapat dan harapan para pekerja dalam menghadapi dunia kerja di era normal baru usai pandemi. Awalnya, laporan ini akan dipublikasikan tahun lalu, tapi akhirnya baru diungkap pada 2023.
Advertisement
"Terlepas dari adanya perbedaan pendapat mengenai hasil survei ini, kami berharap laporan ini bisa memberikan sebuah sudut pandang bagi manajemen maupun profesional SDM berdiskusi dan mengambil keputusan terbaik dalam menerapkan kebijakan kerja yang dapat mendorong produktivitas dan mendukung work-life balance karyawan," tulis CoHive seperti dikutip dari laporan tersebut, Rabu (8/2/2023).
Salah satu temuan dalam laporan ini adalah mayoritas responden karyawan atau 77 persen di antaranya memilih kembali bekerja dari kantor, apabila kondisi sudah kembali normal. Namun, mereka berharap setidaknya ada satu hari dalam seminggu yang memungkinkan mereka WFH (work from home).
Menurut CoHive, ada beberapa faktor yang membuat mendorong pilihan tersebut,seperti kebijakan perusahaan di masa pandemi, tantangan bekerja dari rumah, dan kurang efektifnya komunikasi selama bekerja dari rumah.
Laporan ini juga menemukan kebijakan perusahaan di masa pandemi menjadi faktor utama yang berpengaruh pada preferensi karyawan terhadap sistem kerja usai pandemi. Sebagai gambaran, 65 persen responden bekerja secara hybrid selama pandemi, dan ada 18 persen yang menjalankan WFH.
Responden yang selama pandemi menjalankan WFH punya kecenderungan lebih besar memilih tetap WFH, dibandingkan mereka yang menjalani kebijakan hybrid maupun yang sepenuhnya bekerja dari kantor.
Dari responden itu diketahui, ada beberapa tantangan utama saat WFH, yakni banyaknya gangguan (28 persen), masalah terkait jaringan internet (23 persen), dan tidak tersedianya ruang kerja yang layak (15 persen). Lalu, ada 40 persen responden mengaku kelengkapan fasilitas menjadi hal yang disukai dari bekerja di kantor.
Temuan Lain
Laporan CoHive ini juga mencatat ada sekitar 48 persen responden yang menjalani sistem WFH maupun hybrid merasa kurangnya efektivitas komunikasi, jika dibandingkan saat bekerja dari kantor.
Selain temuan di atas, ada beberapa temuan menarik lain yang diperoleh dari survei ini. Berikut beberapa di antaranya:
- Sistem WFH dan WFO memiliki kelebihan masing-masing
Menurut responden, kelebihan WFH yang paling banyak dirasakan adalah mengurangi biaya perjalanan (74 persen), mengurangi waktu perjalanan (68 persen), dan kemudahan dalam mengatur waktu.
Sementara kelebihan WFO yang paling banyak dirasakan adalah kemudahan berkomunikasi (76 persen), interaksi dan kegiatan sosial bersama (61 persen), dan kelengkapan fasilitas kerja (40 persen).
- WFH mendukung work-life balance dan produktivitas karyawan
Sebanyak 66 persen responden mengaku merasakan work-life balance ketika menjalani sistem WFH atau hybrid di masa pandemi. Namun, ada 58 persen responden merasa produktivitasnya sama saja atau lebih tinggi ketika WFH ketimbang WFO.
- Karyawan mengharapkan batasan waktu kerja yang jelas
Jika kondisi sudah memungkinkan untuk kembali bekerja dari kantor, mayoritas responden atau sebanyak 62 persen mengharapkan batasan waktu kerja yang jelas untuk mendukung kesehatan fisik dan mental mereka.
- Rata-rata jumlah WFO yang diinginkan responden 4 hari seminggu
Ada indikasi, meski sebagian besar responden cenderung memilih skema WFO, tetap ada keinginan mereka untuk bisa bekerja secara fleksibel dari rumah setidaknya satu hari dalam seminggu.
- Adanya kebutuhan akan tempat kerja lebih dekat
Jika perusahaan menyediakan lokasi tempat bekerja yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka, sebanyak 85 persen responden menyambut dengan antusias.
- Adanya keinginan membangun ruang kerja di rumah
Jika dimungkinkan bekerja sepenuhnya dari rumah atau lokasi di luar kantor, mayoritas responden berencana membangun ruang khusus untuk bekerja dari rumah (76 persen) atau mendaftar keanggotaan di coworking space (32 persen). Namun, ada yang berencana mencari tempat tinggal baru (16 persen).
Advertisement
Responden
"Selain memberikan gambaran tentang tempat kerja ideal yang mendukung produktivitas karyawan pasca pandemi, hasil survei ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi perusahaan dalam menyusun kebijakan untuk menciptakan lingkungan dan sistem kerja yang efektif," tutup CoHive menutup laporan ini.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan dengan mayoritas responden berusia 21-30 tahun (69 persen), bekerja di industri non-teknologi (74 persen), serta menjabat sebagai staf (66 persen).
Untuk domisili, mayoritas responden (51 persen) tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sisanya berdomisili di kota-kota besar lain, seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang, Makassar, dan Medan.
Salam Perpisahan CoHive
Laporan ini sekaligus menjadi hadiah perpisahaan dan ucapan terima kasih CoHive pada komunitas, serta para partner, perusahaan, serta para pekerja. Untuk informasi, CoHive telah mengumumkan menutup layanannya.
"Setelah tujuh tahun melayani klien kami, dengan menyesal kami mengumumkan telah mencapai ujung jalan bisnis kami," tulis perusahaan dalam salam perpisahannya.
Menurut CoHive, penutupan ini dilakukan mengingat situasi yang menantang, seperti pandemi berkepanjangan, kondisi persediaan kantor, dan penggalangan dana yang sulit membuat perjalanan mereka harus berakhir lebih awal.
"Bisnis kami telah berhenti, tapi beberapa lokasi telah dikembalikan ke pemilik, termasuk COHIVE 101. Mereka masih akan beroperasi sebagai lokasi independen," tulis perusahaan.
(Dam/Isk)
Advertisement