Gempa Turki, Ma'ruf Amin Pastikan Indonesia Segera Kirim Misi Bantuan

Wapres Ma'ruf Amin menyampaikan, pemerintah Indonesia akan segera mengirimkan misi bantuan untuk membantu proses evakuasi dan penanganan korban gempa Turki.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 08 Feb 2023, 12:56 WIB
Foto udara menunjukkan kehancuran di pusat kota Hatay, Turki selatan, Selasa (7/2/2023). Salah satu wilayah dengan dampak terparah gempa adalah Provinsi Hatay, wilayah selatan Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah. (IHA via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyampaikan, pemerintah Indonesia akan segera mengirimkan misi bantuan untuk membantu proses evakuasi dan penanganan korban gempa Turki.

"Dengan Presiden kita bicara-bicara bersama dengan Pak Menhan Prabowo, kita akan segera mengirim misi bantuan," kata Ma'ruf Amin dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu (8/2/2023).

Ma'ruf menyampaikan bahwa bantuan ini merupakan bagian dari misi kemanusiaan. "Di dunia ini memang harus saling membantu. Itu sudah menjadi tradisi kemanusiaan. Dan itu bagian dari tanggung jawab internasional kita," tambah dia.

Ma'ruf pun mencontohkan bahwa hal yang sama pernah dilakukan juga oleh Turki terhadap Indonesia saat terjadinya bencana gempa dan tsunami di Aceh.

"Turki itu kan dulu ketika tsunami terjadi di Aceh, dia juga paling awal ikut membantu," ucap Ma'ruf.

Dia menekankan bahwa Indonesia akan segera mengirimkan bantuan ke Turki dan mengharapkan peran aktif dari lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia untuk berkontribusi dalam misi ini.

"Saya harapkan nanti BAZNAS bisa juga mengambil peran untuk itu," pungkas Ma'ruf.


Korban Tewas Akibat Gempa Turki dan Suriah 6 Februari 2023 Mencapai 7.826 Jiwa

Anggota tim darurat dan lainnya mencari orang di sebuah bangunan yang hancur di Adana, Turki, Senin, 6 Februari 2023. Gempa bumi yang kuat telah merobohkan beberapa bangunan di tenggara Turki dan Suriah dan dikhawatirkan banyak korban jiwa. (AP/Khalil Hamra)

Korban tewas akibat gempa Turki magnitudo 7,8 yang terjadi pada Senin (6/2/2023) mencapai 7.826 jiwa. Angka tersebut merupakan gabungan dari 5.894 kematian yang terjadi di Turki dan 1.932 kematian yang dilaporkan di Suriah. Demikian dikutip dari The Guardian, Rabu (8/2/2023).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperkirakan bahwa angka kematian akibat korban gempa Turki dan Suriah bisa melampaui 20.000 jiwa.

"Ada potensi terus terjadi keruntuhan lebih lanjut sehingga kami sering melihat peningkatan delapan kali lipat dari jumlah awal," ungkap petugas darurat senior WHO untuk Eropa Catherine Smallwood.

Melihat skala kehancuran yang terjadi sejak gempa utama hingga gempa susulan, otoritas Turki telah mengumumkan keadaan darurat di 10 provinsi.

Upaya pencarian dan penyelamatan para korban gempa saat ini dilaporkan terhambat oleh beberapa situasi, termasuk cuaca dingin.

Di Suriah utara, negara yang sudah menderita akibat perang saudara, tim sukarelawan mengatakan mereka kekurangan bahan bakar dan sejumlah perbekalan paling dasar yang diperlukan untuk mengevakuasi korban yang masih terperangkap di reruntuhan.


Jasad Korban Gempa Turki Bergelimpangan di Jalanan, Para Penyintas Berburu Makanan

Seorang pria mengecek bangunan yang runtuh di Diyarbakir, Turki selatan, Senin dini hari, 6 Februari 2023. Laporan The Guardian, Senin (6/1/2023) menyebut, sedikitnya 10 orang tewas di Turki setelah gempa mengguncang selatan negara itu dan juga Suriah utara, kata dua pejabat Turki. (Depo Photos via AP)

Jasad korban tewas gempa Turki pada Senin 6 Februari 2023 ditinggalkan di jalan, saat perburuan korban selamat terus berlanjut. Lebih dari 6.000 orang diketahui tewas di Turki dan Suriah utara, yang juga hancur akibat gempa tersebut.

PBB memperingatkan bahwa ribuan anak mungkin termasuk di antara yang tewas.

Di Kota Antakya, mengutip laporan BBC, Rabu (8/2/2023), beberapa korban gempa Turki yang tewas bergelimpangan, terbaring di trotoar selama berjam-jam saat petugas penyelamat dan ambulans berjuang mengatasi skala bencana.

Sementara itu, mereka yang kehilangan anggota keluarga menyisir puing-puing mencari orang yang mereka cintai. Sekelompok pria menggunakan palu godam dan alat lainnya menemukan jenazah pria dan gadis muda yang terjebak. Mereka memanggil penyelamat resmi untuk menggunakan alat-alat listrik untuk membantu, tetapi mereka mengatakan mereka harus berkonsentrasi pada yang hidup.

Orang-orang itu terus menggali sampai jasad-jasad itu bisa dikeluarkan.

Di sisi lain, ada kemarahan yang tumbuh karena tidak ada cukup bantuan. Seorang wanita mengatakan kepada BBC bahwa penyelamat datang dan mengambil gambar bangunan milik keluarga pacarnya di mana mereka yakin 11 orang terjebak, tetapi mereka tidak juga terlihat.

Dia mengatakan mereka mendengar suara-suara selama berjam-jam, tapi kemudian ada keheningan.

Lebih jauh ke utara di Kahramanmaras, dekat pusat gempa kedua, ada penundaan bantuan yang datang karena jalan pegunungan macet oleh mereka yang mencoba pergi.

Deretan bangunan telah runtuh menjadi tumpukan puing yang coba diatasi oleh tim penyelamat, sementara angin yang sangat dingin meniupkan asap dan debu dari puing-puing ke mata mereka. 

Para penyintas yang sekarang hidup di jalanan harus berburu makanan dan membakar perabotan yang mereka temukan agar tetap hangat. Suhu diperkirakan turun di bawah titik beku akhir pekan ini.

Situasi serupa terjadi di kota pelabuhan Iskenderun, Turki di mana kini para tunawisma berlindung di ruang terbuka jauh dari bangunan.

Seorang wanita yang berbicara dengan BBC sedang berlindung dengan anak dan cucunya, termasuk seorang anak berusia enam tahun yang menderita epilepsi. Petugas bantuan telah membawakan mereka selimut dan mereka telah diberi roti, tetapi belum ada dukungan lain sejauh ini.

 

Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya