Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong perlunya terobosan mendasar terhadap para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk menerima akses energi baru terbarukan (EBT).
Ketua UMKM IKM Apindo Ronald Walla mengemukakan, saat ini dinamika pasar yang semakin mengarah pada produk rendah karbon membuat seluruh rantai nilai (value chain) industri pun terdampak.
Advertisement
Bukan hanya para pengusaha atau perusahaan menengah-besar, tapi juga berdampak pada Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bertransisi ke proses produksi yang rendah karbon.
“Dinamika pasar yang didorong oleh kepentingan bersama untuk memerangi perubahan iklim ini merupakan satu kondisi yang tidak bisa dianggap remeh lagi. Kalau tidak disikapi dengan perubahan mendasar maka Indonesia akan kehilangan daya saing industri nasionalnya, khususnya IKM/UMKM,” seru Ronald melalui keterangan tertulisnya, Rabu (8/3/2023).
“Rasanya ironis kalau kita yang memiliki potensi EBT begitu besar, tetapi Industri Nasionalnya tidak bisa mendapatkan akses pada EBT khususnya di energi listrik, yang merupakan sumber energi penting dalam proses produksi”, tegasnya.
Diingatkan Ronald, permasalahan akses untuk mendapatkan EBT ini menjadi perhatian utama para Industri yang semakin memerlukan EBT dari sistem kelistrikan.
Ronald juga menyampaikan persoalan ini harus dijawab dengan terobosan mendasar pada struktur pasar kelistrikan, seperti Power Wheeling yang saat ini menjadi perdebatan hangat antara DPR dan Pemerintah di dalam pembahasan RUU EBT.
“Dengan adanya Power Wheeling terbatas pada penyediaan EBT di pusat beban Industri, akan membantu pemerintah dan juga PLN dalam meningkatkan penetrasi EBT di sistem kelistrikan kita”, ujar Ronald
Lebih lanjut menurutnya, kehadiran Power Wheeling (terbatas untuk EBT) ini diharapkan menjadi jawaban fundamental bagi industri nasional yang semakin was-was dengan tekanan dari pasar atau prinsipalnya untuk menurunkan emisi karbon.
“Ini akan berdampak positif pada daya saing industri nasional kita di tengah dinamika pasar global yang semakin menuju ke ekonomi rendah karbon," tutup Ronald Walla.
Indonesia Bakal Setop Ekspor Listrik EBT
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pemerintah akan melakukan penghentian ekspor listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT), dalam rangka menjaga ketahanan energi di Indonesia.
“Indonesia tahun 2025, minimal 25 persen dari total pemakaian energinya harus menggunakan energi baru terbarukan. Kalau negara kita aja belum cukup, ngapain ekspor? Kita optimalkan penggunaan energi baru terbarukan di dalam negeri,” kata Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2023 di Jakarta, (2/2/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil menyampaikan, tahun ini pemerintah Indonesia masih terus melanjutkan upaya percepatan hilirisasi dengan menghentikan ekspor komoditas primer yaitu bauksit dan akan dilanjutkan dengan penghentian ekspor timah. Hal ini menjadi upaya nyata pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri.
Indonesia saat ini terus bergerak ke arah industri yang ramah lingkungan. Kedepannya investasi akan didorong pada sektor hilirisasi yang massif, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
“Kita harus terus maju. Apabila dibawa ke WTO (World Trade Organization) kita bisa ajukan banding. Jangan pernah mau didikte negara manapun. Kita mulai stop ekspor bauksit dan selanjutnya ke sektor timah dan gas. Kita akan bangun ekosistem untuk methanol, soda gas, blue amonia di Papua Barat. Ini betul-betul sekarang yang menjadi fokus kita,” ungkap Bahlil.
Kegiatan MIF ini diselenggarakan rutin setiap tahun oleh Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, serta didukung oleh Kementerian Investasi/BKPM. Melalui kegiatan MIF ini, para investor, dapat bertemu dengan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya untuk bisa menjalin kolaborasi yang nyata di bidang investasi.
Selain itu, MIF 2023 merupakan ajang berdiskusi untuk membuka peluang investasi di private sector berkontribusi dalam pembangunan seluruh sektor, termasuk Ibukota Negara (IKN).
Advertisement
RI Bakal Punya PLTS Terbesar di Dunia, Bisa Ekspor Listrik ke Singapura
Perusahaan pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala dunia, Quantum Power Asia dan ib Vogt menandatangani perjanjian untuk pembuatan modul PV Indonesia yang akan dibutuhkan untuk pembangunan mega proyek PLTS di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Karimun, Kepulauan Riau.
Untuk pembangunan fasilitas pembuatan modul PV Indonesia ini, Quantum dan ib Vogt bekerja sama dengan perusahaan global Seraphim untuk melakukan studi kelayakan tekno-komersial dalam pembangunan fasilitas manufaktur yang akan memasok modul PV ke Proyek Anantara yang didedikasikan untuk mendanai dan membangun PLTS di Indonesia, proyek domestik lainnya serta untuk memenuhi ekspor ke pasar luar negeri.
Pihak-pihak yang menandatangani perjanjian ini sepakat untuk melakukan studi kelayakan selama 24 bulan ke depan, dan memenuhi permintaan awal yang diminta oleh Anantara untuk menyediakan fasilitas pembuatan modul PV yang cukup bagi pembangunan mega proyek PLTS di Kepulauan Riau. Keputusan investasi akhir juga akan disepakati setelah studi kelayakan selesai dilaksanakan.
"Investasi ini akan melibatkan Seraphim yang merupakan produsen dan pemasok modul PV surya terkemuka di berbagai negara dan terdaftar sebagai ‘Pemasok Tier 1’ pada Peringkat Modul Keuangan Energi Baru yang dikeluarkan Bloomberg,” kata Managing Director, Quantum Power Asia Pte Ltd, Simon G. Bell, dikutip Sabtu (15/10/2022).
Simon mengatakan, saat ini, Quantum dan ib Vogt telah menyiapkan komitmen pendanaan untuk membangun 3.500 MWp PLTS dengan kapasitas penyimpanan energi mencapai hingga 12 GWh di Kepulauan Riau.
Proyek ini juga memiliki tujuan untuk menyediakan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan lokal sebelum mengekspor listrik ke Singapura melalui 400 kV kabel bawah laut.
Terbesar di Dunia
Dengan komitmen investasi sebesar USD6 miliar, PLTS di Kepulauan Riau ini akan menjadi PLTS terbesar di dunia yang akan dibangun di KEK Karimun, Kepulauan Riau.
"Studi kelayakan yang dilakukan akan mencakup pembangunan fasilitas produksi 1 GWp per tahun di dalam KEK Karimun yang akan mendatangkan investasi langsung lebih dari USD400 juta serta menarik investasi tidak langsung terkait bidang infrastruktur, pemasok dan sub kontraktor lainnya,” jelas Managing Director (APAC), ib Vogt, Mr. David Ludwid. Sementara itu, Chief Executive Officer, Seraphim, Polaris Li, mengatakan, berdasarkan hasil studi kelayakan nantinya diharapkan pembangunan fasilitas manufaktur dapat dimulai pada tahun 2024 dengan produksi dimulai pada tahun 2025.
"Investasi untuk fasilitas manufaktur ini akan menciptakan 500 peluang kerja berkualitas tinggi serta lebih dari 4.500 peluang kerja tidak langsung,” paparnya.
Pembangunan Mega Proyek PLTS di Kepulauan Riau ini berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat setempat sebelum mengekspor listrik ke Singapura. Dengan dukungan penuh dari komunitas masyarakat di Kepulauan Riau, telah dirancang hubungan rantai pasokan hiper-lokal, program pelatihan kompetensi keterampilan yang relevan untuk penduduk, serta kegiatan pembangunan bisnis.
Dengan demikian, diharapkan proyek dapat melibatkan usaha mikro, kecil, hingga menengah lokal dan memberikan dampak positif pada masyarakat luas secara maksimal.
Advertisement