BI Sulit Realisasikan e-Money Akibat Bank Enggan Sinergi

Bank Indonesia masih kesulitan merealisasikan electronic money (e-Money masih ada kendala dalam kerjasama berbagai bank untuk bisa menerbitkan electronic money (E-Money). Ada

oleh Liputan6 diperbarui 23 Feb 2013, 16:01 WIB
Bank Indonesia (BI) masih mengalami kendala untuk bisa menerbitkan electronic money (e-Money). Padahal, fasilitas ini akan memiliki banyak manfaat dan memudahkan masyarakat saat bertransaksi.

Kendala berkaitan dengan perbankan yang masih enggan saling bersinergi. "Jadi kami sudah mengundang semua bank, agar dapat bersinergi tapi sampai saat ini pun masih sulit. Jika sudah bersinergi, maka dapat memudahkan masyarakat dalam mendapatkan electronic money," ujar Direktur Pengaturan Sistem Pembayaran BI, Ida Nuryati, Sabtu (23/2/2013).

Dia mencontohkan, kartu elektrik Transjakarta yang diterbitkan satu bank, masih belum bisa dipergunakan antar koridor karena adanya perbedaan bank pengelola.

Selain itu, infrastruktur yang belum merata juga menjadi kendala. "Dilihat dari budaya masyarakat kita juga masih terbiasa dengan penggunaan uang tunai dari pada e-Money. Ini harus diubah juga budayanya," kata Ida.

Ida menyebutkan, ada lima langkah yang harus direalisasikan pada 2013 hingga 2015 dalam pengembangan electronic money. Kelimanya, yakni:

1. Interoperabilitas di sektor transportasi, dalam pelaksanaannya nanti akan melibatkan bank penebit, sedangkan instansi yang terkait yakni PT Jasa Marga, PT KAI, PT Damri, dan Busway.

2. Mendorong standarisasi teknis dan bisnis untuk meningkatkan efisiensi serta keamanan pada industri.

3. Ketiga, mendorong penetrasi server base yang artinya pada kepemilikan mobile device yang sangat tinggi dan seluruh pada lapisan masyarakat diupayakan bisa lebih meluas.

4. Edukasi dan sosialisasi juga harus ditingkatkan pada masyarakat, ini merupakan langkah keempat untuk pengembangan e-money tersebut.

5. Ketentuan dan kebijakan, maksudnya itu dalam mendukung pengembangan uang elektronik.

BI mencatat jumlah instrumen e-money mencapai 21,87 juta, dengan volume transaksi 100 juta per tahun pada akhir 2012. Sedangkan pada Januari 2013 ini, instrumen e-Money bertambah menjadi 22,24 juta.

"Angka nominal transaksi selama 2012 untuk per tahun Rp 1,97 triliun atau sebesar Rp 5,38 miliar per hari. Ini dimaksudkan untuk transaksi yang mikro, dan kecil. Seperti transaksi di tol," ungkapnya.

Dari data Bank Indonesia, tercatat jumlah instrumen e-Money tumbuh 52,93% menjadi 21.869.946 instrumen pada akhir 2012, dari sebanyak 14.299.726 instrumen pada akhir 2011.

Sedangkan untuk volume transaksi tahunan naik 145% dari 41.060.149 pada 2011, menjadi 100.623.916 pada 2012.

Sementara untuk nominal transaksi tercatat tumbuh dua kali lipat dari Rp 981,29 miliar selama 2011, menjadi Rp 1,97 triliun selama 2012.

Pada posisi akhir Januari 2013, tercatat instrumen e-Money sudah bertambah menjadi sebanyak 22.246.347, dengan volume transaksi 9.984.560 bernilai Rp 219,71 miliar selama Januari 2013.

Adapun saat ini penerbit e-Money antara lain PT Bank DKI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Selular, PT Bank Mega Tbk, PT Sky Sab Indonesia, PT Indosat Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Finnet Indonesia, dan PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

Sampai saat ini, pengguna e-Money baru 250 juta dan nilai transaksinya rata-rata per orang Rp 8 ribu per hari.

"Untuk nilai transaksi terkecil itu Rp 2 ribu untuk parkir dan nilai transaksi terbesar Rp 250 ribu untuk beli bensin. Ini masih rendah jika kita bandingkan dengan kartu debit serta kartu kredit," tutur dia. (Dis/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya