6 Fakta Film Cherish and Ruelle Dibintangi Febby Rastanty, Syuting Adegan Akhir dari Jam Makam Malam hingga Subuh

Cherish and Ruelle karya sutradara Azhar Kinoy Lubis tayang mulai 10 Februari 2023. Film ini dibintangi Febby Rastanty, Beby Tsabina, dan Pangeran Lantang.

oleh Wayan Diananto diperbarui 08 Feb 2023, 21:20 WIB
Poster film Cherish & Ruelle. (Foto: Dok. Instagram @kinoizky)

Liputan6.com, Jakarta Cherish and Ruelle karya sutradara Azhar Kinoy Lubis akan tayang di platform streaming KlikFilm mulai 10 Februari 2023. Film ini dibintangi Febby Rastanty, Beby Tsabina, dan Pangeran Lantang.

Azhar Kinoy Lubis mengenang ada banyak tantangan selama syuting film Cherish and Ruelle. Salah satunya waktu reading dan syuting yang ringkas. Ia bersyukur para pemain mudah beradaptasi dengan ritme kerja ini.

Berbagai teknik pendalaman karakter dilakukan. Pangeran Lantang misalnya, diminta tak terlalu banyak mengobrol dengan Beby Tsabina dan Febby Rastanty untuk membangun jarak antartokoh dalam film ini.

“Memang enggak mau mengobrol sama mereka. Beby juga sempat bilang: Lo jangan terlalu banyak ngobrol sama kita deh,” Pangeran Lantang berbagi cerita. Berikut 6 fakta film Cherish and Ruelle, selamat menonton.

 


1. Jadi Cewek Metal Banget

Febby Rastanty. (Foto: Dok. Instagram @febbyrastanty)

Dalam film ini, Febby Rastanty memerankan Ruelle. “Karakternya cuek, bodo amat, berani, metal banget. Dia enggak patuh sama aturan dan norma-norma dalam hidup. Masa lalunya cukup berat. Dia berusaha melawan dunia dan berontak,” Febby Rastanty mengulas.

Meski demikian, ada sejumlah sifat yang membuat sang aktris jatuh hati pada Ruelle yakni setia kawan dan sayang banget sama Cherish (Beby Tsabina). “Dia orang yang mau melakukan apa saja buat bantu sahabatnya yang lagi kesusahan,” ia menambahkan.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


2. Genre Drama Action Thriller

Konferensi pers film Cherish and Ruele di Jakarta, Rabu (8/2/2023).

“Ini adalah drama action thriller. Sangat lucu di dalamnya karena ada dua karakter, Febby Rastanty dan Beby Tsabina yang tiba-tiba dipertemukan dalam satu judul. Ada juga Pangeran Lantang yang memerankan karakter ‘sakit,’” ujar Azhar Kinoy Lubis.

Berbincang dengan Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Rabu (8/2/2023), ia mengulas genre drama bercampur action thriller masih minor di Indonesia. Kehadiran Cherish and Ruele diharapkan membawa warna baru bagi sinema Tanah Air.

 


3. Nonton Saw

Konferensi pers film Cherish and Ruele di Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Genre drama action thriller merupakan hal baru bagi Febby Rastanty. Karenanya, Azhar Kinoy Lubis memberi sejumlah referensi film luar negeri untuk menyerap rasa takut saat menghadapi situasi di antara hidup dan mati.

“Aku menonton film thriller Saw. Aku melihat bagaimana orang ketakutan akibat teror tuh levelnya segimana. Gradasi kenaikan emosinya kayak apa. Korbannya kan beda-beda, jadi aku bisa menilai (berdasarkan karakter korban),” Febby Rastanty menjelaskan.

 


4. Syuting Adegan Akhir

Febby Rastanty. (Foto: Dok. Instagram @febbyrastanty)

Febby Rastanty mengenang, ada banyak kendala teknis selama syuting dari pergerakan kamera hingga latihan action yang diulang-ulang untuk mendapat visual yang memukau sekaligus masuk akal.

“Lalu latihan aksi berulang-ulang apalagi adegan ending-nya yang cukup panjang kayak satu scene berapa belas halaman itu dari break makan malam sampai subuh. Paling kendalanya itu, sisanya enggak ada kendala berarti,” katanya.

 


5. Pangeran dan Dengkul Lemas

Pangeran Lantang. (Foto: Dok. Instagram @pangeranlantang)

Cherish and Ruelle adalah tantangan baru bagi Pageran Lantang. Dalam film ini ia menjadi mafia psikopat. Kali pertama reading, Azhar Kinoy Lubis menjelaskan apa saja yang mesti disiapkan untuk menjelma tokoh ini.

“Dialognya panjang-panjang banget. Karakter aku yang dibilang sakit, memang susah karena aku aslinya enggak sakit. Pas pertama reading diminta begini begitu wah dengkul lemas,” Pangeran Lantang membeberkan.

 


6. Adaptasi dari Buku

Azhar Kinoy Lubis.

Cherish and Ruelle diadaptasi dari buku karya Reiga Sanskara yang naskahnya dikembangkan dengan dibantu Richard Oh. Richard Oh meninggal dunia pada 7 April 2022.

“Film ini berdasar novel itu. Ini adaptasinya. Kami bikin lagi skenarionya, karena tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan film. Ada keterlibatan mendiang Richard Oh untuk pengembangan naskahnya,” cetus Azhar Kinoy Lubis.

Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya