Gempa Turki: Bocah 9 Tahun Selamat Tanpa Cedera Setelah 60 Jam Terperangkap Reruntuhan Bangunan

Tim penyelamat menyelamatkan satu keluarga termasuk anak perempuan berusia 9 tahun yang terjebak reruntuhan selama 60 jam.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Feb 2023, 11:28 WIB
Wanita dari Turki memeriksa bangunan mereka yang hancur, di Kahramanmaras, Turki selatan, Rabu, 8 Februari 2023. Dengan harapan menemukan korban selamat memudar, tim penyelamat yang membentang di Turki dan Suriah pada Rabu masih mencari tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing ribuan bangunan yang roboh akibat gempa paling mematikan di dunia dalam lebih dari satu dekade. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kesedihan akibat gempa besar berkekuatan magnitudo 7,8 yang melanda Turki pada Senin, 6 Februari 2023 hadir keajaiban-keajaiban yang tidak terbayangkan sebelumnya. Momen-momen ketika tim penyelamat selamatkan korban yang terperangkap dalam reruntungan bangunan memberikan harapan.

Hal ini juga saat seorang anak perempuan (9) diselamatkan tanpa cedera dari reruntuhan gempa Turki.

Dikutip dari Mirror, Kamis (9/2/2023), senyuman kecil di wajahnya yang bingung, kaus kaki dan sweter merah jambu yang dikenakan oleh seorang gadis berusia sembilan tahun saat dibawa tanpa cedera dari puing-puing rumahnya setelah 60 jam terperangkap reruntuhan bangunan.

Diselamatkan oleh tim penyelamat dengan bahu membahu, tangan mungil anak perempuan tersebut melingkari leher masing-masing tim penyelamat. Mereka bertepuk tangan pada keajaiban di tangannya saat dia menuruni gundukan bangunan yang runtuh, tersenyum heran, kelegaan atas keberhasilan penyelamatan yang langka saat mereka menatap dengan tak percaya dan mengacak-acak rambutnya.

Saudara laki-lakinya yang berusia 13 tahun dan sang ayah juga diselamatkan tanpa cedera. Namun, sang ibu belum ditemukan. Tim penyelamat dari Inggris Atiqur Rahman dari Stoke-On-Trent bekerja untuk Global Relief Trust mengabadikan adegan tersebut.

"Sekarang 64/65 jam sejak gempa, kemungkinan orang keluar hidup-hidup sangat rendah. Namun, Anda memiliki kasus-kasus luar biasa ini di mana karena fondasinya bertumpuk satu sama lain, bangunan-bangunan runtuh lapis demi lapis, orang-orang berhasil masuk ke dalam celah,” ujar dia dikutip dari Mirror.

 


Cerita Tim Penyelamat di Turki

Warga dan tim penyelamat mencari korban dan orang yang selamat di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnaya, provinsi Idlib Barat Laut Suriah perbatasan dengan Turki, pada Senin 6 Februari 2022. Tim penyelamat di Turki dan Suriah menerjang cuaca yang sangat dingin, gempa susulan, dan bangunan yang runtuh, saat mereka menggali korban yang tertimbun oleh gempa bumi yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. (OMAR HAJ KADOUR/AFP)

Rahman menceritakan ada suara berisik dari keluarga tersebut di bawah reruntuhan, dan beberapa kerabat berdiri di luar karena mereka tahu keluarga itu ada di sana. “Saat dibawa mereka sadar dan bergerak, jelas trauma, tapi secara fisik mereka tidak terluka. Salah satu tim membawa mereka keluar dan gadis itu menanggapinya,” ujar dia.

Rahman mengatakan, pihaknya kewalahan ketika ada satu kasus kabar baik. “Seorang pria telah melakukan shift 28 jam, dan dia berkata, kami telah mengeluarkan tujuh hidup, tetapi 100 mayat. Jadi dengan peluang seperti itu setiap orang merayakan setiap orang yang hidup,” kata dia.

Ia menambahkan, setiap kasus membutuhkan waktu dua hingga empat jam, bahkan lima jam untuk meraih orang-orang yang masih hidup.

Atiqur melihat sangat sedikit upaya penyelamatan yang dilihatnya menyenangkan. Gadis itu dan saudara laki-lakinya serta sang ayah adalah momen harapan yang langka. Ini karena sekitar 11.000 jiwa meninggal dunia sejak gempa Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin, 6 Februari 2023.


Upaya Selamatkan Seorang Ibu yang Terjepit di Bawah Kolam Besar

Seorang pria berjalan di tengah bangunan yang hancur di Antakya, Turki selatan, Rabu, 8 Februari 2023. Dengan harapan menemukan korban selamat memudar, tim penyelamat yang membentang di Turki dan Suriah pada Rabu masih mencari tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing ribuan bangunan yang roboh akibat gempa paling mematikan di dunia dalam lebih dari satu dekade. (AP Photo/Khalil Hamra)

Salah satu kasus pertama yang dia bantu setelah gempa pertama adalah seorang ibu berusia akhir 30 puluhan yang tangganya terjepit di bawah kolam besar di dalam bangunan yang runtuh. Atiqur sulit menggambarkan apa yang terjadi. Ia masih belum mengolahnya. “Suaminya memanggil kami. Awalnya kami mengira itu kayu dan mengira kami bisa memotongnya, tetapi kami menyadari ada bobot yang jauh lebih berat dari yang kami perkirakan,” ujar dia.

Mereka mencoba menggunakan apa pun yang bisa. “Kami mencoba menggunakan dongkrak mobil hanya untuk menariknya keluar. Suaminya mengatakan potongan tangan, Anda bisa merasakan getaran. Saya mengatakan, tidak ada ambulan, jika tangan Anda terpotong, ada kemungkinan besar pendarahan sampai mati,” tutur dia.

Ia menceritakan ketika sedang diskusi apa yang harus dilakukan terjadi gempa besar dan harus segera keluar dari gedung itu. “Demi keselamatan kami, sendiri, sang anak di luar. Wanita itu sadar. Dia tertinggal. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Begitu gempa terjadi, tidak ada cara untuk masuk kembali, gedung lain di sebelahnya miring dan barang-barang berjatuhan ke dalam gedung ini, sofa, kursi, lemari es jatuh menimpa kami,” ujar dia.

 


Buat Keputusan Cepat

Tim penyelamat mencari orang-orang di sebuah bangunan yang hancur, di Adiyaman, tenggara Turki, Rabu, 8 Februari 2023. Dengan harapan menemukan korban selamat memudar, tim penyelamat yang membentang di Turki dan Suriah pada Rabu masih mencari tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing ribuan bangunan yang roboh akibat gempa paling mematikan di dunia dalam lebih dari satu dekade. (AP Photo/Emrah Gurel)

“Kami harus membuat keputusan itu. Kami memiliki keputusan sepersekian detik untuk mundur, dan dia berteriak mengatakan jangan pergi, jangan pergi,”

“Dia harus pergi, anak-anak keluar di jalanan. Kami mengatakan kami akan kembali tetapi jelas dia ketakutan. Itu berputar di kepala Anda, bagaimana jika kita mencoba dongkrak mobil lebih cepat,”

“Kemudian kami dipanggil untuk hal lain, satu demi satu, tujuannya adalah untuk mencoba dan menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin,”

Pria itu menunggu sembilan jam sampai tim penyelamat datang dan menarik putranya berusia tujuh tahun dari puing-puing mereka. Pada saat mereka tiba di sana sudah terlambat. Dia dan paman bocah itu hanya bisa menggendong tubuh kecil itu dan membawa bocah itu ke kamar mayat sementara. Kemudian berdoa.

Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya