Gempa Dahsyat Turki Robohkan Bangunan, Berapa Lama Orang Bisa Bertahan Tertimbun Puing?

Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023 memantik pertanyaan tentang berapa lama orang dapat bertahan hidup di reruntuhan bangunan.

oleh Linda Sapira diperbarui 10 Feb 2023, 11:30 WIB
Warga dan tim penyelamat mencari korban dan orang yang selamat di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnaya, provinsi Idlib Barat Laut Suriah perbatasan dengan Turki, pada Senin 6 Februari 2022. Tim penyelamat di Turki dan Suriah menerjang cuaca yang sangat dingin, gempa susulan, dan bangunan yang runtuh, saat mereka menggali korban yang tertimbun oleh gempa bumi yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. (OMAR HAJ KADOUR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023 memantik pertanyaan tentang berapa lama orang dapat bertahan hidup di reruntuhan bangunan.

Menurut para ahli, orang dapat bertahan di bawah reruntuhan gedung kurang lebih hampir satu minggu. Hal itupun, tergantung pada cedera yang dialami korban, bagaimana mereka terjebak, dan kondisi cuaca di tempat kejadian.

Melansir dari usnews.com, Jumat (10/2/2023), tim pencari dari seluruh Turki telah bergabung dengan personel darurat lokal di Turki dan Suriah untuk mencari korban gempa dahsyat minggu ini yang telah menewaskan banyak orang.

Menurut laporan terakhir korban gempa Turki mencapai setidaknya 21.000 orang meninggal dunia. 

Di Turki, Wakil Presiden Fuat Oktay mengabarkan bahwa total korban tewas meningkat menjadi setidaknya 17.674. Adapun total korban luka di Turki mencapai 72.879 orang.

Sebagian besar penyelamatan gempa terjadi dalam 24 jam pertama setelah bencana. Usai itu, peluang bertahan hidup turun seiring berlalunya hari, kata para ahli. Banyak korban terluka parah karena terkubur oleh batu yang jatuh, atau puing-puing dari bangunan lainnya.


Faktor Penting untuk Bertahan di Reruntuhan Gempa

Wanita dari Turki memeriksa bangunan mereka yang hancur, di Kahramanmaras, Turki selatan, Rabu, 8 Februari 2023. Dengan harapan menemukan korban selamat memudar, tim penyelamat yang membentang di Turki dan Suriah pada Rabu masih mencari tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing ribuan bangunan yang roboh akibat gempa paling mematikan di dunia dalam lebih dari satu dekade. (AP Photo/Hussein Malla)

Faktor utama untuk kebutuhan bertahan di dalam reruntuhan adalah akses ke air, udara, dan cuaca. Air bisa di akses melalui hujan, dan kebocoran pipa air. Sedangkan udara, bisa melalui celah-celah reruntuhan bangunan. Cuaca juga menjadi hal yang terpenting untuk keberlangsungan hidup manusia tatkala gempa terjadi.

Kondisi musim dingin di Suriah dan Turki telah menghambat upaya penyelamatan tim SAR, dan suhu turun jauh di bawah titik beku.

"Biasanya, sangat jarang bisa menemukan orang yang selamat setelah hari kelima hingga ketujuh. Karena sebagian besar tim pencarian dan penyelamatan akan mempertimbangkan pencarian untuk berhenti pada saat itu,” kata Dr. Jarone Lee, ahli pengobatan darurat dan bencana di Rumah Sakit Umum Massachusetts. 

"Tapi, ada banyak cerita tentang orang yang bertahan hidup melewati batas tujuh hari. Sayangnya, ini biasanya kasus yang jarang dan luar biasa,'" tuturnya kembali. 

 


Orang yang Mempunyai Cedera Traumatis, Mempunyai Peluang Hidup Rendah

Potret Pilu Ayah Genggam Tangan Putrinya yang Meninggal di Bawah Puing Akibat Gempa Turki (Doc: AFP via Getty Images)

Orang-orang dengan cedera traumatis, termasuk cedera akibat benturan dan bekas amputasi anggota tubuh, mereka akan menghadapi kelangsungan hidup yang paling kritis ketika terjadi gempa, kata Dr. George Chiampas, seorang spesialis pengobatan darurat di sekolah kedokteran Feinberg Universitas Northwestern.

"Jika Anda tidak menarik mereka keluar dalam satu jam terakhir, di maksimal jam itu, kemungkinan untuk mereka bertahan hidup akan sangat rendah,” katanya.

Mereka yang memiliki penyakit lain, seperti kesehatan yang bergantungan dengan obat akan mengalami peluang hidup yang rendah juga ketika tertimbun oleh reruntuhan bangunan, kata Chiampas. Mulai dari usia muda hingga tua, akan mengalami kondisi fisik dan mental secara kritis.

"Anda pasti melihat banyak kejadian aneh diluar sana, di mana kami memiliki beberapa penyelamatan yang sangat ajaib. Orang-orang yang selamat ini mempunyai kondisi yang mengerikan," ucap Dr. Christopher Colwell, spesialis pengobatan darurat di University of California, San Francisco.

"Orang yang lebih muda cenderung menjadi orang yang cukup beruntung, karena mereka bisa mengakses udara dan air yang dibutuhkan, lewat celah-celah reruntuhan puing bangunan” ucapnya kembali.


Contoh Kasus Keajaiban yang Lolos Dari Gempa Bumi

Tim penyelamat mencari korban gempa Turki di sebuah bangunan yang hancur, di Adiyaman, tenggara Turki, Rabu, 8 Februari 2023. Korban tewas yang dikonfirmasi dari gempa paling mematikan di dunia dalam satu dekade lebih mendekati 12.000. (AP Photo/Emrah Gurel)

Setelah gempa bumi dan tsunami Jepang pada tahun 2011, seorang remaja dan neneknya yang berusia 80 tahun ditemukan dalam keadaan hidup setelah sembilan hari terperangkap di rumah mereka yang rata dengan tanah. 

Tahun sebelumnya, seorang gadis Haiti berusia 16 tahun diselamatkan dari reruntuhan gempa di Port Au Prince setelah 15 hari.

Kondisi mental juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. 

Berbeda halnya, dengan orang-orang yang terjebak di samping mayat yang terkena reruntuhan. Sebenarnya mereka tidak memiliki hubungan apa-apa dengan korban tersebut atau penyelamat lainnya. Maka orang yang hidup ini akan putus asa dengan keberlanjutan hidupnya, catat Chiampas.

"Jika Anda memiliki seseorang yang masih hidup, maka anda harus bersandar satu sama lain untuk saling menguatkan dan terus berjuang," katanya.

Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya