Studi: Bermain Video Game Tidak Membahayakan Kemampuan Kognitif Anak-Anak

Penelitian yang terbit di Journal of Media Psychology ini tidak menemukan adanya korelasi antara durasi bermain video game dengan performa kognitif siswa praremaja, meskipun mereka sangat terlibat dalam aktivitas tersebut.

oleh M Hidayat diperbarui 20 Feb 2023, 20:12 WIB
Ilustrasi main game (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti kolaboratif antara University of Houston College of Education dan Illinois State University menentang kepercayaan umum bahwa video game dapat merusak kemampuan kognitif anak-anak.

Penelitian yang terbit di Journal of Media Psychology ini tidak menemukan adanya korelasi antara durasi bermain video game dengan performa kognitif siswa praremaja, meskipun anak-anak sangat terlibat di dalam aktivitas tersebut.

Penelitian ini mengamati kebiasaan bermain video game dari 160 siswa sekolah umum di perkotaan. Para siswa itu mewakili kelompok usia yang kurang diteliti dalam penelitian sebelumnya.

Para siswa melaporkan bahwa mereka melakukan aktivitas bermain video game rata-rata 2,5 jam setiap hari; gamer terberat di antara kelompok itu mengaku menghabiskan waktu 4,5 jam setiap hari untuk bermain video game.

Para peneliti mengukur kinerja siswa menggunakan alat uji terstandardisasi bernama Cognitive Ability Test 7 (CogAT). Tes itu mengevaluasi keterampilan verbal, kuantitatif, dan nonverbal / spasial, alih-alih mengandalkan nilai yang dilaporkan guru atau penilaian pembelajaran yang dilaporkan sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara bermain video game dan kinerja kognitif, sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa bermain video game dalam durasi yang wajar tidak berbahaya bagi kemampuan kognitif anak-anak.


Temuan Lain

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa beberapa jenis permainan tertentu, yang dipasarkan untuk membantu anak-anak membangun keterampilan kognitif yang sehat, tidak memiliki efek yang dapat diukur.

Terlepas dari hasil penelitian tersebut, para peneliti memperingatkan bahwa bermain video game yang berlebihan dapat menggantikan kegiatan lain yang lebih produktif, seperti pekerjaan rumah, yang dapat menyebabkan proses yang disebut displacement. Namun demikian, perbedaan kemampuan kognitif antara pemain video game berat dan teman sebayanya sangat kecil.

Penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua tidak perlu khawatir tentang efek negatif video game terhadap kemampuan kognitif anak-anak mereka.

Sebaliknya, mereka harus fokus untuk menemukan keseimbangan antara bermain video game dan kegiatan lain yang penting bagi perkembangan anak.

 


Peran Orang Tua

Para ahli juga mendorong para orang tua untuk mengawasi perilaku obsesif dari anak-anak mereka. Namun, para ahli pun menekankan bahwa aktivitas bermain video game dalam durasi yang masih terbilang wajar tidak akan menjadi masalah bagi anak-anak mereka.

Kesimpulannya, penelitian yang didanai oleh National Science Foundation ini memberikan bukti bahwa bermain video game tidak berbahaya bagi kemampuan kognitif anak-anak dan orang tua tidak perlu merasa khawatir berlebihan dan membiarkan anak-anak mereka menikmati bermain video game tanpa takut akan konsekuensi negatif.

Dengan kata lain, kuncinya adalah menemukan titik keseimbangan antara aktivitas bermain video game dan aktivitas lain yang berkontribusi pada perkembangan anak-anak mereka secara menyeluruh.


Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya