Laba Cetak Rekor, BP Dituntut Bagi Pajak Keuntungan ke Perusahaan Energi Terimbas Perang Rusia-Ukraina

BP melaporkan rekor pendapatan tahunan, di tengah seruan kenaikan pajak dari keuntungan perusahaan karena tingginya biaya minyak imbas Perang Rusia-Ukraina.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Feb 2023, 18:44 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan energi asal Inggris BP melaporkan rekor pendapatan tahunan, di tengah seruan pemerintah untuk menaiki pajak perusahaan yang mendapat untung dari tingginya harga minyak dan gas alam imbas perang Rusia-Ukraina.

Melansir ABC News, Kamis (9/2/2023) BP berbasis di London mengungkapkan bahwa laba biaya penggantiannya, yang tidak termasuk produk sekali pakai dan fluktuasi nilai persediaan, melonjak menjadi USD 27,7 miliar atau Rp.418,4 triliun pada 2022 dari USD 12,8 miliar (Rp. 193,3 triliun) di tahun sebelumnya.

Angka pendapatan tahun lalu juga melampaui pendapatan sebesar USD 26,8 miliar yang diperoleh BP pada 2008 silam, ketika ketegangan di Iran dan Nigeria mendorong harga minyak dunia mendekati lebih dari USD 147 per barel.

BP juga meningkatkan dividen triwulanannya sebesar 10 persen dan mengumumkan rencana untuk membeli kembali saham senilai USD 2,75 miliar (Rp. 41,5 triliun) dari para pemegang saham.

Namun kabar baik bagi pemegang saham BP kemungkinan besar akan terpengaruh oleh krisis biaya energi yang melanda Inggris.

Harga minyak dan gas yang tinggi telah membebani masyarakat negara itu, dengan inflasi dua digit memicu gelombang pemogokan sektor publik, melonjaknya penggunaan bantuan pangan, dan tuntutan politisi memperluas pajak rejeki pada perusahaan energi untuk membantu membayar layanan publik.

Desakan serupa dari publik juga diarahkan pada Shell yang berbasis di London pekan lalu ketika dilaporkan meraih pendapatan tahunan berlipat ganda senilai USD 39,9 miliar atau sekitar Rp. 602,8 triliun tahun lalu.

Adapun Exxon Mobil yang berbasis di AS membukukan rekor pendapatan USD 55,7 miliar atau setara Rp. 841,5 triliun pekan lalu.

Seperti diketahui, laba besar untuk perusahaan energi di seluruh dunia telah memicu tuntutan agar industri bahan bakar fosil mengeluarkan lebih banyak upaya mengimbangi tagihan energi yang tinggi bahkan saat mereka mengurangi emisi karbon yang merusak iklim.


Perang Rusia-Ukraina: Ukraina Minta Tolong Program Bantuan Ekonomi ke IMF

Orang-orang melewati karya seni dari seniman jalanan terkenal TvBoy yang menggambarkan seorang anak laki-laki sedang menghangatkan tangannya dengan api pada dinding yang rusak berat akibat serangan Rusia di Kota Bucha, Ukraina, 30 Januari 2023. Karya seni yang dibuat untuk menghormati para korban perang Rusia-Ukraina tersebut mengandung pesan kelahiran kembali dan harapan serta berharap agar konflik segera berakhir. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Ukraina berharap untuk segera memulai negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait program bantuan selama kuartal kedua 2023. Ini merupakan bantuan pemantauan ekonomi imbas dampak perang Rusia-Ukraina.

Hal itu diungkapkan dalam laporan kantor berita lokal Interfax, yang mengutip keterangan dari Menteri Keuangan Ukraina Serhiy Marchenko, setelah menghadiri pertemuan antara pemerintah Ukraina dan Komisi Eropa.

"Kami berharap keberhasilan pelaksanaan program pemantauan dengan IMF akan memungkinkan kami untuk menerima program pembiayaan penuh dari IMF, dan kami akan merundingkannya, mulai kuartal kedua tahun ini," kata Marchenko, dikutip dari laman Investing.com, Jumat (3/2/2023).

Sebagai informasi, IMF pada bulan Desember 2022 menyetujui program pemantauan selama empat bulan terhadap Ukraina yang ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi negara itu imbas pecahnya perang Rusia-Ukraina, dan membantu mempromosikan pembiayaan donor.

Pejabat pemerintah Ukraina juga sebelumnya telah mengungkapkan bahwa negara itu akan membutuhkan dana sebesar USD 38 miliar atau sekitar Rp. 565,8 triliun tahun ini untuk menutupi defisit anggaran dan dana USD 17 miliar (Rp. 253,1 triliun) untuk perbaikan energi yang mendesak serta rekonstruksi infrastruktur kritis.

Pada Desember 2022, Gubernur Bank Sentral Ukraina atau National Bank of Ukraine (NBU) Andriy Pyshnyy telah menyambut program pemantauan IMF, yang menurutnya dapat menjadi kesempatan untuk mengoordinasikan kebijakan fiskal dan moneter Ukraina.

"Kami percaya bahwa program pemantauan akan menjadi salah satu elemen kunci yang memungkinkan Ukraina menarik pembiayaan dari koalisi mitra internasional. Mereka akan mencari lampu hijau dari IMF. Pada saat yang sama, kami berharap ini akan menjadi langkah pertama menuju program tahap kredit atas yang diandalkan Ukraina pada musim semi mendatang," kata Pyshnyy, seperti dikutip dari laman resmi IMF.


Di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Tengok Kondisi Ekonomi Ukraina

Orang-orang melewati karya seni dari seniman jalanan terkenal TvBoy yang dibuat pada dinding rumah budaya yang rusak berat akibat serangan Rusia di Kota Irpin, Ukraina, 30 Januari 2023. Karya seni yang dibuat untuk menghormati para korban perang Rusia-Ukraina tersebut mengandung pesan kelahiran kembali dan harapan serta berharap agar konflik segera berakhir. (AP Photo /Efrem Lukatsky)

Perang Rusia-Ukraina hampir memasuki satu tahun setelah terjadi pada Februari 2022. Gubernur Bank Sentral Ukraina atau National Bank of Ukraine (NBU) Andriy Pyshnyy pada Desember 2022 mengungkapkan dampak ekonomi dari perang pada negaranya. 

Saat itu, Pyshnyy tengah menghadiri pertemuan dengan IMF di Washington, Amerika Serikat terkait dampak perang Rusia-Ukraina. Melansir laman resmi IMF, jumat (3/2/2023) Pyshnyy mengatakan bahwa dampak perang Rusia-Ukraina secara keseluruhan sulit untuk diperkirakan. 

"Menurut perkiraan kami, Ukraina akan kehilangan setidaknya sepertiga dari PDB-nya pada tahun 2022. Selama beberapa pekan pertama, perang terjadi di mana-mana, baik melalui operasi darat aktif maupun serangan udara. Itu adalah periode yang sangat sulit," beber Pyshnyy.

Namun, dia mengungkapkan, masyrakat dan bisnis di Ukraina segera mulai pulih dari dampak perang skala penuh. Pyshnyy juga menyebut, aktivitas ekonomi Ukraina telah disesuaikan dengan situasi perang. 

"Sistem perbankan masih kuat dan beroperasi tanpa batasan fungsional selama perang berlangsung, terlepas dari operasi darat dan udara yang sangat besar. Kami menghentikan arus keluar modal, menerapkan nilai tukar tetap, dan mengambil beberapa tindakan anti-krisis lain yang diperlukan," jelasnya.

Dan hampir semua bank, tidak hanya bank yang penting secara sistematis, melanjutkan operasinya. Ini adalah keuntungan besar bagi Ukraina," sambung Pyshnyy.

Berkat hal itu, ada dukungan pembiayaan dan pembayaran untuk perekonomian Ukraina, yang tetap beroperasi penuh.

"Kami mendapat penghasilan dari pajak, kami melakukan pembayaran jaminan sosial, kami mendapat bantuan internasional, dan kami dapat menggalang dana miliaran untuk mendukung angkatan bersenjata," imbuhnya.


Upaya Ukraina dalam Memastikan Transaksi Bank Terus Berjalan

Orang-orang melewati karya seni dari seniman jalanan terkenal TvBoy yang dibuat pada dinding di Kota Bucha, Ukraina, 30 Januari 2023. Karya seni yang dibuat untuk menghormati para korban perang Rusia-Ukraina tersebut mengandung pesan kelahiran kembali dan harapan serta berharap agar konflik segera berakhir. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Andriy Pyshnyy melanjutkan, bahwa salah satu langkah penting untuk berjalannya aktivitas ekonomi Ukraina adalah memastikan transaksi bank terus aktif atau power banking.

"Saat ini, proyek yang paling kritis adalah power banking. Ini termasuk pembuatan satu jaringan cabang bank-bank penting secara sistematis di Ukraina. Kita berbicara tentang lebih dari 1.000 cabang di 200 kota dan desa," paparnya.

Cabang-cabang ini diharapkan berfungsi sebagai satu jaringan, kata Pyshnyy.

"Kami sedang mengembangkan solusi operasional untuk mendukung jaringan ini, bahkan dalam kondisi mati listrik, dengan cadangan listrik, konektivitas, dan uang tunai. Tidak ada yang sebanding yang pernah diterapkan di mana pun di dunia," pungkasnya. 

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya