Pemerintah India Minta Warganya Memeluk Sapi di Valentine's Day

Departemen kesejahteraan hewan yang dikelola pemerintah India telah mengimbau warga untuk menandai Valentine's Day tahun ini bukan sebagai perayaan romansa, tapi "Hari Memeluk Sapi."

oleh Putu Elmira diperbarui 10 Feb 2023, 16:01 WIB
Seekor sapi ditutupi dengan karung goni dan selimut di kawasan lama New Delhi, India pada 21 Januari 2020. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi sapi agar tetap hangat selama bulan-bulan musim dingin. (Photo by Sajjad HUSSAIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Departemen kesejahteraan hewan yang dikelola pemerintah India telah mengimbau warganya untuk menandai Valentine's Day tahun ini bukan sebagai perayaan romansa, tapi "Hari Memeluk Sapi." Ini dilaksanakan untuk mempromosikan nilai-nilai Hindu dengan lebih baik.

Dikutip dari AP News, Jumat (10/2/2023), Animal Welfare Board of India mengatakan pada Rabu, 8 Februari 2023, bahwa "memeluk sapi akan membawa kekayaan emosional dan meningkatkan kebahagiaan individu dan kolektif." Umat ​​Hindu yang memuja sapi mengatakan bahwa perayaan Barat bertentangan dengan nilai-nilai tradisional India.

Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras Hindu telah menggerebek sejumlah toko di kota-kota India. Mereka membakar kartu dan hadiah, mengusir pasangan yang berpegangan tangan keluar dari restoran dan taman.

Kelompok ini mengatakan bahwa Hari Valentine mempromosikan pergaulan bebas. Kelompok politik garis keras, seperti Shiv Sena dan Bajrang Dal, juga mengungkap tindakan seperti itu membuka jalan untuk menegaskan kembali identitas Hindu.

Anak muda India terpelajar, terlepas dari agama mereka, biasanya menghabiskan liburan di taman dan restoran, bertukar hadiah dan mengadakan pesta untuk merayakan Hari Valentine seperti festival India lain, terutama sejak negara itu memulai proses liberalisasi ekonomi pada awal 1990-an. Pemerintah nasionalis Hindu yang dipimpin Perdana Menteri India Narendra Modi telah mendorong agenda Hindu, mencari supremasi agama dengan "mengorbankan negara sekuler yang terkenal dengan keragamannya."


Memeluk Sapi

Seorang pria berdiri di dekat seekor sapi yang ditutupi selimut di dalam sebuah taman di New Delhi, India, Selasa (5/1/2021). Hal tersebut untuk melindungi sapi agar tetap hangat selama bulan-bulan musim dingin. (Photo by Sajjad HUSSAIN / AFP)

Hampir 80 persen dari sekitar 1,4 miliar penduduk India adalah umat Hindu. Sementara, Muslim terdiri dari 14 persen, sedangkan Kristen, Sikh, Budha, dan Jain menyumbang sebagian dari enam persen sisanya.

Sapi telah lama tertanam dalam jiwa umat Hindu dan sangat dihormati banyak orang. Sebagian besar negara bagian di India telah melarang penyembelihan sapi.

Seruan Animal Welfare Board of India meminta orang secara harfiah keluar dan memeluk sapi secara fisik pada 14 Februari 2023. Nilanjan Mukhopadhyay, seorang analis politik, mengatakan bahwa pesan tersebut "benar-benar gila." "Itu bertentangan dengan logika," sebutnya.

"Yang disayangkan adalah ini sekarang memiliki sanksi resmi," tambahnya. "Ini menunjukkan penghapusan satu garis lagi antara negara dan agama, yang sangat menyedihkan. Sekarang negara melakukan apa yang telah dikampanyekan kelompok politik dan agama."

Dilansir dari Alimentarium, Hindu menjalani pola makan vegetarian dan melindungi sapi sebagai hewan suci dan sumber kemakmuran. Oleh karena itu, daging sapi dianggap tidak dapat dimakan.


Larangan Sembelih Sapi

Ilustrasi sapi India (dok.unsplash/ Arbendra Pratap)

Saat ini, beberapa negara bagian India telah meratifikasi secara hukum larangan penyembelihan sapi, sehingga menimbulkan banyak perdebatan dan ketegangan. Namun, produk susu tetap sangat dihargai.

Susu, sering diubah jadi ghee atau yogurt, merupakan bagian penting dari diet orang India. Namun, dalam agama Hindu, sapi telah memperoleh status suci.

Dulu, sapi dikorbankan seperti hewan lain dan dipersembahkan pada para dewa dan dagingnya dimakan. Sapi secara bertahap dimasukkan ke dalam ritual keagamaan dan dengan sendirinya menjadi suci dan objek pemujaan sejak abad ke-4 SM.

Itu melambangkan Ibu Pertiwi, karena merupakan sumber kebaikan dan susunya memberi makan semua makhluk. Krishna, dewa utama Hindu, sering digambarkan dalam cerita kehidupannya sebagai penggembala sapi dan menyebut dia sebagai anak yang melindungi sapi.

Saat ini, umat Hindu India jarang makan daging. Konsumsi daging sapi adalah tabu karena alasan agama.

Beberapa negara bagian India bahkan telah memperkenalkan prinsip ini ke dalam sistem hukum mereka, dengan mengesahkan undang-undang yang melarang penyembelihan dan konsumsi sapi, namun tidak sampai menuntut para pemakan daging sapi.


Dianggap Diskriminasi

Seorang pengemudi becak duduk di sebelah sapi yang ditutupi dengan karung goni di pinggir jalan di New Delhi, India, Selasa (5/1/2021). Pemilik sengaja memakaikan penutup pada tubuh sapi untuk melindungi sapi dari cuaca dingin. (Photo by Sajjad HUSSAIN / AFP)

Pendukung sekularisme dan pemeluk agama lain mengecam undang-undang ini. Ini dipandang sebagai serangan terhadap hak asasi manusia dan sebagai bentuk diskriminasi terhadap komunitas agama lain, khususnya Muslim dan Kristen yang mengizinkan konsumsi daging sapi. Karena sapi adalah hewan suci bagi umat Hindu, semua produk turunannya sangat dihargai.

Ada beberapa cara mengolah susu, misalnya, diubah jadi yogurt, lalu dimasukkan ke dalam makanan. Yogurt juga menjadi bahan dasar saus untuk sayuran dan bumbu cincang. Juga, dikonsumsi sebagai minuman, dicampur dengan air atau es susu.

Ghee, sejenis mentega yang sangat populer, dan buttermilk, produk sampingan dari mentega, merupakan bagian utama dari pola makan pedesaan. Akan tetapi, kebaikan sapi tidak terbatas pada susunya.

Urin sapi terkadang dimasukkan dalam campuran pemurnian yang digunakan dalam beberapa ritual keagamaan. Kotoran sapi digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar, dikumpulkan, dibentuk dan dikeringkan, lalu digunakan untuk memasak makanan.

Infografis Macam-Macam Bahasa Cinta. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya