Liputan6.com, Jakarta - Simpati terhadap para korban gempa Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin 10 Februari 2023 datang dari banyak pihak, termasuk Indonesia. Berbagai lembaga hingga organisasi non-pemerintah (NGO) juga turut ambil bagian dalam membantu para korban gempa.
Namun terkait hal ini, pemerintah Indonesia memperingatkan agar pemberian bantuan dilakukan secara terorganisir dan tidak asal. Sejauh ini, pemerintah juga turut memfasilitasi para organisasi yang ingin memberikan bantuan, lewat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)
Advertisement
"Dalam rapat pagi ini, dibahas bahwa pemerintah sangat mengapresiasi bantuan yang diberikan, namun kita harus perhatikan dari sisi kecepatan dan ketepatan," ujar Dirjen PWNI dan BHI, Judha Nugraha dalam press briefing Jumat (10/2/2023).
Ia menekankan bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengirimkan bantuan kepada korban gempa. Pertama, memperhatikan permintaan dari pemerintah Turki. Judha mengatakan," Jangan sampai kita mengirim sesuatu yang tidak dibutuhkan."
Kedua adalah self sufficient. Judha mengatakan bahwa tim yang berangkat untuk membantu harus self sufficient dan artinya tidak merepotkan pihak lokal. Ketiga, bantuan yang diberikan harus terkoordinasi dengan baik dan tidak sporadis.
KBRI Ankara Kirim Tim Penyelamat ke 6 Titik
Selain itu, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memastikan bahwa kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak gempa Turki dan Suriah berada dalam kondisi aman.
Sebelumnya, KBRI Ankara melakukan sweeping oleh tim pertama di empat titik. Kemudian, pihaknya telah berhasil mengevakuasi 123 WNI, termasuk 2 warga negara Malaysia dan 1 warga negara Myanmar ke Ankara.
Kini, KBRI Ankara kembali mengirim tim penyelamatan ke enam titik yakni ke Hatay, Kahranmaras, Gaziantep, Sanli Urfa, Diyarbakir dan Adana. Dalam prosesnya, perjalanan tim tersebut menuju lokasi terdampak sangat tidak mudah dikarenakan cuaca yang dingin dan padatnya jalur menuju lokasi karena bersamaan dengan bantuan lain.
"Tugas tim kedua ini memastikan bahwa tidak ada WNI kita yang tidak tertolong, serta memberikan paket logistik berupa bahan makanan, jaket, selimut hingga keperluan bayi," ujar Dirjen Pelindungan WNI dan BHI Judha Nugraha dalam press briefing Jumat (10/2/2023).
Sementara itu, KBRI Damaskus juga telah mengirim tim penyelamat ke empat titik ke wilayah terdampak gempa di Suriah yakni Hama, Homs, Latakia, dan Aleppo. Hingga Kamis (9/2), belum tercatat adanya WNI yang menjadi korban. Sementara itu, 3 orang PMI yang berada di shelter KBRI Damaskus di Aleppo juga dalam kondisi baik.
Advertisement
Bantuan dari Pemerintah RI
Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mengirimkan bantuan bagi korban terdampak gempa Turki dan Suriah. Melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), pihaknya akan mengirimkan 6,8 ton logistik kesehatan untuk membantu korban Gempa Turki dan Suriah. Utamanya, obat-obatan dan alat logistik kesehatan lain yang dibutuhkan dalam penanganan korban bencana gempa.
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, keberangkatan 6,8 ton logistik kesehatan disesuaikan dengan masa tanggap darurat bencana gempa di Turki dan Suriah. Hal ini terbagi menjadi pengiriman untuk minggu pertama dan kedua masa tanggap darurat.
Untuk minggu pertama, layanan yang paling penting adalah gawat darurat dan prosedur bedah karena korban gempa banyak yang patah tulang dan pelru dioperasi karena luka.
Kemudian untuk minggu kedua, adalah penanganan penyakit menular dan penyakit kronik yang berkaitan dengan situasi kondisi tempat pengungsian yang tidak higienis.
Selain itu, Kemenkes RI telah membentuk Emergency Medical Team (EMT) yang merupakan tim medis darurat atau emergency yang diturunkan untuk membantu menangani korban di lokasi bencana gempa di Turki dan Suriah.
Keberangkatan Personel Tim Medis
Selain itu, Indonesia juga siap memberangkatkan personel tim medis untuk membantu korban Gempa Turki dan Suriah. Jumlah personel tim medis ini merupakan total gabungan personel dari beberapa kementerian atau lembaga dan institusi.
Personel tim medis tersebut terbagi ke dalam Emergency Medical Team (EMT) dan Tim Middle Urban Search and Rescue (MUSAR). Menurut keterangan Judha, menurut informasi terakhir tim EMT terdiri dari 105 personel sementara tim MUSAR terdiri dari 47 personel.
Dalam hal ini, Emergency Medical Team (EMT) berupa tenaga medis, dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Middle Urban Search and Rescue (MUSAR) dikoordinasikan oleh BASARNAS.
Selain itu, ada pula tambahan personel lain dari organisasi masyarakat. Sebagai informasi, seluruh personel tim medis yang segera diberangkatkan telah mempunyai sertifikasi penanganan kegawatdaruratan bencana.
Advertisement