Gempa Turki, 6 Orang Selamat Setelah Terjebak Reruntuhan Bangunan Selama 100 Jam

Tim penyelamat berupaya untuk selamatkan korban gempa Turki, tetapi suhu dingin menjadi salah satu tantangan untuk menemukan harapan korban yang masih hidup.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Feb 2023, 18:10 WIB
Seorang pria mengecek bangunan yang runtuh di Diyarbakir, Turki selatan, Senin dini hari, 6 Februari 2023. Laporan The Guardian, Senin (6/1/2023) menyebut, sedikitnya 10 orang tewas di Turki setelah gempa mengguncang selatan negara itu dan juga Suriah utara, kata dua pejabat Turki. (Depo Photos via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Petugas penyelamat di Iskenderun, Turki Selatan telah menarik enam orang dari bangunan yang runtuh setelah terjebak selama 101 jam di bawah reruntuhan bangunan.

Dikutip dari Al Jazeera, Jumat (10/2/2023), Murat Baygul, salah seorang dari tim penyelamat menuturkan, enam orang, semuanya kerabat selamat dengan berkerumun bersama di dalam bangunan yang runtuh.

Tim penyelamat menuturkan, suhu dingin telah mengurangi kemungkinan menemukan korban selamat yang terperangkap sejak Senin, 6 Februari 2023.Petugas penyelamat menggali puing-puing selama lima hari berturut-turut untuk menemukan lebih banyak korban selamat dari gempa dahsyat yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyapu seluruh kota di Turki dan Suriah pekan ini.

Operasi dilanjutkan pada Jumat, 10 Februari 2023 tetapi harapan untuk menemukan orangg hidup memudar.

“Bangunan yang runtuh telah menjadi kuburan,” ujar Resul Serdar dari Al Jazeera melaporkan dari Kahramanmaras, kota di Turki yang dekat dengan pusat gempat magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2023.

Gempa kedua berkekuatan magnitudo 7,6 terjadi beberapa jam kemudian di tengah ratusan gempa susulan. “Puluhan orang telah dikeluarkan dari puing-puing tetapi semuanya tewas,” ujar Serdar.

Namun, di tengah situasi tersebut, masih ada ruang harapan di tengah kehancuran. Berdasarkan laporan Anadolu Agency, seorang bayi berusia 18 bulan dan anggota keluarganya ditarik hidup-hidup dari bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di distrik Antakya Hatay di Turki Selatan setelah terperangkap 96 jam.

Korban tewas akibat gempa Turki dan Suriah yang disebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai "bencana abad  ini” telah melewati 21.500.

Wakil Presiden Fuat Oktay menuturkan, sekitar 18.342 orang telah tewas di Turki. Sementara itu, sekitar 3.377 jiwa meninggal dunia di Suriah.

Sebagai perbandingan, 18.400 orang tewas dalam gempa 2011 di Fukushima, Jepang yang memicu tsunami dan 18.000 orang tewas dalam gempa yang melanda Izmit, Turki pada 1999.

Puluhan ribu jiwa terluka dalam bencana pada Senin, 6 Februari 2023 dan puluhan ribu lainnya kehilangan tempa tinggal.


Update Korban Gempa Turki: 20 Ribu Lebih Tewas hingga Cuaca Dingin saat Penyelamatan

Tim penyelamat mencari korban selamat dari bangunan yang hancur di Antakya, Turki, 9 Februari 2023. Tim penyelamat melakukan upaya terakhir pada Kamis untuk menemukan korban yang selamat dari bencana gempa bumi di Turki dan Suriah yang membuat banyak komunitas tidak dapat dikenali oleh penghuninya. (AP Photo/Khalil Hamra)

Sebelumnya, lebih dari 20.000 orang sekarang dilaporkan telah meninggal dunia dalam insiden gempa Turki, Senin (6/2).

Tak hanya Turki, jumlah korban juga termasuk di Suriah. Tim penyelamat masih mencari korban selamat dari puing-puing, tetapi harapan memudar, setelah hampir 100 jam sejak gempa terjadi.

Kondisi dingin mengancam nyawa ribuan orang yang selamat yang kini tanpa tempat berlindung, air dan makanan.

Presiden Turki menyebut ini adalah insiden gempa besar abad ini, dikutip dari BBC, Jumat (10/2/2023).

Upaya dan bantuan internasional terus mengalir. Pada Kamis (9/2), Bank Dunia menjanjikan US$ 1,78 miliar bantuan ke Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan untuk mendukung mereka yang terkena dampak gempa bumi.

Namun upaya 100.000 atau lebih personel penyelamat di lapangan terhambat oleh sejumlah rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak.

Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana itu masih "jelas di depan mata kita". Terutama di Suriah, medan perang saudara yang berkepanjangan dan telah menghancurkan negara itu.

Pada Kamis (9/2) bantuan kemanusiaan PBB pertama melintasi perbatasan ke barat laut Suriah melalui penyeberangan Bab al-Hawa di Idlib.

 


Momen Persatuan

Petugas penyelamat dan keluarga mencari di antara reruntuhan bangunan setelah gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang bagian tenggara negara itu, Kahramanmaras, Turki, Selasa (7/2/2023). Jumlah korban tewas gabungan telah meningkat menjadi lebih dari 5.000 orang di Turki dan Suriah setelah gempa terkuat di wilayah tersebut dalam hampir satu abad terakhir. (OZAN KOSE/AFP)

Penyeberangan adalah satu-satunya cara agar bantuan PBB dapat mencapai wilayah tersebut tanpa melalui wilayah yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah Suriah.

Guterres berjanji, bantuan dalam jumlah lebih banyak sedang dalam perjalanan dan dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan pengiriman pasokan melalui lebih dari satu penyeberangan perbatasan.

"Ini adalah momen persatuan, bukan momen untuk mempolitisasi atau memecah belah tetapi yang jelas kita butuh dukungan masif," katanya.

Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak yang melarikan diri dari Aleppo setelah gempa, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sangat membutuhkan pemanas dan lebih banyak persediaan makanan.

"Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Sangat buruk."

Kelompok penyelamat White Helmets mengatakan, satu-satunya konvoi PBB yang mencapai wilayah itu tidak membawa peralatan khusus untuk membebaskan korban gempa Turki yang terperangkap di bawah reruntuhan.

 


AS Kucurkan Bantuan Rp 1,2 Triliun untuk Korban Gempa Turki Suriah

Warga mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, sehari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala richter menghantam bagian Tenggara Turki, Selasa (7/2/2023). Beberapa kerusakan terberat terjadi di dekat pusat gempa antara Kahramanmaras dan Gaziantep, sebuah kota berpenduduk dua juta orang di mana seluruh blok kini menjadi reruntuhan di bawah timbunan salju. (Adem ALTAN/AFP)

Sebelumnya, Amerika Serikat pada Kamis (9/2) mengumumkan paket bantuan sebesar USD 85 juta atau sekitar Rp. 1,2 triliun untuk korban gempa di Turki dan Suriah.

Mengutip Arab News, Jumat (10/2/2023) Badan Pembangunan Internasional AS mengatakan bahwa dana tersebut akan diberikan kepada mitra di lapangan "untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi jutaan orang" yang terdampak  gempa di Turki dan Suriah.

Bantuan ini nantinya akan termasuk makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan darurat.

Dana tersebut juga akan mendukung akses ke air minum yang aman serta sanitasi untuk mencegah wabah penyakit, menurut keterangan badan tersebut.

Pengumuman bantuan dampak gempa datang menyusul percakapan telepon antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk membahas kebutuhan negara itu.

"Kami bangga untuk bergabung dengan upaya global membantu Turkiye seperti Turkiye yang telah begitu sering menyumbangkan pakar penyelamat kemanusiaannya sendiri ke begitu banyak negara lain di masa lalu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan saat dia menjelaskan panggilan tersebut.

AS juga telah mengirim tim penyelamat ke Turki dan menyumbangkan pemecah beton, generator, sistem pemurnian air, dan helikopter, kata para pejabat negara itu.

Sementara itu, disebutkan bahwa AS akan menyalurkan bantuan dampak gempa di Suriahmelalui mitra lokal.

Selain AS, Prancis juga akan mengumumkan akan memberikan donasi untuk bantuan gempa Turki Suriah sebesar 12 juta euro atau sekitar Rp. 194,9 miliar.

Juru bicara kementerian luar negeri Prancis, Francois Delmas mengatakan bahwa dana bantuan tersebut akan disalurkan melalui organisasi non-pemerintah dan PBB di semua wilayah yang terkena dampak gempa.

Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya