Wall Street Beragam, Investor Cermati Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Wall street beragam pada perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. Di antara tiga indeks acuan utama, indeks Nasdaq melemah sendirian.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Feb 2023, 07:25 WIB
Wall street beragam pada perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York -- Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 10 Februari 2023 Indeks S&P 500 menguat tipis sambut akhir pekan tetapi masih mengalami mingguan terburuk selama hampir dua bulan.

Dikutip dari laman CNBC, Sabtu (11/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi 4.090,46. Indeks Nasdaq tergelincir 0,61 persen ke posisi 11.718,12. Indeks Dow Jones menguat 169,39 poin atau 0,5 persen ke posisi 33.869,27.

Indeks Dow Jones meski naik pada Jumat, 10 Februari 2023, tetapi mengakhiri kinerja sepekan dengan turun 0,17 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing merosot 1,11 persen dan 2,41 persen dalam mingguan terburuk sejak Desember 2022.

Pendiri Banrion Capital Management, Shana Sissle menuturkan, investor mencerna kenaikan suku bunga terbaru, data ekonomi dan komentar terbaru dari pejabat the Federal Reserve (the Fed). Ia menilai, hal tersebut menyebabkan pergerakan intraday seiring investor mengubah posisi sambil prediksi bagaimana bank sentral akan bertindak atas suku bunga ke depan.

“Ada beberapa sinyal campuran di sini yang menurut saya adalah mengapa volatilitas naik. Sebenarnya tidak ada konsensus yang keluar dengan indikator utama yang memberi Anda banyak keyakinan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, dan pasar tidak menyukainya,” ujar Sissel.

Saham Lyft melemah lebih dari 36 persen setelah laporan kuartal IV tahun fiskal yang mengecewakan. Saham Expedia turun lebih dari 8 persen setelah laba dan pendapatan merosot di bawah harapan analis.

Laporan perusahaan yang terbaru itu dianggap sebagai kuartal yang mengecewakan oleh wall street. Dengan hampir 70 perusahaan S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja, sekitar 70 persen dari perusahaan itu mengalahkan harapan analis untuk kuartal tersebut. Itu adalah bagian lebih kecil dari perusahaan yang melampaui haraoan dari pada rata-rata historis tiga tahun sebesar 79 persen, menurut the Earnings Scout.


Investor Menanti Data Inflasi

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Pada pekan depan, investor juga bersiap untuk pembacaan indeks harga konsumen terbaruk untuk melihat apakah inflasi mereda.

Pembacaan indeks pada Januari yang mengikuti harga sejumlah besar barang sebagai pengukur inflasi akan dirilis Selasa, 14 Februari 2023. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan 0,4 persen berdasarkan bulanan, dan 6,2 persen dari tahun sebelumnya.

“Minggu depan benar-benar tentang satu hal, dan satu hal itu consumer price index (CPI),” ujar Chief Investment Officer Horizon Investments, Scott Ladner.

Analis Barcylas, Emmanuel Cau menuturkan, data inflasi akan menjadi katalis pasar ke depan. “Lebih dari retorika bank sentral, kami pikir itu adalah data inflasi yang akan menentukan arah perjalanan pasar dari sini,” ujar dia.


Penutupan Wall Street 9 Februari 2023

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya,bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 9 Februari 2023 seiring kekhawatiran atas langkah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada kebijakan moneter ke depan.

Sentimen ini mengimbangi euforia pada rilis laporan keuangan perusahaan terbaru. Pada penutupan perdagangan wall street,indeks Dow Jones merosot 249,13 poin atau 0,73 persen ke posisi 33.699,88. Indeks S&P 500 melemah 0,9 persen ke posisi 4.081,50.

Indeks Nasdaq catat koreksi terbesar di antara tiga indeks acuan. Indeks Nasdaq terperosok melemah 1,02 persen ke posisi 11.789,58. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat (10/2/2023).

Tiga indeks acuan catat posisi terendah pada jam terakhir perdagangan saham, Kamis 9 Februari 2023. Pada awal sesi perdagangan, indeks Dow Jones naik lebih dari 300 poin. Sementara itu, indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq masing-masing menguat 0,9 persen dan 1,4 persen.

 


Saham Alphabet Merosot

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

“Wall street tidak bisa menjaga suasana optimis. Sejumlah pelaku pasar bertaruh the Fed harus melakukan lebih banyak pengetatan  ketimbang harga di wall street,” ujar Analis Senior Oanda, Ed Moya seperti dikutip dari CNBC.

Saham induk usaha Google Alphabet merosot lebih dari 4 persen seiring investor semakin khawatir dengan meningkatnya persaingan di bidang kecerdasan buatan. Saham Meta merosot 3 persen juga menyeret indeks Nasdaq tertekan.

Investor baru-baru ini telah memantau pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed saat mencari petunjuk tentang langkah kebijakan masa depan menyusul kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Pada Selasa, 7 Februari 2023, ketua the Fed Jerome Powell mengatakan, inflasi mereda tetapi jalan masih panjang.

Pada saat yang sama, wall street hadapi musim laporan keuangan. Investor mencari informasi tentang bagaimana nasib perusahaan di tengah inflasi tinggi dan bagaimana kinerja mereka ke depan. Pelaku pasar mulai dengan menawar harga lebih tinggi setelah laba positif dari Walt Disney dan PepsiCo.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya