Liputan6.com, Jakarta - Kabar keajaiban datang dari sebuah tragedi. Diduga, jasad seorang ayah berhasil menyelamatkan nyawa anaknya sendiri ketika keduanya tertimpa reruntuhan gempa Turki-Suriah.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, sebagaimana dikutip dari the Economic Times (11/2/2023), awalnya nampak tim penyelamat berusaha mencari korban gempa di sebuah reruntuhan bangunan.
Advertisement
Tidak jelas di mana lokasi persis, namun, tim penyelamat nampak menggunakan atribut Syrian Civil Defense alias 'White Helmets', organisasi penyelamat dan pertolongan yang berbasis di Suriah. Lindu menghantam barat laut negara tersebut dengan total korban tewas mencapai sekitar 2.166 menurut laporan CNN.
Ketika menyisir reruntuhan, tim penyelamat White Helmets menemukan sebuah jasad pria dewasa yang membungkuk terhimpit puing-puing bangunan.
Tim pun kemudian menarik jasad pria itu dan mengevakuasinya.
Beberapa detik kemudian, dari titik lokasi yang sama di mana jasad pria dewasa tersebut ditarik, tim evakuasi menyadari bahwa masih ada manusia lain yang tertimbun puing-puing
Mereka kemudian menarik manusia tersebut yang diduga sebagai seorang anak. Dan ajaibnya, anak tersebut nampak masih bergerak, menunjukkan tanda-tanda bahwa ia masih hidup.
"Di tengah kehancuran, harapan muncul. Seorang ayah melindungi anaknya sendiri dari reruntuhan gempa. Sang ayah nampak sudah tewas dan anaknya berhasil selamat," the Economic Times menerangkan dalam video-nya yang telah mendapat 17 ribu penonton.
Update Korban Gempa Turki: 20 Ribu Lebih Tewas hingga Cuaca Dingin Saat Penyelamatan
Lebih dari 20.000 orang sekarang dilaporkan telah meninggal dunia dalam insiden gempa Turki, Senin (6/2).
Tak hanya Turki, jumlah korban juga termasuk di Suriah. Tim penyelamat masih mencari korban selamat dari puing-puing, tetapi harapan memudar, setelah hampir 100 jam sejak gempa terjadi.
Kondisi dingin mengancam nyawa ribuan orang yang selamat yang kini tanpa tempat berlindung, air dan makanan.
Presiden Turki menyebut ini adalah insiden gempa besar abad ini, dikutip dari BBC, Jumat (10/2/2023).
Upaya dan bantuan internasional terus mengalir. Pada Kamis (9/2), Bank Dunia menjanjikan US$ 1,78 miliar bantuan ke Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan untuk mendukung mereka yang terkena dampak gempa bumi.
Namun upaya 100.000 atau lebih personel penyelamat di lapangan terhambat oleh sejumlah rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak.
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana itu masih "jelas di depan mata kita". Terutama di Suriah, medan perang saudara yang berkepanjangan dan telah menghancurkan negara itu.
Advertisement
Bantuan Kemanusiaan PBB Menjangkau Suriah
Pada Kamis (9/2) bantuan kemanusiaan PBB pertama melintasi perbatasan ke barat laut Suriah melalui penyeberangan Bab al-Hawa di Idlib.
Penyeberangan adalah satu-satunya cara agar bantuan PBB dapat mencapai wilayah tersebut tanpa melalui wilayah yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah Suriah.
Guterres berjanji, bantuan dalam jumlah lebih banyak sedang dalam perjalanan dan dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan pengiriman pasokan melalui lebih dari satu penyeberangan perbatasan.
"Ini adalah momen persatuan, bukan momen untuk mempolitisasi atau memecah belah tetapi yang jelas kita butuh dukungan masif," katanya.
Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak yang melarikan diri dari Aleppo setelah gempa, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sangat membutuhkan pemanas dan lebih banyak persediaan makanan.
"Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Sangat buruk."
Kelompok penyelamat White Helmets mengatakan, satu-satunya konvoi PBB yang mencapai wilayah itu tidak membawa peralatan khusus untuk membebaskan korban gempa Turki yang terperangkap di bawah reruntuhan.