Liputan6.com, Banjarbaru - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Prov Kalsel menggelar sosialisasi dan pelatihan sistem peringatan dini banjir di Kalimantan Selatan Tahun 2023 berkala di sejumlah daerah. Ini dilakukan untuk menekan dampak bencana.
Sosialisasi dan Pelatihan dimaksud untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan peringatan dini banjir. Khususnya pemahaman terhadap alat pengukur Tinggi Muka Air (TMA) atau Early Warning System (EWS).
Kepala BPBD Kalsel, R Suria Fadliansyah melalui Kasubbag Kesiapsiagaan, Ariansyah menjelaskan tahapan sosialisasi dan pelatihan serta alur informasi bencana dari peringatan dini untuk memastikan status kebencanaan.
Baca Juga
Advertisement
“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pemasangan alat EWS banjir di 6 lokasi, yaitu di Desa Kintapura, Sungai Danau, Selaselilau, Tapus, Sampanahan, dan Stagen,” ujar Ariansyah di Banjarbaru, Minggu (12/2/2023).
Sosialisasi dan Pelatihan Sistem Peringatan Dini tersebut dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tanah Laut pada tanggal 8—11 Februari 2023. Selanjutnya pada tanggal 13—14 Februari 2023 di Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan Banjar.
Alat EWS merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah didukung dengan SDM dari Tim Siaga Bencana serta dari Desa Tangguh Bencana (Destana). Sehingga desa setempat memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.
Kemudian penerapan di lapangan diperlukan sosialisasi atau pemahaman kepada Tim Siaga Bencana dan Destana terkait protokol peringatan dini yang telah disiapkan.
“Diharapkan dengan kegiatan ini kesiapsiagaan masyarakat dapat meningkat dengan upaya peningkatan respon berupa pembentukan Tim Siaga, penyusunan protokol peringatan dini, strategi evakuasi, dan pembuatan peta jalur evakuasi,” tambah Ariansyah.
Saat ini ada 16 unit alat pengukur TMA atau EWS di sejumlah daerah rawan banjir di Kalimantan Selatan. Selain EWS, juga telah dipasang 5 unit sirine di Lima desa yang dianggap rawan bencana.
Pemasangan alat TMA ditempatkan di hulu sungainya sedangkan serine dipasang di desa yang berpotensi terdampak banjir.
Dia menjelaskan, setelah mendapat peringatan atau informasi terkait kenaikan tinggi muka air di alat pengukur TMA-nya, informasi tersebut masuk ke Pusdalops masing-masing kabupaten/kota. Selanjutnya Pusdalops kabupaten kota mengirimkan sinyal informasi ke best serine desa terdampak untuk memberikan informasi peringatan dini.
“Jadi ada beberapa tahapan status yakni, waspada, siaga dan awas, ini menyesuaikan nantinya dengan titik tinggi muka air dan informasi-informasi tambahan,” lanjutnya.
Tujuan pelaksanaan sosialisasi guna memberikan pelatihan kepada petugas dalam penggunaan dan pemeliharaan alat EWS, sosialisasi respons masyarakat dan aparat atas informasi alat EWS dan pembentukan Tim Siaga Bencana atau Destana dan prosedur kesiapsiagaan.